KESELEMATAN DARI TUHAN
IBRANI 2:1-4
Menyesal kemudian tiada guna”
maka sebelum terlambat, dari awal kita sudah diperingatkan oleh firman Tuhan
untuk “teliti” dan mempersiapkan diri kita untuk masa yang akan datang. Sejak
awal kita diingatkan bahwa firman Tuhan adalah dasar dan sumber kehidupan kita.
Jika kita tidak berpegang teguh pada kebenaran yang sejati yang Tuhan firmankan
di dalam Yesus Kristus, maka tanpa sadar kita akan terseret oleh arus kehidupan
ini kepada kebinasaan. Ketika
kita mencintai
atau mengasihi seseorang adalah hal yang wajar memberikan hadiah baginya.
Tetapi justru hal yang tidak wajar jika kita memberikan sesuatu yang terbaik
justru kepada pihak yang telah memusuhi atau melawan kita (itulah pandangan
sehari-hari yang sering terjadi). Demikianlah yang telah Allah lakukan kepada
manusia, yang sejatinya sering kali melanggar pada apa yang menjadi
ketetapan-Nya.
Ilmu pengetahuan manusia akan
selalu berkembang, dan kita tentu saja perlu untuk menggapai pengetahuan yang
lebih baik. Tetapi firman Tuhan adalah sumber hikmat dan pengertian yang
terbesar yang Tuhan berikan kepada kita sebagai dasar dan pondasi kehidupan
kita. Yesus Kristus menjadi hikmat terbesar yang datang dari sorga untuk kita
terima. Maka sehebat apapun kita, setinggi apapun pengetahuan kita, tetaplah
orang yang selalu merendahkan diri dihadapan Tuhan.
Apa yang paling mengancam
kehidupan kita bukan karena kita sedang menghadapi bahaya atau tantangan yang
besar, tetapi ketika kita jatuh ke dalam dosa. Ada banyak orang yang meninggalkan
iman percaya kepada Tuhan Yesus dengan berbagai alasan, tetapi jauh lebih
banyak orang yang terpisah jauh dari Tuhan adalah karena dosa. Karena sikap
yang “acuh tak’ acuh” terlalu sepele atau cuek dengan
firman Tuhan, maka tanpa di sadari kita sedang terbawa oleh arus kehidupan dan
semakin jauh meninggalkan sumber keselamatan hidup kita.
Jika keselamatan Tuhan yang
diberitakan dalam kitab Perjanjian Lama melalui para malaikat adalah kebenaran
yang berasal dari Tuhan yang sangat dihormati apalagi sekarang, kebenaran Tuhan
dinyatakan langsung melalui AnakNya Tuhan Yesus Kristus kepada kita, dan
kebenaran itu disaksikan dengan langsung oleh para rasul dan para rasul juga
diberi kuasa Roh Kudus untuk memberitakan kebenaran Tuhan itu melalui berbagai
tanda-tanda. Maka penulis kitab Ibrani menjelaskan bahwa Injil yang mereka
dengar saat ini adalah suatu berita keselamatan yang besar, sebab berita
keselamatan itu datang kepada kita bukan lagi melalui perantaraan
malaikat-malaikat, tetapi Tuhan sendiri yang datang membawa berita keselamatan
itu kepada kita.
Maka
selayaknya kita harus lebih teliti dan bersungguh-sungguh untuk menghidupi
berita keselamatan yang mereka terima itu dan tidak akan menyia-nyiakan
keselamatan yang sebesar itu. Jika kita tunduk pada hukum yang ditetapkan oleh
Tuhan dalam Perjanjian Lama, apalagi sekarang Tuhan Yesus yang telah menggenapi
hukum Tuhan yang diberitakan dalam Perjanjian Lama tentunya kita harus semakin
bersungguh-sungguh dan lebih teliti lagi untuk mendengarkan perintah Tuhan
Yesus.
Melalui
nas renungan ini, kita diingatkan supaya bersungguh-sungguh memperhatikan apa
yang kita dengar dari Injil Kristus, jika tidak demikian maka kita bisa seperti
perahu yang hanyut terbawa arus, karena kita akan seperti perahu yang tidak bersandar
dan diikat di tempat yang benar. Seharusnya kita bersyukur dapat mendengar dan
menerima berita keselamatan yang besar dari Tuhan, maka kita akan meresponnya
dengan kesungguhan untuk menghidupi perintah Tuhan Yesus. Tetapi sebaliknya
sikap yang “acuh tak’ acuh”, dan tidak perduli kepada perintah
Tuhan Yesus, maka kita akan sama seperti perahu yang tanpa disadari akan
terbawa arus dan akan hanyut karena ketidakperduliannya.
Kita
bersyukur dapat mengenal dan mengimani Tuhan yang tidak bisa disamakan dengan
allah manapun, sebab kita memiliki Tuhan yang mengasihi, Tuhan yang
menyelamatkan, Tuhan yang perduli atas hidup dan masa depan kita, Tuhan yang
sungguh-sungguh hadir merasakan penderitaan kita dan yang menyelamatkan kita
dari penderitaan dalam dunia ini. Amin
No comments:
Post a Comment