SERMON
GURU SEKOLAH MINGGU HKBP WAHIDIN BARU
Yesaya
6:8-10
Inilah
aku Utuslah aku
1.
Yesaya artinya : Keselamata yang Dari Allah , Allah
Menyelamatkan( PenyelamatanYahweh) banyak cara untuk memanggil seseorang untuk
menjadi pegawai/karyawan resmi sebuah perusahaan atau juga di
pemerintahan. Misalnya, melalui iklan penerimaan pegawai baru, brosur
yang dibagikan, atau juga melalui informasi dari teman. Diterima atau tidak
bisa dalam bentuk panggilan langsung, panggilan via telepon, melalui papan pengumuman
atau juga via surat.Setelah diterima, tidak langsung menjadi pegawai/karyawan
tetap. Dia harus mengikuti masa training atau pelatihan dulu berhubungan dengan
skill, integritas dan juga loyalitas dalam tugas yang diberikan. Setelah
semuanya dijalani baru dia diterima secara resmi. Bagaimana juga dengan
Imam, Nabi, Rasul, Raja yang dipanggil Tuhan menjadi “karyawan/pegawai-Nya”
yang sering disebut hamba-Nya? Dalam Alkitab menceritakan banyak cara yang
dipakai oleh Tuhan. Reaksi yang sangat positif akan panggilan Tuhan bisa kita
lihat lewat sosok Yesaya.
2.
Ketika ia mendapat panggilan Tuhan, ia langsung
menyatakan kesiapannya tanpa memikirkan keterbatasan kemampuannya sebagai
seorang manusia biasa. “Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah
yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini
aku, utuslah aku!” (Yesaya 6:8). Singkat dan tegas reaksinya. “Here am
I, send me.” he said. Apakah Yesaya termasuk orang yang percaya diri
berlebihan? Tentu tidak. Kita yakin Yesaya tahu betul sampai dimana batas
kemampuannya sebagai manusia. Tetapi ia menyadari betul bahwa ia hanyalah
seorang utusan, seorang pelayan, seorang hamba. Ia tidak perlu takut. Sebagai
seorang hamba, bukankah ia memiliki “Tuan” dengan kuasa yang tidak terbatas? Jika
“Tuan”nya yang menyuruh, bukankah itu artinya “Tuan”nya percaya ia mampu dan
akan menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menjalankan tugas? Ini
sebuah sikap yang seharusnya segera muncul dalam diri kita ketika Tuhan memberi
sebuah tugas atau panggilan. Bukan segera melihat kekurangan atau keterbatasan
kemampuan kita, tetapi segera mengarahkan pandangan kepada Sang Pemberi tugas.
Bukan mengeluh, tetapi sudah sepantasnya kita bersyukur karena kita dipilih
Tuhan untuk melakukan pekerjaan yang mulia.
3.
Bukan kemampuan kita yang penting, tetapi kemauan kita.
Selebihnya biarkan Tuhan yang berkreasi diatas segalanya lewat diri kita.Kita
manusia yang terbatas, itu benar. Tapi sesungguhnya Tuhan sudah menyediakan
talenta-talenta khusus bagi kita masing-masing yang tentu saja bisa dipakai
untuk kembali memuliakanNya dalam melakukan berbagai bentuk pelayanan
yang memberkati orang lain. Apakah para nabi pilihan Tuhan adalah orang-orang
sempurna yang bisa segalanya? Justru sebaliknya, Tuhan lebih suka memakai orang-orang
yang dianggap biasa-biasa saja atau malah tidak dianggap untuk menjadi
duta-dutaNya ketimbang orang-orang yang hebat, kaya atau terkenal. Bukan mampu
atau tidak yang penting, tapi mau atau tidak.
4.
Hari ini kita mau melihat bagaimana Yesaya dalam
Panggilan Tuhan:
Meresponi Panggilan Tuhan: (Ayat 8) "Ini aku, utuslah aku!" Paulus juga menunjukan hal ini filipi 3:13-14 Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Ini bukan sekedar jawaban kosong melainkan jawaban penyerahan diri sepenuhnya. Kita bisa melihat pada poin berikutnya dimana
Meresponi Panggilan Tuhan: (Ayat 8) "Ini aku, utuslah aku!" Paulus juga menunjukan hal ini filipi 3:13-14 Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Ini bukan sekedar jawaban kosong melainkan jawaban penyerahan diri sepenuhnya. Kita bisa melihat pada poin berikutnya dimana
5.
Yesaya Mengikuti kehendak Tuhan: Yesaya 6:9-10 "Pergilah, dan katakanlah
kepada bangsa ini: Dengarlah
sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi
menanggap: jangan! 10 Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya
berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka
melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan
hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh." 11 Kemudian aku bertanya:
"Sampai berapa lama, ya Tuhan?" Lalu jawab-Nya: "Sampai
kota-kota telah lengang sunyi sepi, tidak ada lagi yang mendiami, dan di
rumah-rumah tidak ada lagi manusia dan tanah menjadi sunyi dan sepi. Yesaya
berkhotbah mengenai hukuman dan pelepasan yaitu bila orang israel mengeraskan
hatinya makan hukuman akan datang pada mereka namun bila mereka bertobat maka
pengampunan dan keselamatan akan menjadi milik mereka “Keselamatan seperti apa
yang Allah janjikan?
6.
Siapakah Aku Ini Tuhan? Siapakah Guru Sekolah Minggu/Anak Sekolah
Minggu HKBP Wahidin Baru?(Yohanes 15:14-17) 15:14 Kamu adalah sahabat-Ku,
jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.15:15 Aku tidak menyebut
kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi
Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah
memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari
Bapa-Ku.15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang
memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya
kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu
minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.15:17 Inilah
perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang
akan yang lain.”
7. Tugas pelayanan Sebagai Guru Sekolah
Minggu yang kita emban memang berat dan menguras energi, tenaga, pikiran bahkan
materi. Kadang kala kita juga harus rela meninggalkan kepentingan pribadi dan
keluarga demi pelayanan. Tetapi Yesus memberi satu jaminan bahwa Dia akan
beserta dengan kita sekaligus memenuhi apa yang menjadi permintaan kita (ay.
16c). Tentu saja dengan catatan kita tetap patuh dan setia kepada perintah-Nya
(ay. 14-15). Sekarang kembali kepada kita apakah masih terus bergumul dengan
pertanyaan, Siapakah aku ini Tuhan? Atau justru sebaliknya kita
kembali dari sermon ini dengan satu komitment seperti apa yang dikatakan Nabi
Yesaya kepada Tuhan,
8.
“Inilah Aku, Utuslah Aku” (Yes. 6:8)? Lagu ini akan
menginspirasi kita dalam Melayani Kasih
setiaMu yang kurasakan, Lebih tinggi dari langit biru, KebaikanMu yang tlah Kau
nyatakan, Lebih dalam dari lautan, BerkatMu yang telah kuterima, Sempat
membuatku terpesona, Apa yang tak pernah kupikirkan, Itu yang Kau sediakan
bagiku. Reff..Siapakah aku ini Tuhan?, Jadi biji mataMu, Dengan
apakah kubalas Tuhan ?, Selain puji dan sembah Kau.
YE-SA-YA : YESUS-
SAYANG -SAYA