Monday, 21 October 2013

PERBEDAAN HKBP DENGAN KATHOLIK

PERBEDAAN HKBP dengan KATOLIK ROMA

Oleh Edward M Silalahi pada 14 September 2012 pukul 21:08
PERBEDAAN KITAB SUCI

ada sekitar 7 kitab yang terdapat dalam Kitab suci KATOLIK yang tidak ada dalam Kitab Suci HKBP atau protestan pada umumnya, yaitu :

1. Tobit
 2. Yudit
3. Tambahan kitab Ester
4. Kebijaksanaan
5. Sirakh
6. Barukh, termasuk tambahan surat Yeremia
7.1 Makabe
7.2 Makabe.

KONFESSI HKBP 1996 Pasal 2
FIRMAN ALLAH

Kita mengakui dan menyaksikan :
Alkitab, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah sungguh-sungguh Firman
Allah. Alkitab menyatakan rencana Allah untuk menyelamatkan manusia yang
pusatnya adalah Yesus Kristus. Kita mengerti Firman Allah melalui bimbingan Roh
Kudus (l Kor 12:3; Yoh 16:15; 2 Petr 1 :20-21).

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang
dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi
untuk setiap perbuatan baik (2 Tim 3:16-17).

Firman itu menjadi daging dan berpusat pada Yesus Kristus (band. Yoh 1:14).

Dengan ajaran ini : Kita menekankan bahwa hanya Firman Allah yang diilhamkan
oleh Roh Kuduslah yang dapat menyatukan Gereja dan mempersatukan gereja-gereja,
bangsa-bangsa dan seluruh suku bangsa. Kita menekankan supaya semua majelis dan
warga jemaat siap sedia memberitakan Kabar Baik (Mat 28:19-20).

Kita menekankan bahwa bukan hanya orang yang ditahbiskan yang menerima tugas,
tetapi semua warga jemaat mendapat bagian akan pengetahuan yang perlu untuk
mempelajari dan menghayati Firman Allah. Kita menekankan bahwa Firman Allah
adalah sumber kehidupan dan pedoman pekerjaan dan kehidupan yang berkenan bagi
Allah, yang berguna bagi setiap orang, keluarga, pengajaran agama, kebaktian dan
yang mengajak manusia mau berdialog dengan orang lain melalui semua
persekutuannya di tengah masyarakat, di dunia ini.

Kita menentang tindakan yang memasukkan Alkitab ke dalam peti orang mati karena
berkeyakinan bahwa dengan cara itu dia dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Kita
menentang tindakan pemakaian Alkitab untuk memilih hari yang baik dan untuk
mengetahui nasibnya. Bila diperlukan, pada saat menerima jabatan baru dalam
pemerintahan Alkitab dapat dipakai sebagai perlengkapan untuk menyatakan janjinya.
Kita menolak pemakaian Alkitab untuk bersumpah.


-------

berdasarkan perbedaan Kitab suci ini, maka akan banyak sekali ditemukan perbedaan-perbedaan lain selanjutnya. seperti hal berdoa, hal 10 Hukum Taurat Tuhan, perihal Keselamatan, ajaran gereja,, dll.

1. HAL BERDOA

pada Matius 6:5-15, Tuhan Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami, Doa yang diajarkan Tuhan Yesus, yaitu berdoa langsung kepada Allah Bapa.tidak kepada/melalui bunda Maria atau tidak kepada/melalui orang yang dianggap 'orang suci' atau tidak melalui /kepada patung suci seperti yang Katolik lakukan..

Matius 6:6

(6) Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.


1. Allah berada ditempat tersembunyi.bukan pada tempat yang terlihat seperti patung .
2. Berdoa langsung kepada Allah,bukan kepada/ melalui patung atau kepada/melalui mahluk apapun.tetapi harus kepada Allah ditempat yang tersembunyi.


2. HAL 10 HUKUM TAURAT

Hukum Taurat adalah Firman Tuhan yang disampaikan kepada nabi Musa dan bangsa Israel di Gunung Sinai dan Allah sendiri yang menuliskan Hukum Taurat tersebut pada 2 loh batu. [ Keluaran 20:1-28 & Keluaran 24:12 ]

10 Hukum taurat kita HKBP
 Titah Pertama

Akulah Tuhan Allahmu, seru Tuhan kita tidak boleh ada Allah lain kecuali Aku.

Maksudnya adalah :

Kita harus lebih takut, lebih kasih dan lebih yakin dan percaya terhadap Allah dari pada terhadap segala-galanya.


Titah Kedua

Jangan perbuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit, atau yang ada di bumi atau yang ada di dalam air untuk disembah atau bertakwa kepadanya.

Maksudnya adalah :

Kita harus takut serta kasih kepada Allah, sebab itu jangan bersembah sujud kepada allah lain atau meminta kehidupan dari padanya, dan jangan memanggil roh-roh atau berkeyakinan kepada tenung-tenung dukun, dan jangan yakin kepada benda-benda bermakna (sakti)

 Titah Ketiga

Jangan menyebut nama Tuhan Allah dengan sembarangan, karena Allah akan menghukum orang yang menyalah-gunakan namaNya.

Maksudnya adalah :

Kita harus tajut serta kasih kepada Allah, sebab itu jangan mengutuki, mengumpat, memakai guna-guna, berbohong, menipu dengan memakai nama Allah; sebab hanya dalam penderitaan, kesusahan dan dalam doa serta pujianlah kita layak menyebut nama Tuhan Allah.

 Titah Keempat

Ingatlah dan sucikanlah hari yang dikuduskan itu. Lakukanlah segala pekerjaanmu di dalam enam hari; tetapi pada hari yang ketujuh ialah Sabat bagi Allah Tuhanmu. Engkau tidak boleh bekerja pada hari itu, juga anakmu laki-laki atau perempuan, pembantumu laki-laki atau perempuan, ternakmu atau orang lain yang berada di tempat kediamanmu. Sebab Allah menciptakan langit dan bumi dan segala isinya di dalam enam hari. Kemudian Ia beristirahat pada hari yang ketujuh. Itulah sebabnya Allah memberkati hari itu dan menguduskannya.

Maksudnya adalah :

Kita harus takut serta kasih kepada Allah, sebab itu jangan menganggap rendah akan ajaran dan Firman Allah; hendaklah kita menganggap itu kudus dan hendaklah kita tekun mendengar dan mempelajarinya dengan gembira.

Titah Kelima

Hormatilah Bapak dan Ibumu agar engkau berbahagia dan lanjut umurmu di bumi yang diberikan Allah kepadamu.

Maksudnya adalah :

Kita harus takut serta kasih kepada Allah, sebab itu jangan kita bersikap remeh terhadap orangtua kita, terhadap pemerintah dan terhadap orang yang lebih tua. Jangan kita menimbulkan kemarahan mereka, tetapi hendaklah kita selalu menghormati dan mengasihi mereka, menuruti dan menyelami jiwa mereka, serta senantiasa berbuat baik kepada mereka.

Titah Keenam

Jangan engkau membunuh!

Maksudnya adalah :

Kita harus takut serta kasih kepada Allah, sebab itu jangan kita mengancam kehidupan tetangga kita maupun mendatangkan bahaya kepadanya, melainkan kita harus bersahabat dan membantu hidup mereka.

 Titah Ketujuh

Jangan enkau berzinah !

Maksudnya adalah :

Kita harus takut serta kasih kepada Allah, sebab itu kita harus senantiasa hidup suci dan bersih dan bersikap sopan dalam kata dan perbuatan. Orang yang telah berumahtangga harus setia dan saling mencintai.

Titah Kedelapan

Jangan engkau mencuri !

Maksudnya adalah :

Kita harus takut serta kasih kepada Allah, sebab itu jangan kita mencuri uang atau harta sesama manusia atau mempergunakan tipu daya menjatuhkan usaha dan niaga sesama manusia untuk kepentingan kita. Kita harus membantu memajukan usaha mereka serta memeliharanya.

Titah Kesembilan

Jangan engkau berdusta !

Maksudnya adalah :

Kita harus takut serta kasih kepada Allah, sebab itu jangan kita mendustai, menghianati, menfitnah maupun bersaksi palsu serta merendahkan martabat sesama manusia. Kita harus saling melindungi dan menyatakan hal-hal yang baik saja mengenai sesama manusia apabila belum nyata dan jelas diketahui kesalahannya.

Titah Kesepuluh

Jangan engkau mendambakan akan rumah sesamamu. Jangan engkau mendambakan akan isterinya, atau pembantunya laki-laki maupun perempuan, ternaknya atau segala sesuatu milik mereka.

Maksudnya adalah :

Kita harus takut serta kasih kepada Allah, sebab itu jangan kita mempergunakan tipu daya untuk memiliki harta sesama manusia serta harta warisannya. Kita harus membantu mereka memelihara hartanya. Dan jangan kita menghasut, baik isteri, maupun pembantunya dan menipu ternaknya. Kita patut menasehati mereka serta membujuknya agar tetap cinta dan setia kepada tugasnya.

 Apakah Ketentuan Allah akan Dasa TitahNya itu?

 Demikianlah: Akulah Tuhan Allahmu, Allah Pencemburu, yang akan membalaskan kesalahan bapak kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang yang melanggar Titah , tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintahKu.

Maksudnya adalah :

Allah mengancam akan menghukum segala orang yang melanggar Titah atau FirmanNya. Oleh karena itu kita harus takut akan murkaNya dan jangan melanggar Titah atau FirmanNya. Ia menjanjikan anugerah kasihNya dan segala yang baik bagi semua orang yang memelihara serta mentaati Titah atau FirmanNya. Dengan demikian kita harus kasih dan percaya akan Dia dan dengan ikhlas serta gembira melaksanakannya.

---------

APAKAH BEDANYA DENGAN HUKUM TAURAT UMAT KATOLIK ROMA ? yaitu bahwa 10 hukum perintah Tuhan katolik Roma memiliki 2 versi , terletak pada titah ke-2, karena Katolik Roma ada yang  tidak menyertakan dan tidak mengajarkan Titah ke-2, namun pada versi lain Katolik roma juga mengajarkan titah ke-2 pada 10 perintah Tuhan ( Hukum Taurat ) kita HKBP.

Titah Kedua

Jangan perbuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit, atau yang ada di bumi atau yang ada di dalam air untuk disembah atau bertakwa kepadanya.


berikut adalah 10 Hukum taurat Katolik Roma:
1. Jangan punya Allah lain selain Aku
2. Jangan menyebut nama Allah dengan tidak hormat
3. Kuduskanlah hari tuhan
4. Hormatilah ibu-bapamu
5. Jangan membunuh
6. Jangan berbuat cabul
7. Jangan mencuri
8. Jangan bersaksi dusta pada sesamamu manusia
9. Jangan ingin berbuat cabul
10. Jangan ingin akan milik sesamamu.

notes: perbeaan ini saya temukan setelah berdiskusi panjang lebar dengan warga Katolik Roma.


DISKUSI TANGIANG MANANG TAMIANG

File Diskusi - Pardamean Simatupang : Tangiang Manang Tamiang

Oleh Donner Guntur Siagian pada 15 Juni 2012 pukul 22:38

Pardamean Simatupang
Manukkun ma jo ahu tu Loloan natoropon,adong manang na piga naeng sukkunonku 1.)sala do molo didok ise do mambahen Sakramen molo adong namarujung mananom na monding?, ise do mandabu Sakramen ninna rupani, hape 2 do ninna angka Pandita Sakramen di HKBP, ima Pandidion Nabadia, dohot Parpadanan nabadia, 2), Martamiang do manang Martangiang?, 3,) Nunga di alap Tuhanta be amantaon tu lambungna ninna muse molo mangapuli, 4). Boasa molo di HKBP Jumolo marende asa dipukka Agenda, hape di GKPI daong, jolo agenda.5.) Molo papungu pelean HKBP Marende do, huria na asing misalna GKPI hohom do...tuangka amanami/inanami na boi mangalehon pandapot , masiurupan ma jo hita amang/inang tarlmmobi tu angka Pangula Pandita, Guru na adong di GROUPN Bapak Pdt Hendri Julianto Siregar,....Bapak Sarda Sitompul....Roganda Manurung, Donner Guntur Siagian ..dohot angka amanami/inanami Pandita na so hugoari dope
Suka · · Berhenti Mengikuti Kiriman · 4 jam yang lalu
  •  

  • Roganda Manurung dan Marolop Tua Parluhutan Rajagukguk menyukai ini.


    • Daniel Romulus Manurung ‎1. Molo mananom na monding ndang didok sakramen, mang-agendai do.
      2. Martangiang.
      3. ?
      4. Di HKBP Ende Parjolo ima ende laho mangarade laho marsaor dohot Debata di parmingguan i.
      5. HKBP marende "huhut" papungu pelean ala dihalashon roha ni ruas i do pasahathon pelean nu tu Tuhan i (Pel. I), jala naung sahat hata ni Tuhan i tu nasida (Pel. II).
      Horasma. 3 jam yang lalu · Suka · 2

    • Sarda Sitompul Ala tongon di pardalanan ahu nuaeng, jala sian HP do on, sada ma jolo hualusi ate amang, ima taringot tu Sakramen. Molo mananom namate ndang Sakramen i. Molo adong tingki ni amang, jaha amang ma Konfessi HKBP. Asa lam tumangkas. Mauliate
      3 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 2

    • Pardamean Simatupang mauliate ma di amang Pdt Daniel Romulus Manurung, naung mangalehon Hatorangan i, berarti dang sakramen ate, ala sai somal binege pak pendeta i, mauliate amang,,,olo Pak Sarda Sitompul....ai dia ma dohonoku ai sohuboto aha Konfession..ruas balbal do iba amang,,hehehe,,,mauliate,
      3 jam yang lalu · Suka · 1

    • Pardamean Simatupang maksudhu ala sai somal binege songoni Pak PENDETA Daniel Romulus Manurung, di sakramen i, no 3 ate amang boasa didok di alap TUHAN ta,,,mauliate ma Tulang
      3 jam yang lalu · Suka

    • Daniel Romulus Manurung Ndang pandita hami amang Pardamean Simatupang. Na kebetulan do binoto sasaotik taringot tu liturgi ni HKBP. Godang do memang na mandok songoni amang. Didok mansakrameni, hape sabotulna mang-agendai do. Asalma unang didok molo sintua lagi maragenda gabe didok sintua mansakramen. Hehe..
      3 jam yang lalu · Suka · 2

    • Pardamean Simatupang hahahahahah.....olo tahe Tulang Daniel Romulus Manurung, hurimpu Pandita amang bah...Tulang....mauliate godang ma, molo sintua maragenda ate....hahahahaha....olo amang...Tulang....
      3 jam yang lalu · Suka · 2

    • Daniel Romulus Manurung Gabe hasomalan do i di hita halak Kristen molo mangapuli. Ai molo mangapuli ndang sidokhonon be songoni. Ai mangapuli lapatanna mangalehon apulapul do, bararti mangalehon penghiburan, asa margogo nasida na dibagasan ponjot ni roha. Ido na rumingkot daripada sai dokhonon nga di alap Tuhan.
      3 jam yang lalu · Suka · 2

    • Pdt Hendri Julianto Siregar
      ‎3. sungkun-sungkun na patoluhon : "Nunga di alap Tuhanta be amantaon tu lambungna ninna muse molo mangapuli". Pandapothu ala hata pangkirimon doi ndang apala salah hatai. Ai memang Tuhanta do na manontuhon ngolu ni jolmai. Tondi ni naung m...Lihat Selengkapnya
      3 jam yang lalu · Suka · 2

    • Pardamean Simatupang Mauliate amang Daniel Romulus Manurung, ima memang angka hasomalan i gabe maol di uba ate...
      3 jam yang lalu · Suka · 1

    • Pardamean Simatupang mauliate godang ma amang Pdt Henri Pdt Hendri Julianto Siregar, naung manambai Hatorangan i, nunga lam dasip be huhilala Pak Pendeta.......
      3 jam yang lalu · Suka · 1

    • Daniel Romulus Manurung

      ido amang. Alana godang do ragam ni umbahen halak monding. Adong do namatua, adong na poso, adong na marsahit, adong na marlanggar, adong dibunu, adong bunuh diri, dna.
      Isarana ma jo on: Molo adong donganta dibunu halak, manand di "ula2"i ...Lihat Selengkapnya 3 jam yang lalu · Suka · 2

    • Pardamean Simatupang olo tulang Daniel Romulus Manurung, godang do si ingoton sian Tulang bah.....mamareng partordingni ulaon i ma ate tulang, ma dibahen amang Pdt Hendri Julianto Siregar be hatorangan na....
      3 jam yang lalu · Suka · 2

    • Daniel Romulus Manurung Ido amangboru. Mamereng partording ni ulaon do. Asa tepat sasaran angka hata i.
      3 jam yang lalu · Suka · 1

    • Donner Guntur Siagian tuani nunga dialusi na umbotosa, nunga hitir2 iba, ala so niantusan do pe i ai ruas na balbal do niba on.. he he he..
      3 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 2

    • Pardamean Simatupang denggan Tulang Daniel Romulus Manurung.....hahahahaha, ai diado na sarupa Ruas balbal do hita Pak Donner Guntur Siagian?...wkwkwkwkwkwkww...aha muse do lapatnni ruas balbalon atehe
      3 jam yang lalu · Suka

    • Pardamean Simatupang Mauliate ale alekku Marolop Tua Parluhutan Rajagukguk, jempol munai, alai bahen amang jo saotik hahaha
      3 jam yang lalu · Suka

    • Daniel Romulus Manurung Ai ruas balbal pe porlu do botoon i amang. Tarlumobi mandok martangiang. Molo na hubereng/hubege, godang dope sian hita, hita ningku ma jo, na sala mandok martangiang gabe martamiang. Sotung dibege ruas sekte na asing. Maila hita. Hehe..
      3 jam yang lalu · Suka

    • Pdt Hendri Julianto Siregar nga adong tahe goar ni amang Pardamean Simatupang di daftar parhuriaonta na di Group on??
      3 jam yang lalu · Suka

    • Marolop Tua Parluhutan Rajagukguk Amang Pardamean S, holan menyimak ma jo ahu, he...he...he....
      3 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

    • Mangasi V Simanjuntak Mangihuthon Kamus J Warneck, variasi ni tangiang do tamiang. Jadi, anggo na jolo dos do lapatan na. Ala di tingki na parpudi on gabe dipaasing halak ma i. Molo tamiang ninna, ulaon ni na so Kristen do i. Sasintongna, hatorangan na dipatubutubuu do i, ndang adong dasar etimologis ni i.
      2 jam yang lalu · Tidak Suka · 2

    • Pdt Hendri Julianto Siregar asa lam bagas amang, boi pabasaon ni amang dope???
      2 jam yang lalu · Suka · 1

    • Daniel Romulus Manurung Toho do i amang. Alai tabukka ma jo Bibelta i amang. Martangiang do. Ndang martamiang.
      2 jam yang lalu · Suka · 1

    • Pdt Hendri Julianto Siregar maksudhu, asa lam torang boi dope pabagason ni amang Mangasi V Simanjuntak???
      2 jam yang lalu · Suka · 1

    • Budianto Sianturi ‎1, jelas salah, 2, tangiang do, ala tami = martonggo doi , nian di hata simalungun dang sala i, tangiang , tangi= bege , yhang nabasa, tangihon ale amang Nabasa 3, Nunga monding, nunga marujung , nunga lao manopot Tuhanta, 4, 5, Dibahen donganta GKPI pe songoni asa asing do sian HKBP , ima jo saotik
      2 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 3

    • Mangasi V Simanjuntak Tiruan na asing: Dia do na sintong, tambarak (abu rokok) do manang timburak, partambarahan (asbak) do manang partimburahan? Di toropan inganan, tambarak/partambarahan do, alai di deba inganan timburak/partimburahan. Dia na sintong? Duansa, ai variasi ni tambarak do timburak dohot sabalikna, variasi ni timburak do tambarak; duansa marlapatan orbuk.
      2 jam yang lalu · Suka · 2

    • Mangasi V Simanjuntak Lupa manambahon. Songon i do anggo di mulana, variasi ni tangiang do tamiang manang sabalikna, variasi ni tamiang do tangiang.
      2 jam yang lalu · Tidak Suka · 2

    • Pardamean Simatupang Nunga hea hulapor amang HKBP Nomensen Pulo Brayan , di status ni amang Pdt i do uju i hu paboa
      2 jam yang lalu melalui seluler · Tidak Suka · 3

    • Daniel Romulus Manurung Molo na huboto, sian angka parsiajaran na hujalo. Boasa ndang hata tamiang disurathon di Bibelta i, ala najolo sai jotjot do dipangke angka halak na naeng marguru hadatuon (mamele/tonggotonggo) hata tamiang . Umbahen i do, dipangke ma hata tangiang, asa dao sian unsur sipelebeguon. Kontekstualisasi penerjemahan bahasa asli (Heber) tu bahasa Batak, diumbukhon ma tu bahasa na denggan, na so umbuk tu hasipelebeguon.
      2 jam yang lalu · Tidak Suka · 3

    • Pardamean Simatupang Lam bagas hatorangan i angka amang alai gabe hira adong perbedaan ni angka pandapot ,
      2 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

    • Mangasi V Simanjuntak
      Tami=tonggo? Di Kmaus J Warneck, asing do entri ni tami sian tamiang. Di entri tami, songon on do didok: tamitami=pemberian, hadiah; manami+membagibagi daging karena suatu peristiwa yang menggembirakan, marsitamitami/martamitami=mempersembahkan, meberikan, menghadiahkan. Ndang adong disi artian tonggo.

      Tamiang, di entri na asing do disurathon. Nndang kata jadian ni tami, alai tamiang i do hata bonabonana. Songon do do tong taringot tu variasina, tangiang, asing do entrina sian tangi. Ndang kata jadian sian tangi i, alai tangiang sada istilah na tersendiri do i. 2 jam yang lalu · Suka · 1

    • Pardamean Simatupang To Amang Mangasi V Simanjutak , jadi boi dohonon Martamiang amang,
      2 jam yang lalu melalui seluler · Suka

    • Mangasi V Simanjuntak Secara tata bahasa, boi, ndang sala i.
      2 jam yang lalu · Suka · 1

    • Pardamean Simatupang Mauliate amang
      2 jam yang lalu melalui seluler · Suka

    • Mangasi V Simanjuntak
      ‎@ Daniel Romulus. Ai adong hata Batak na tubu di tingki hasipelebeguon na so umbuk tu hasipelebeguon?? Ai ndang hata hasipelebeguon huroha debata, tondi, gabe dohot na asing. Boasa dipangke i di na menerjemahkan Bibel, boasa ndang elohim manang allah ai andul jumonok do i tu hata Heber? Na uli ma i, molo dipillit penerjemah na jolo tangiang sian dua variasi na dos. Alai ndang adong alasan etimologis mandok na lebih kafir tamiang sian tangiang.
      2 jam yang lalu · Tidak Suka · 1

    • Daniel Romulus Manurung Mauliate ma dipanorangion ni amang Simanjuntak. Molo songoni do hape (sarupa do tangiang dohot tamiang) sian segi tata bahasa, ba na uli ma i. Alai, ala tong do hata na sian Bibeltai ima tangiang, ba sahat tu sadarion, tangiang do hudok molo naeng martangiang. Ndang huboto molo di HKBP on, adong parhalado mangajari ruasna mandok "tamiang" molo laho martangiang. Mauliate ma.
      sekitar sejam yang lalu · Suka · 1

    • Mangasi V Simanjuntak
      Nunga tangkas hatoranganhu na di ginjang i, dipillit angka penerjemah ni Bibel tu hata Batak do tangiang sian dua variasi na dos (tangiang dohot tamiang). Ndang sala i, tahormati do i jala tajalo. Alai ndang adong alasan mandok na lebih kristiani tangiang sian tamiang, manang sabalikna lebih kafir tamiang sian tangiang. Dos hian do i, ai rap istilah hasuipelebeguon hian do i, rap istilah ni hadatuon hian. Alai ala naung tapillit (taparbadiai!) tangiang (ndang tamiang) ba i tapangke. Contoh na asing, dos hian do lapatan ni debata dohot mulajadinabolon di hata Batak. Alai dipillit penerjemah ma hata debata, ndang mulajadinabolon, ba i tapangke. Aut mulajadinabolon hian dipillit nasida pangkeon, aha huroha sala ni i, ai na mamillit sada sian dua na dos do i. Di tingki mangula di Sibolga ahu, adong do sada koor na diajarhon guruhurinami tu parguru manghatindanghon haporseaon hatana songon on: "Molo di tingki hasusundut ni sidumadang ari i, marrara songon sigumorgor sondang ni sibalikhunik i. Ai ise do ulaning, mangula mambahen i. Jahowa MULAJADINABOLON, mangula mambahen i." Ndang haboratan agia ise mambege ende i, ahu pe songon i do, ndang huorai guru i mangajarhon jala ndang huorai parguru i mangendehon. Saleleng na mangula di huria, sai adongadong dope jumpang ahu na matua na mamangke hata 'tamiang.' "Bahen ma tamiang i," ninna rupani. Ndang huorai i, ndang hupinsang, ai molo i pe dipangke ibana anggo maksudna dos do, tangiang do; na mangido tu Debata do, ndang tung na martonggo tu begu. Torushon hamu ma mamangke tangiang, ndang husosoi jala ndang pola adong gunana molo digonti hamu i gabe tamiang. Holan on, molo adong na mamangke tamiang, unang gabe uhumi hamu i naung gabe sipelebegu. I do na hualo.
      sekitar sejam yang lalu · Tidak Suka · 2

    • Daniel Romulus Manurung
      Na uli jala na denggan ma na pinatorangmuna i amang. Mauliate ma, gabe lam tamba angka parbinotoan. Alai on do, autsugari adong nian refensi buku na mambahas taringot tu boasa tangiang disurathon di Bibel i, boasa ndang tamaing, asa lam torang, tamba uli jala denggan. Asa unang adong be kontroversi taringot tu hata na dua i. Mauliate ma di Tuhanta i na mangalehon ragam ni angka seni dohot budaya. Alai ido, tapangke ma i saluhutNa gabe ulaula laho mamuji jala pasangaphon Ibana.
      27 menit yang lalu · Suka

    • Pardamean Simatupang Mauliate ma di Amang Mangasi V Simanjuntak, naung patorangkon lebih umbagas taringot tu hata Tamiang i, marhiteon nga lam niantusan dia do tutu lapatanna secara Tata bahasana, lam margogo ma amang, dilehon hapistaran nang bisuk ...terimakasih banyak amang..
      sekitar satu menit yang lalu · Suka

JAMITA 20 OKTOBER

MINGGU XXI DUNG TRINITATIS, 20 OKTOBER 2013
Ev. Markus 12: 28-34
Tema: Manghaholongi Jahowa Dohot Dongan Jolma

I. Barita Masa
Denggan do botoonta, ugamo patik (hukum) do ugamo Jahudi. Sude gulmit ni ngoluna diaturhon do di toru ni patik (untuk segala sesuatu ada peraturannya). Jala ndang asal dibahen angka aturan i, adong do ahlina patomutomuhonsa ima na ginoarina Siboto surat (Ahli Taurat). Jadi halak on ma na mangarangrangi aturan i asa hombar tu lomo ni roha ni Debata. Sian tolap ni gogonasida marusaho do na torop pahombarhon ngoluna sandiri dohot keluargana asa saurdot tu aturan/patik i.
Alai hombar tu pardalanan ni tingki, gabe hira hasomalan sambing (rutinitas) nama ngolu parugamaonnasida i. Mardalan secara otomatis mangihuti angka aturan naung tinotophon ni siboto surat. Mansai tertib ma nian parturena, alai gabe mago ma holong ni roha di nasida, ai ndang marlangku be perasaan. Marhite na ringgas manguhal/manigati buku na badia i, gabe tangkas do diboto nasida angka dia lomo ni roha ni Debata. Unur do sude diboto angka parture ni paribadaton. Diboto do na ingkon haholongan dongan jolma, alai lelengleleng holan sesama Jahudi do na dietong donganna, asing sian i ndang be (isarana halak Samaria ndang dietong i donganna, apalagi ma ra halak hita Batak ateh?).
4 ari nai andorang so panaonon di Jesus, di Jerusalem do Ibana raphon siseanNa hatiha i. Mangihuthon kalender Jahudi, tongon ma i di tanggal 10 bulan Nisan . Tongon 2 ari na mangihut (tgl 12 Nisan) ro do halak Saduse mandapothon Ibana, marsoal jawab ma nasida taringot tu haheheon ni angka naung mate (ayt.18). Alai dipabegebege sahalak Siboto surat do nasida na masialusan i. Sintong di roha ni Siboto surat alus ni Jesus na tu Saduse i, gabe ro ma ibana jumonok, disungkun ma Jesus taringot tu dia do patik na ummangat (yang lebih utama) sian sude patik ni si Musa i (ayat. 28). Alus manang hatorangan ni Jesus tu sungkunsungkun on ma jamitanta sadari on.

II. Hatorangan ni Turpuk
Laos so sombu (belum jera) dope roha ni angka uluan ugamo Jahudi i mangunjuni (manjebak) Jesus. Ai nunga marulak loni jala nunga mansam cara dibahen nasida alai so hea marhasil. Somalna saleleng on sai maraloalo pandapot do Siboto surat tu Saduse, alai muba sahali on sada (bersekongkol) nasida laho mangunjuni Jesus. Tarsongon i do huroha, mura do domu na maraloalo i molo sapanghilalaan nasida di sadasada tingki. Disungkunhon nasida do dia patik na ummangat sian sasude patik i (ayt.28). Diboto halak i do adong 2 patik na ummangat (ayt.32-33), alai antar sada patik do dipangido alusanNa, asa tarunjun Jesus i di rohana.
Mati kutu do antong na dua i dibahen Jesus. Mamungka sian i ndang adong be nasida na hum roha (yang berani) pasungkunsungkun Ibana (ayt.34). Torang do alus dilehon Jesus tu nasida. Nang pe sada patik dipangido, alai 2 patik do dialusi, ima manghaholongi Tuhan Debata dohot manghaholongi dongan jolma songon diriniba (ayt.30-31). Ala memang ido tutu sintongna, jala ditohoi Siboto surat i do pandok ni Jesus on (ayt.32). Holan mangulahonsa nama na so tarida di nasida.
Ummangat dope di nasida mangalehon pelean situtungon dohot pelean na asingnai, hape ianggo donganna jolma so dihaholongi. Jadi holan na mandok do malo nasida, ianggo mangulahonsa ndang adong. Saleleng on holan halak Jahudi do na dietong donganna, di duru ni i ndang. Berarti ndang sian nasa roha, ateate, hosa dohot gogo dope nasida manghaholongi Debata. Satongasatonga dope pangulahononna. Buktina marpilipili do jolma dihaholongi. Gari donganna Jahudi pe so sude dihaholongi, taida ma kasus na hona samun di dalan Jeriko gabe halak Samaria do mangurupisa. Ido umbahen ndang markutik be nasida mangalehon alus balik tu Jesus.
Nang pe sai martahi paunjunhon halak on na saleleng on, alai ianggo Jesus ndang hea dendam manang marsogo roha mida nasida. Gariada halak na pantas roha (bijaksana) do nasida (siboto surat) dietong Jesus, ai didok Ibana do “ndang sadia dao ho sian harajaon ni Debata” (ayt.34). Ndang didok naung parjambar masuk tu harajaon i, alai ndang sadia dao ninna do. Na marlapatan do i ala satongasatonga do pangulahononna.

III. Impola ni Turpuk
1. Holong dua saihot (perintah ganda) do pangibulan ni patik i.
Suman tu dua bariba di sada limper do patik i di ngolunta. Molo sosa sambariba gambar ni limper i gabe ndang marnilai be limper i. Jadi ingkon na rap di si do duansa asa marnilai manang boi palakkuon. Suman tu si ma pangibulan ni sude patik i, ingkon haholongan do Debata dohot dongan jolma. Jala ndang boi satongasatonga, ingkon sian nasa roha, hosa, ateate dohot gogo do i ulahononhon. Kewajiban do di hita manghaholongi Debata, jala hakta ma manjalo holong dohot manghaholongi saluhut jolma.
Mansai torop do halak kristen ringgas situtu mandohoti paribadatan, sonang rohana mamangke atribut keagamaan, bangga situtu patuduhon paboa ibana sisomba Debata, luar kepala manghatahon ayat-ayat na di bibel i, alai parohahon ma ngolu siaparina; nunga sintong dihaholongi donganna satohonan, sahuria, sahuta, apala hombarjabuna, apala keluarga sisolhotna, dna?. Atikna holan hosom do dipagukguk di rohana?. Bangga do halak Indonesia apalagi pangisi ni Aceh Tenggara didok parugamo na utusan (saleh), rarak jala baltukbaltuk do marjongjongan angka Masjid, gareja, dna, alai boha lam martamba/hakkot do taida roha holong di ari na parpudi on, manang lam ngali do?. Ndang huboto na sala mangida au, huida lam martimpulak do korupsi, panipuon, pandoboon, haormuson, hamunafikon, dna. Torop do pe halak Batak Kristen na lomo rohana manginap di HOTEL (Hosom, Elak, Late, Teal), elat rohana marhasil donganna, sonang rohana mar-SMS (Senang Melihat orang Susah, manang Susah Melihat orang Senang). Halak kristen na si songon i ima halak kristen na satongasatonga dope mian holong ni rohana. Marhite jamita on, dihalomohon Debata do asa sadalan tabahen manghaholongi Tuhan Debata dohot donganta jolma sian nasa roha, ateate, hosa, gogo dohot pingkiranta. Mangulahon na dua on ingkon rap mamangke perasaan do i.

2. Di bagasan holong na dua i do dapot hita las ni roha naso halompoan.
Molo tapamanat do ngolu ni halak na serba marhasungkupan di portibi on mansai sonang ma tahe idaon. Tu dia pe so sungkot jala boi tampil, tano pe hira so hea be didege jala sohea martaon udan dohot las niari, hona AC nama torus; sian pesawat tu restoran dung i tu hotel dohot di Mobil nang di jabuna. Di Amerika do ibana mangan, di Jakarta minum jus alai di Aceh Tenggara do ibana buang air besar. Amang tahe santompu sonangnai idaon nasida. Alai tapamanat ma, molo so tangkas sitanda Debata nasida, halak sisongon i ma na sumusa di ngoluna ai tong do lalap mengeluh, bosan do hona AC hape so tahan hona ari, bosan do nang maniop hepeng alai so tahan so marhepeng. Sabalikna parohahon ma, nangpe susa idaon ngolu siapari ni sada halak na tangkas sitanda Debata, alai ibana ma na sumonang di rohana. Nangpe tarrobung patna mardalan sai lalap do maruntung, ai didok do untung do ndang maponggol nangkin bah, ninna do. Sian i dapot hita parsiajaran, ndang sian arta na di portibi on hape silehon hasonangan na rimpas i, alai sian Debata silehon arta i do. Antong mangolu ma hita di bagasan holong na sian Tuhan i marhite na manghaholongi saluhut jolma dohot pangisi ni portibi on, asa sonang ngolunta, Amen!

SEJARA SINGKAT IL NOMMENSEN

Sejarah Singkat tentang I. L Nommensen di Tanah Batak

 
 
 
 
 
 
12 Votes

taken from Eruwandy
Hidup atau mati biarlah aku tinggal di tengah-tengah bangsa ini untuk menyebarkan firman dan kerajaan-Mu. Amin”
(Dr. Ingwer Ludwig Nommensen)
Berbicara tentang peradaban Batak, barangkali akan lain ceritanya jika Dr. Ingwer Ludwig Nommensen tidak pernah menginjakkan kakinya di Tanah Batak. Siapakah dia dan mengapa ia dijuluki sebagai “Apostel Batak”?
Nommmensen adalah manusia biasa dengan tekad luar biasa. Perjuangan pendeta kelahiran 6 Februari 1834 di Marsch Nordstrand, Jerman Utara itu untuk melepaskan animisme dan keterbelakangan dari peradaban Batak patut mendapatkan penghormatan.
Maka tak heran, suatu kali dalam sidang zending di Barmen, ketika utusan Denmark dan Jerman mengklaim bahwa Nommensen adalah warga negara mereka, Pendeta Dr. Justin Sihombing yang hadir waktu itu justru bersikeras mengatakan bahwa Nommensen adalah orang Batak.
Nommensen muda, ketika genap berusia 28 tahun telah hijrah meninggalkan Nordstrand dan hidup di Tanah Batak hingga akhir hayatnya dalam usia 84 tahun.
Masa mudanya, ia lewati dengan menjalani pendidikan teologia (1857-1861) di Rheinische Missions-Gesselscha ft (RMG) Barmen, setelah menerima sidi pada hari Minggu Palmarum 1849, ketika berusia 15 tahun.
Sebenarnya, kedatangan penginjil-penginjil Eropa ke Tanah Batak pun sudah dimulai sejak 1820-an. Pada 1824 Gereja Baptis Inggris mengirimkan dua penginjil: Pendeta Burton Ward dan Pendeta Evans yang terlebih dahulu tiba di Batavia. Pendeta Evans menginjil di Tapanuli Selatan, Pendeta Burton Ward di wilayah Silindung. Sayangnya, mereka ditolak. Animesme masih kuat dalam kehidupan suku Batak.
Sepuluh tahun kemudian, dua penginjil Amerika: Samuel Munson dan Henry Lyman pun tiba di Silindung. Tapi, mereka malah mendapati ajalnya di sana setelah dibunuh oleh sekelompok orang di Saksak Lobu Pining, sekitar Tarutung. Pembunuhan dilakukan atas perintah Raja Panggalamei. Kedua missionaris dimakamkan di Lobu Pining, sekitar 20 kilometer dari Kota Tarutung, menuju arah Kota Sibolga.
Impian dari kesederhanaan
Impian Nommensen untuk menjadi penginjil sudah muncul sejak kecil, meski pada pada masa-masa itu ia sudah terbiasa hidup sederhana. Dalam kesederhanaan itu, disebabkan orangtuanya yang tunakarya dan sering sakit-sakitan, ia bahkan sering kelaparan karena tidak punya makanan sehingga terpaksa mencari sisa-sisa makanan di rumah-rumah orang kaya bersama teman-temannya. Maka, sejak usia 8 tahun pun ia sudah menjadi gembala upahan hingga umur 10 tahun.
Tapi, rintangan tak luput menghambat cita-cita mulia itu. Sekali waktu, ketika berusia 12 tahun, Nommensen mengalami kecelakaan ketika berkejar-kejaran dengan temannya dan tertabrak kereta kuda sehingga membuat kakinya lumpuh. Akan tetapi Tuhan berkehendak lain.
Ketika dokter yang merawatnya menganjurkan agar kakinya diamputasi, ia menolak dan meminta agar didoakan oleh ibunya dengan syarat, jika doa itu terkabul maka ia akan memberitakan injil kepada orang yang belum mengenal Kristus. Tak lama kemudian doa itu terkabul, ia pun sembuh.
Pada 1853, dengan keputusan yang matang, berbekal sepatu dan pakaian seadanya, ia pun pergi meninggalkan kampung halamannya untuk meraih cita-cita dan janjinya itu, yang juga sempat tertunda karena gagal menjadi kolesi di pelabuhan Wick. Ia kemudian bertemu dengan Hainsen, mantan gurunya di Boldixum. Hainsen lalu mempekerjakannya sebagai guru pembantu di Tonderm setelah beberapa waktu menjadi koster. Di sinilah ia bertemu dengan Pendeta Hausted dan mengungkapkan cita-citanya itu. Ia pun melamar di Lembaga Pekabaran Injil Rhein atau RMG Barmen.
Nommensen lalu mematangkan pengetahuannya tentang injil dengan kuliah teologia pada 1857, ketika berusia 23 tahun. Pada masa itu, pekerjaan sebagai tukang sapu, pekerja kebun dan juru tulis sekolah, turut disambinya, hingga ia lulus dan ditahbiskan menjadi pendeta pada 13 Oktober1861, yang kemudian membawanya ke Tanah Batak pada 23 Juni 1862.
Dari Norsdtrand ke Silindung
Nommensen, yang kini tetap dikenang dan dipanggil dengan gelar kehormatan “Ompu I, Apostel Batak”, dalam perjalanan misi zendingnya bukanlah tanpa rintangan. Bahkan, dalam beberapa kali ia pernah akan dibunuh dengan cara menyembelih dan meracunnya. Alasannya, ia dicurigai sebagai mata-mata “si bottar mata” (stereotip ini ditujukan kepada Belanda).
Tapi ia tidak takut sebab janjinya kepada Tuhan harus dipenuhi. Sekali waktu ia pun berkata, ”Tidak mungkin, seujung rambut pun tidak akan bisa diambil kalau tidak atas kehendak Allah.”
Sebelumnya, setelah resmi diutus dari RMG Barmen ia terlebih dahulu menemui Dr. H. N. Van der Tuuk, yang sebelumnya pada 1849 telah diutus oleh Lembaga Alkitab Belanda untuk mempelajari Bahasa Batak.
Setelah mendapatkan mendapatkan informasi lebih jauh tentang Batak, maka pada 24 Desember 1861 ia pun berangkat dengan kapal “Partinax” menuju Sumatra dan tiba di Padang pada 16 Mei 1862. Dari sana ia kemudian meneruskan perjalanannya ke Barus melalui Sibolga.
Di sinilah pertama kali ia bertemu langsung dengan orang Batak kemudian mempelajari bahasa dan adatnya. Hanya saja, ia tak lama di sana. Selain karena sudah masukya agama Islam, ia melihat adanya nilai pluraritas antarsuku yang sudah menyatu di sana: Toba, Angkola, Melayu, Pesisir.
Maka, setelah beberapa bulan tinggal di sana, ia pun memutuskan untuk pergi ke daerah lain: Sipirok. Lalu, atas keputusan rapat pendeta yang ke-2 pada 7 Oktober 1862 di Sipirok (setelah sebelumnya melayani penduduk di Parau Sorat, dan mendirikan gereja yang pertama di sana), pergilah ia menuju wilayah perkampungan Batak yang dikenal dengan Silindung.
Di sana, suatu kali di puncak (dolok) Siatas Barita (sekarang puncak Taman Wisata Rohani Salib Kasih, Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara), Nommensen pernah hendak dibunuh. Waktu itu sedang berlangsung ritual penyembahan kepada Sombaon Siatas Barita, ialah roh alam yang disembah orang Batak. Kerbau pun disembelih. Akan tetapi, pemimpin ritual (Sibaso) tidak menyukainya dan menyuruh pengikutnya untuk membunuhnya.
Lalu, kata Nommensen kepada mereka, “Roh yang berbicara kepada Sibaso bukanlah roh Siatas Barita, nenek moyangmu, melainkan roh setan. Nenek moyangmu tidak mungkin menuntut darah salah satu keturunannya.” Sibaso jatuh tersungkur dan mereka tidak mengganggunya lagi.
Setelah berhasil menjalin persahabatan dengan raja-raja yang paling berpengaruh di Silindung: Raja Amandari dan Raja Pontas Lumban Tobing, maka pada 29 Mei 1864, Nommensen mendirikan gereja di Huta Dame, sekitar Desa Sait ni Huta, Tarutung. Kemudian atas tawaran Raja Pontas, maka turut didirikan jemaat di Desa Pearaja, yang kini menjadi pusat gereja HKBP.
Setelah itu ia pergi ke Humbang dan tiba di Desa Huta Ginjang. Kemudian pada 1876 ia berangkat ke Toba ditemani Pendeta Johannsen dan sampai di Balige. Tetapi, akibat situasi yang gawat waktu itu, ketika pertempuran antara pasukan Sisingamangaraja XII dengan pasukan Belanda sedang terjadi, mereka pun menangguhkan perjalanan dan kembali ke Silindung.
Pada 1886 Nommensen kembali ke Toba (Laguboti dan Sigumpar), setelah pada 1881 Pendeta Kessel dan Pendeta Pilgram tiba dan berhasil menyebarkan injil di sana. Misi kedua pendeta ini kemudian dilanjutkan oleh Pendeta Bonn yang telah mendapat restu dari Raja Ompu Tinggi dan Raja Oppu Timbang yang menyediakan lahan gedung sekolah di Laguboti.
Pendeta Boon pindah dari Sigumpar ke Pangaloan dan Nommensen menggantikan tugasnya. Sepeninggalan Boon, Nommensen mendapat rintangan di mana sempat terjadi perdebatan sesama penduduk atas izin sebidang tanah. Setelah akhirnya mendapat persetujuan dari penduduk, ia pun mendirikan gereja, sekolah, balai pengobatan, lahan pertanian dan tempat tinggalnya di sana. Konsep pembangunan satu atap ini disebut dengan “pargodungan”, yang menjadi karakter setiap pembangunan gereja Protestan di Tanah Batak.
Dari Sigumpar, Nommensen bersama beberapa pendeta lainnya melanjutkan zending dengan menaiki “solu” (perahu) melintasi Danau Toba yang dikaguminya menuju Pulau Samosir. Maka, pada 1893 Pendeta J. Warneck pun tiba di Nainggolan, 1898 Pendeta Fiise di Palipi, 1911 Pendeta Lotz di Pangururan dan 1914 Pendeta Bregenstroth di Ambarita.
Misi zending tak berhenti sampai di sana. Nommensen lalu mengajukan permohonan kepada RMG Barmen agar misinya diperluas hingga wilayah Simalungun. Permohonan itu ditanggapi dengan mengutus Pendeta Simon, Pendeta Guillaume dan Pendeta Meisel menuju Sigumpar pada 16 Maret 1903. Dari sana mereka pergi ke Tiga Langgiung, Purba, Sibuha-buhar, Sirongit, Bangun Purba, Tanjung Morawa, Medan, Deli Tua, Sibolangit dan Bukum. Bersama Nommensen, mereka pun melanjutkan perjalanan melalui Purba, Raya, Pane, Dolok Saribu hingga Onan Runggu.
Zending inkulturatif
Misi Nommensen memang penuh pengorbanan. Tapi, ia tulus. Demi misinya, ia bahkan tak sempat melihat Caroline Gutbrod, yang wafat setelah sebelumnya jatuh sakit dan terpaksa dipulangkan ke Jerman.
Nommensen juga banyak menyisakan kenangan, yang barangkali menjadi simbol pengorbanan dan jasanya kelak. Kenangan-kenangan itu ibarat benih, meski sang penabur kelak telah tiada. Barangkali, Gereja Dame adalah salah satu benih itu, yang ketika penulis berkunjung ke sana, tampak kondisiya sudah mulai usang tapi masih berfungsi. Gereja kecil itu adalah gereja yang pertama kali didirikannya ketika menginjakkan kakinya di daerah Silindung, Tarutung.
Lokasinya di Desa Onan Sitahuru Saitni Huta, sekitar 2 kilometer ke arah selatan Kota Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Di gereja ini, Nommensen mulai mengajar umatnya dengan teratur. Selain mengajar Alkitab (termasuk menerjemahkan kitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa Batak), ia juga mengajar pertanian serta mulai menyusun tata pelaksanaan ibadah gereja dengan teratur.
Onan Sitahuru sendiri, sekitar 1816-1817 merupakan pusat perdagangan terbesar di Tanah Batak karena terdapat sebuah “hariara” (pohon beringin) di sana. Menurut penuturan warga setempat, di pohon inilah Nommensen pernah akan dipersembahkan kepada Dewa Siatas Barita, tapi ia berhasil diselamatkan pembantunya. Pohon berusia 190 tahun itu kini masih dapat ditemui di sana.
Tercatat pula bahwa sejak tahun 1861 telah berdiri gereja-gereja kecil (resort) di Sipirok dan Bunga Bondar atas misi zending sebelumnya. Kemudian atas Nommensen pada 1862 di Parau Sorat, Pangaloan, Sigompulon; 1864 di Pearaja; 1867 di Pansur Napitu; 1870 di Sipoholon, Sibolga, Aek Pasir; 1875 di Simorangkir; 1876 di Bahal Batu; 1881 di Balige; 1882 di Sipahutar, Lintong ni Huta; 1883 di Muara; 1884 di Laguboti, 1888 di Hutabarat, Sipiongot; 1890 di Sigumpar, Narumonda, Parsambilan, Parparean; 1893 di Nainggolan; 1894 di Silaitlait; 1897 di Simanosor Batangtoru; 1898 di Palipi; 1899 di Lumban na Bolon, 1900 di Tampahan, Butar; 1901 di Sitorang; 1902 di Lumban Lobu, Silamosik, Nahornop; 1903 di Paranginan, Pematang Raya; 1904 di Dolok Sanggul; 1905 di Parmonangan, Sipiak; 1906 di Parsoburan; 1907 di Pematang Siantar; 1908 di Sidikalang; 1909 di Bonan Dolok, Tukka; 1910 di Purbasaribu; 1911 di Barus; 1912 di Medan; 1914 di Ambarita dan 1922 di Jakarta.
Sekarang, benih-benih itu telah berbuah dengan lahirnya gereja-gereja HKBP, GKPI, HKI, GKPS, GBKP dan GKPA, sebagai buah misi zending inkulturatif, yang tidak melupakan keaslian budaya setempat dalam pelaksanaan rutinitas ibadah. Atas jasanya itu, RMG kemudian mengangkat Nommensen menjadai ephorus pada 1881 hingga akhir hayatnya dan digantikan oleh Pendeta Valentine Kessel (1918-1920). Pada 6 Februari 1904, ketika genap berusia 70, Universitas Bonn menganugerahinya gelar Doktor Honoris Causa. Namanya lalu ditabalkan untuk dua universitas HKBP yang ada di Medan dan Pematangsiantar yang hingga saat ini masih berdiri.
Kemudian, pada Oktober 1993 dibangun pula Kawasan Wisata Rohani Salib Kasih (KWRSK) di puncak Siatas Barita, di mana ia pertama kali menginjakkan kakinya di Silindung. Salib sepanjang 31 meter terpancang di sana, seakan-akan melukiskan kisah karyanya yang agung.
Nommensen wafat pada 23 Mei 1918 dan dimakamkan di sisi makam istrinya yang kedua Christine Hander dan putrinya serta missionaris lainnya di Desa Sigumpar, Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir. Sejak 1891 ia telah tinggal di sana hingga akhir hidupnya. Kemudian pada 29 Juni 1996 Yayasan Pasopar, lembaga yang peduli dengan kelestarian sejarah kekristenan di Tanah Batak, memugar makamnya dan mengabadikannya menjadi “Nommensen Memorial”.
Kini, Nommensen telah tiada tapi karyanya tetap hidup. Ia telah menabur benih-benih cinta kasih sepanjang misinya untuk kita (Batak). Dan, sudahkah kita menuai buah cinta kasihnya itu kini? Semoga