Oleh: LindurSiburian
The power of Unity
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Sebuah
peribahasa yang sejak dahulu kala sampai saat ini masih tetap relevan
dengan kehidupan umat manusia. Entah itu bisnis, keluarga, hubungan
antar manusia maupun dalam konflik sosial. Bahkan sekedar mengingat
sejarah masa lalu, Indonesia bisa merdeka karena adanya kesatuan para
pejuang terdahulu, dimana telah hampir dicerai-beraikan oleh penjajah
selama hampir 350 tahun. Karena konteksnya dalam bisnis, maka tulisan
kali ini akan lebih difokuskan pada kegiatan usaha, terutama industri
keuangan.
Unity atau kesatuan merupakan sebuah
uangkapan yang memiliki makna sangat luas. Kesatuan dalam arti
sederhana bisa digambarkan sebagai gabungan dari individu-individu,
entah itu berlatar-belakang sama atau berbeda yang telah bergabung
dalam sebuah visi dan misi yang sama pula. Seberapa powerfull-nya
kelompok tersebut sangat ditentukan oleh bagaimana masing-masing
individu tersebut memandang esensi kesatuan diantara mereka. Ibarat
lidi, akan lebih memiliki kekuatan apabila diikat dalam satu kesatuan.
Demikian halnya dalam sebuah organisasi, terutama di
perusahaan-perusahaan yang berskala besar dan cenderung padat karya..
Pada umumnya perusahaan ini terdiri dari berbagai macam karakter
karyawan, latar belakang sosial dan pendidikan, ragam suara,
kepentingan dan lain. Dengan adanya keragaman ini akan menjadi sulit
untuk menumbuhkan kesatuan di tubuh organisasi tersebut.
Dalam sebuah pemberitaan majalah ibukota akhir tahun lalu, unity
dalam konsep manajemen merupakah salah satu roh penting dalam trend
manajemen masa kini dan masa depan. Beragam teori dan konsep manajemen
yang ditawarkan oleh para ahli, konsultan semuanya mengacu kepada unity, yang diimplementasikan melalui team work. Se canggih apapun konsep manajemen yang ditawarkan kepada sebuah perusahaan berikut dengan segala tools pendukungnya, akan mubazir bila masing-masing individu tidak memandang konsep itu sebagai visi bersama.
Industri keuangan menyediakan beragam produk jasa
keuangan yang akan ditawarkan ke masyarakat umum. Bagaiman produk itu
lahir dan sampai ke konsumen tentu harus melewati proses dan siklus
yang panjang. Setiap proses ini juga ditangani oleh masing-masing
departemen, dan didalam departemen sendiri juga terdiri dari berbagai
ragam individu. Dalam konsep pemasaran modern, produk itu lahir dari
sebuah siklus yang panjang. Seharusnya masing-masing simpul dan aliran
dari siklus tersebut ditangani oleh individu yang bertindak dan
memiliki pola pikir sebagai seorang marketing. Pola pikir seorang
marketing hanya satu yaitu bagaimana pekerjaan yang dilakukan oleh
bersangkutan baik melalui produk langsung atau tidak bisa “laku” dalam
arti ada orang yang memberikan apresiasi, ada orang yang tertarik
kemudian melakukan deal dan akhirnya ada rasa kepuasan
dikonsumen. Dengan demikian yang bersangkutan juga akan merasa puas
dengan hasil karyanya tersebut. Melalui pemahaman seperti ini, maka
semestinya tidak ada yang namanya departemen marketing. Setiap individu
dalam organisasi atau perusahaan juga seorang marketing, apakah itu
office boy, satpam, orang accounting dan finance, IT dan bahkan
Management juga bertindak sebagai marketing.
Dalam telaah alur produksi sebuah produk jasa
keuangan, katakanlah leasing dan pembiayaan. Apabila seorang konsumen
ingin memberli produk dari sebuah perusahaan pembiayaan tentunya.
Pertama kali dia harus berhubungan dengan bagian sales atau customer
services atau bahkan juga seorang satpam atau operator. Kemudian data
dan informasi nasabah akan ditransfer ke bagian analisis. Analisis
akan memproses proposal nasabah, yaitu menentukan term & condition,
jumlah cicilan yang akan dibebankan kepada nasabah, dan selanjutnya
akan ditranfer ke bagian sales dan selanjutnya dilakukan penagihan
premi oleh finance. Apakah prosesnya berhenti sampai di
situ. Jawabannya tentu tidak. Perusahaan akan tetap menjaga hubungan
dengan nasabah. Dan bila nasabah mengalami klaim, maka bagian klaim
akan mem-follow-up dengan standard servis yang lebih baik
tentunya. Keseluruhan proses ini tentu harus dilakukan dengan pola
pikir kesatuan visi dan misi yaitu akan melahirkan konsep layanan
secara utuh dengan memuaskan konsumen. Disamping itu masing-masing
bagian bisa menikmati kepuasan atas alur produksi tadi. Sama-sama
senang, dan tentu beban biaya, tenaga bisa berkurang.
Konsep sederhana diatas merupakan salah satu bagian
terkecil dari konsep unity yang bisa diterapkan dalam industri
asuransi. Beragam aktivitas lain yang jauh lebih kompleks yang tentu
dengan adanya konsep unity ini akan menjadi lebih bagus. Prosesnya
dilakukan secara bersama-sama, dinikmati bersama-sama dan juga untuk
kesejahteraan bersama-sama. Bila saya ilustrasikan seperti sebuah
sungai, dimana sungai bisa besar adalah akibat adanya kesatuan dari
masing-masing selokan, got kecil-kecil, menjadi anak-anak sungai. Dan
anak-anak sungai itu akan bersatu membentuk aliran sungai yang lebih
besar. Dan selama proses mengalir, sungai ini akan mengikuit arah
aliran secara bersama-sama, terjun bersama-sama, ditimpa batu
bersama-sama, mendobrak tebing bersama-sama dan bahkan menikmati
kotoran secara bersama- sama. Hasilnya, adalah menjadi kekuatan alam
yang luarbiasa, dan bahkan bisa menerjang kehidupan umat manusia satu
pulau seperti yang terjadi pada musibah banjir bohorok. Dengan
demikian, organisasi yang dilandasi oleh the power of unity akan menjadi market leader dan juga bisa menjadi penguasa bisnis di sektornya. Selamat berkarya.
Oleh : Ir. Lindur Siburian, MM, ANZIIF (CIP), A3IK
Pengamat Pemasaran dan Manajemen Industri Keuangan
Pengamat Pemasaran dan Manajemen Industri Keuangan