Monday, 30 December 2013

Renungan Akhir Tahun 2013

RENUNGAN AKHIR TAHUN



RENUNGAN AKHIR TAHUN
Orang mulia membicarakan perkara-perkara Sorga atau perkara-perkara rohani.
Orang besar membicarakan konsep dan ide,
Orang biasa membicarakan peristiwa, dan berbagai kejadian.
Orang rendahan membicarakan orang lain (menggosip)
Tidak ada orang yang dapat merendahkan kita kecuali kita sendiri yang membuat diri kita rendah. Tingkah laku kita bisa meninggikan maupun merendahkan kita. Lebih-lebih lagi karakter kita, dan sikap hidup kita.
Banyak orang berusaha meninggikan dirinya dengan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Akhirnya ia disandera oleh hartanya. Hidupnya sangat ketakutan kehilangan harta, karena ia berpikir kalau hartanya habis maka orang-orang tidak akan menghormatinya lagi. Jadi, ia sangat takut pada hartanya, akhirnya ia menjadi budak hartanya. Itulah sebabnya Yesus Kristus berkata agar kita tidak menjadi hamba uang.
Ada orang yang berusaha meninggikan dirinya dengan berjuang untuk meraih kekuasaan. Ia mengejar jabatan demi jabtan. Tanpa diundang akhirnya masa pensiun mendatanginya. Ia sangat menderita oleh sebuah penyakit yang disebut post-power sindrom dan tidak menikmati hari tuanya. Ia diperhamba oleh kekuasaan yang pernah dimilikinya. Dan ia selalu bergumam, “coba kalau dulu waktu saya masih berkuasa.”
Ada orang yang hidupnya hanya untuk melayani Tuhan alam semesta. Ia tak butuh kekuasaan, melainkan hanya kasih karunia demi kasih karunia. Hidupnya untuk menolong orang dan menyelamatkan orang. Setelah tua maka orang-orang baik mengasihinya. Ia bisa menikmati hari tua untuk melihat pekerjaannya semakin berbuah. Dan akhirnya ia masuk Sorga menikmati kemuliaan bersama Tuhan yang dilayaninya. ( Di Kutip dari Tulisan Dr Suento Liaw)
Kita  mau pilih kehidupan yang mana?


Siapakah aku? Di manakah aku? Apa yang sedang kukerjakan? Apakah tujuan hidupku? Apakah yang kukerjakan saat ini selaras dengan tujuan hidupku? Apakah aku sadar dengan keberadaanku saat ini? Apakah hidupku telah bermakna? Selayaknya kita renungkan pertanyaan-pertanyaan itu, tepat di malam ketika tahun akan berganti. Menyembunyikan diri kita di dalam pesta pora perayaan dapat menciptakan kebohongan dan penghindaran diri dari segala macam problem yang saat ini kita hadapi.
 

Tidakkah hidup seringkali terasa membosankan? Hampa dan tak bermakna? Hari-hari dalam kehidupan ini kita lalui begitu saja. Lewat tanpa disadari. Kita berubah menjadi seperti mesin. Dengan letupan-letupan sesaat. Bergerak terus hingga waktu membuat kita aus, berkarat lalu perlahan-lahan rusak dan mati. Tetapi jika kita adalah mesin, apakah gunanya pemikiran kita? Apakah fungsinya kesadaran kita? Tidakkah seharusnya kita jelajahi hidup untuk mencari kebenaran. Untuk membuktikan keberadaan kita di dunia ini. Dan kita dapat menghindari penderitaan dengan menyatakan kejujuran. Mengapa kita harus melarikan diri dengan berpura-pura bahwa segalanya abadi? Mengapa kita harus menyembunyikan duka lara kita masing-masng?

Penderitaan memang dapat terjadi karena hal-hal yang di luar jangkauan kita. Lingkungan kita, orang lain, ketidak mampuan kita atau karena sistim yang membelenggu dengan aturan-aturan yang tidak adil. Tetapi jauh lebih sering, ternyata, bahwa penderitaan kita berasal dari diri kita sendiri. Dari pola pikir kita. Dari keinginan-keinginan kita. Dari nafsu dan ambisi kita. Dari ketidak mampuan kita untuk menilai dan memahami dunia di luar diri kita. Dan dari kegagalan kita untuk mencapai sasaran-sasaran yang kita inginkan. Kita terbui dalam ruang sempit ke-AKU-an sehingga gagal melihat banyak hal di luar dinding ke-AKU-an kita. Banyak hal yang baik pun yang buruk. Yang harum pun yang busuk. Yang indah pun yang jelek. Hidup bukanlah sebuah mimpi. Hidup adalah kenyataan yang mesti dialami bersama dunia seluruhnya. Kita dituntut untuk menyadari hal itu.


Maka tepat di malam tahun baru nanti, cobalah berhening diri. Tengoklah waktu yang sudah silam. Telusurilah keberhasilan dan kegagalan kita. Di dalam keheningan itu renungkanlah pertanyaan-pertanyaan di atas. Semoga dengan demikian, hari baru di tahun baru esoknya akan kita masuki dengan pemikiran baru juga. Serta perbuatan-perbuatan baru. Yang lebih baik. Yang lebih indah. Dan hidup kita pun dapat diperbaharui pula. Pada akhirnya, Selamat Tahun Baru 2014. Semoga Kasih dan Cahaya Tuhan Yesus beserta kita semua.
Di penghujung tahun ini,  teringat sebuah lagu pujian sebagai berikut;
Lupakan yang t’lah lalu, mengarah pada tujuan
Dengan mata memandang Tuhan Yesus
Bertanding sampai menang, berlari sampai akhir
Tanggalkan s’gala beban yang merintangi
Ku mau setia ‘kan panggilan-Mu
S’bab Kau sanggup menjaga langkahku
Pada janji-Mu kupercaya
Kau ‘kan sempurnakan pekerjaan-Mu dalamku

Naung Salpu Taon Naburuk i Ho ma Hupuji Tuhanki
Ai di Ramoti Ho tongtong tondingku dohot tondingkon