Wednesday, 30 October 2013

The Power Of Unity

Oleh: LindurSiburian

The power of Unity


Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.  Sebuah peribahasa yang sejak dahulu kala sampai saat ini masih tetap relevan dengan kehidupan umat manusia.  Entah itu bisnis, keluarga, hubungan antar manusia maupun dalam konflik sosial.  Bahkan sekedar mengingat sejarah masa lalu, Indonesia bisa merdeka karena adanya kesatuan para pejuang terdahulu, dimana telah hampir dicerai-beraikan oleh penjajah selama hampir 350 tahun.  Karena konteksnya dalam bisnis, maka tulisan kali ini akan lebih difokuskan pada kegiatan usaha, terutama industri keuangan.
Unity atau kesatuan merupakan sebuah uangkapan yang memiliki makna sangat luas.  Kesatuan dalam arti sederhana bisa digambarkan sebagai gabungan dari individu-individu, entah itu berlatar-belakang sama atau berbeda yang telah bergabung dalam sebuah visi dan misi yang sama pula.  Seberapa powerfull-nya kelompok tersebut sangat ditentukan oleh bagaimana masing-masing individu tersebut memandang esensi kesatuan diantara mereka.  Ibarat lidi, akan lebih memiliki kekuatan apabila diikat dalam satu kesatuan.  Demikian halnya dalam sebuah organisasi, terutama di perusahaan-perusahaan yang berskala besar dan cenderung padat karya..  Pada umumnya perusahaan ini terdiri dari berbagai macam karakter karyawan, latar belakang sosial dan pendidikan, ragam suara, kepentingan dan lain.  Dengan adanya keragaman ini akan menjadi sulit untuk menumbuhkan kesatuan di tubuh organisasi tersebut.
Dalam sebuah pemberitaan majalah ibukota akhir tahun lalu, unity dalam konsep manajemen merupakah salah satu roh penting dalam trend manajemen masa kini dan masa depan.  Beragam teori dan konsep manajemen yang ditawarkan oleh para ahli, konsultan semuanya mengacu kepada unity, yang diimplementasikan melalui team work.  Se canggih apapun konsep manajemen yang ditawarkan kepada sebuah perusahaan berikut dengan segala tools  pendukungnya, akan mubazir bila masing-masing individu tidak memandang konsep itu sebagai visi bersama.  
Industri keuangan menyediakan beragam produk jasa keuangan yang akan ditawarkan ke masyarakat umum.  Bagaiman produk itu lahir dan sampai ke konsumen tentu harus melewati proses dan siklus yang panjang.  Setiap proses ini juga ditangani oleh masing-masing departemen, dan didalam departemen sendiri juga terdiri dari berbagai ragam individu.  Dalam konsep pemasaran modern, produk itu lahir dari sebuah siklus yang panjang.  Seharusnya masing-masing simpul dan aliran dari siklus tersebut ditangani oleh individu yang bertindak dan memiliki pola pikir sebagai seorang marketing.  Pola pikir seorang marketing hanya satu yaitu bagaimana pekerjaan yang dilakukan oleh bersangkutan baik melalui produk langsung atau tidak bisa “laku” dalam arti ada orang yang memberikan apresiasi, ada orang yang tertarik kemudian melakukan deal dan akhirnya ada rasa kepuasan dikonsumen.  Dengan demikian yang bersangkutan juga akan merasa puas dengan hasil karyanya tersebut.  Melalui pemahaman seperti ini, maka semestinya tidak ada yang namanya departemen marketing.  Setiap individu dalam organisasi atau perusahaan juga seorang marketing, apakah itu office boy, satpam, orang accounting dan finance, IT dan bahkan Management juga bertindak sebagai marketing.
Dalam telaah alur produksi sebuah produk jasa keuangan, katakanlah leasing dan pembiayaan.  Apabila seorang konsumen ingin memberli produk dari sebuah perusahaan pembiayaan tentunya.  Pertama kali dia harus berhubungan dengan bagian sales atau customer services atau bahkan juga seorang satpam atau operator.  Kemudian data dan informasi nasabah akan ditransfer ke bagian analisis.  Analisis akan memproses proposal nasabah, yaitu menentukan term & condition, jumlah cicilan yang akan dibebankan kepada nasabah, dan selanjutnya akan ditranfer  ke bagian sales dan selanjutnya dilakukan penagihan premi oleh finance.  Apakah prosesnya berhenti sampai di situ.  Jawabannya tentu tidak.  Perusahaan akan tetap menjaga hubungan dengan nasabah.  Dan bila nasabah mengalami klaim, maka bagian klaim akan mem-follow-up dengan standard servis yang lebih baik tentunya.  Keseluruhan proses ini tentu harus dilakukan dengan pola pikir kesatuan visi dan misi yaitu akan melahirkan konsep layanan secara utuh dengan memuaskan konsumen.    Disamping itu masing-masing bagian bisa menikmati kepuasan atas alur produksi tadi.  Sama-sama senang, dan tentu beban biaya, tenaga bisa berkurang.
Konsep sederhana diatas merupakan salah satu bagian terkecil dari konsep unity yang bisa diterapkan dalam industri asuransi.  Beragam aktivitas lain yang jauh lebih kompleks yang tentu dengan adanya konsep unity ini akan menjadi lebih bagus.  Prosesnya dilakukan secara bersama-sama, dinikmati bersama-sama dan juga untuk kesejahteraan bersama-sama.  Bila saya ilustrasikan seperti sebuah sungai, dimana sungai bisa besar adalah akibat adanya kesatuan dari masing-masing selokan, got kecil-kecil, menjadi anak-anak sungai.  Dan anak-anak sungai itu akan bersatu membentuk aliran sungai yang lebih besar.  Dan selama proses mengalir, sungai ini akan mengikuit arah aliran secara bersama-sama, terjun bersama-sama, ditimpa batu bersama-sama, mendobrak tebing bersama-sama dan bahkan menikmati kotoran secara bersama- sama.  Hasilnya, adalah menjadi kekuatan alam yang luarbiasa, dan bahkan bisa menerjang kehidupan umat manusia satu pulau seperti yang terjadi pada musibah banjir bohorok.  Dengan demikian, organisasi yang dilandasi oleh the power of unity akan menjadi market leader dan juga bisa menjadi penguasa bisnis di sektornya.  Selamat berkarya.
Oleh : Ir. Lindur Siburian, MM, ANZIIF (CIP), A3IK
Pengamat Pemasaran dan Manajemen Industri Keuangan

Kisah 3 Pohon

Kisah 3 Pohon

Alkisah, ada tiga pohon di dalam hutan. Suatu hari, ketiganya saling menceritakan mengenai harapan dan impian mereka..
Pohon pertama berkata: “Kelak aku ingin menjadi peti harta karun. Aku akan diisi emas, perak dan berbagai batu permata dan semua orang akan mengagumi keindahannya” .
Kemudian pohon kedua berkata: “Suatu hari kelak aku akan menjadi sebuah kapal yang besar. Aku akan mengangkut raja-raja dan berlayar ke ujung dunia. Aku akan menjadi kapal yang kuat dan setiap orang merasa aman berada dekat denganku”.
Lalu giliran pohon ketiga yang menyampaikan impiannya: “Aku ingin tumbuh menjadi pohon yang tertinggi di hutan di puncak bukit. Orang-orang akan memandangku dan berpikir betapa aku begitu dekat untuk menggapai surga dan TUHAN. Aku akan menjadi pohon terbesar sepanjang masa dan orang-orang akan mengingatku” .
Setelah beberapa tahun berdoa agar impian terkabul, sekelompok penebang pohon datang dan menebang ketiga pohon itu…
Pohon pertama dibawa ke tukang kayu. Ia sangat senang sebab ia tahu bahwa ia akan dibuat menjadi peti harta karun. Tetapi, doanya tidak menjadi kenyataan karena tukang kayu membuatnya menjadi kotak tempat menaruh makanan ternak. Ia hanya diletakkan dikandang dan setiap hari diisi dengan jerami.
Pohon kedua dibawa ke galangan kapal. Ia berpikir bahwa doanya menjadi kenyataan. Tetapi, ia dipotong-potong dan dibuat menjadi sebuah perahu nelayan yang sangat kecil. Impiannya menjadi kapal besar untuk mengangkut raja-raja telah berakhir.
Pohon ketiga dipotong menjadi potongan-potongan kayu besar dan dibiarkan teronggok dalam gelap.
Tahun demi tahun berganti, dan ketiga pohon itu telah melupakan impiannya masing-masing.
Kemudian suatu hari, sepasang suami istri tiba di kandang. Sang istri melahirkan dan meletakkan bayinya di kotak tempat makanan ternak yang dibuat dari pohon pertama. Orang-orang datang dan menyembah bayi itu. Akhirnya pohon pertama sadar bahwa di dalamnya telah diletakkan harta terbesar sepanjang masa.
Bertahun-tahun kemudian, sekelompok laki-laki naik ke atas perahu nelayan yang dibuat dari pohon kedua. Di tengah danau, badai besar datang dan pohon kedua berfikir bahwa ia tidak cukup kuat untuk melindungi orang-orang di dalamnya. Tetapi salah seorang laki-laki itu berdiri dan berkata kepada badai: “Diam!!!” Tenanglah”. Dan badai itupun berhenti. Ketika itu tahulah bahwa ia telah mengangkut Raja di atas segala raja.
Akhirnya, seseorang datang dan mengambil pohon ketiga. Ia dipikul sepanjang jalan sementara orang-orang mengejek lelaki yang memikulnya. Laki-laki itu kemudian dipakukan di kayu ini dan mati dipuncak bukit. Akhirnya pohon ketiga sadar bahwa ia demikian dekat dengan TUHAN, karena YESUS-lah yang disalibkan padanya…
—————————————————————————————————————-
Ketika keadaan tidak seperti yang engkau inginkan, ketahuilah bahwa Tuhan memiliki rencana untukmu. Jika engkau percaya pada-Nya, Ia akan memberimu berkat-berkat besar. Ketiga pohon mendapatkan apa yang mereka inginkan, tetapi tidak dengan cara yang seperti mereka bayangkan. Begitu juga dengan kita, kita tidak selalu tahu apa rencana Tuhan bagi kita. Kita hanya tahu bahwa jalan-Nya bukanlah jalan kita, tetapi jalan-Nya adalah yang terbaik bagi kita, selamanya…

Nomor Telepon Tuhan


Nomor Penting Orang Percaya

Nomor telpon ke sorgaMENELPON TUHAN
☎ Kring.. ☎Kring..☎ Kring…☎
‎‎‎Ketika kamu memanggil, Tuhan pasti menjawab… “Ini Aku” (Yesaya 58:9).
Ketika kamu ingin memanggilNYA, silahkan menggunakan “NOMOR TELPON DARURAT” dibawah ini (dibuka di Alkitab sendiri…. ya):
☎Saat kamu berduka atas meninggalnya orang yang dikasihi, putar 2 Korintus 5:1
☎Ketika kamu takut,putar Mazmur 56:4-6
☎Jika kamu ingin berbuah, putar Yohanes 15
☎Ketika kamu berdosa, putar Mazmur 51; Yesaya 1:18
☎Ketika kamu khawatir, putar Mazmur 55:23.
☎Ketika kamu dalam bahaya, putar Mazmur 91
☎Ketika Tuhan terasa jauh, putar Mazmur 139
☎Ketika iman kamu perlu dikuatkan, putar Ibrani 11
☎Ketika kamu merasa sendiri dan takut, putar Mazmur 23
☎Ketika kamu mengalami kepahitan, putar Efesus 4:31-32
☎Ketika kamu sedang berbeban berat, putar Matius 11:28
☎Ketika kamu butuh penghiburan,putar Wahyu 21:4; Mazmur 119:50
☎Ketika kamu butuh perlindungan, putar Mazmur 9:10-11
☎Ketika kamu sulit tidur, putar Mazmur 4:9
☎ Ketika kamu mengalami kemalangan, putar Mazmur 34:18-20
☎Ketika kamu perlu perlindungan dr kecelakaan atau dr keadaan bahaya , putar Mazmur 121:7-8
☎Ketika kamu butuh pertolongan, putar Mazmur 121
☎Ketika kamu membutuhkan keberanian untuk suatu tugas, putar Yosua 1
☎Ketika kamu sedang marah, putar Mazmur 37:8
☎Ketika kamu berpikir utk bercerai, putar Markus 10:9
☎Saat kamu merasa depresi, putar Mazmur 27
☎Jika kamu kesulitan keuangan, putar Mazmur 37:25,26
☎Jika kamu membutuhkan keslamatan, putar Yohanes 1:12
☎Jika kamu merasa iri hati, putar Galatia 5:20-21
☎Jika kamu butuh kekuatan dlm kesesakan, putar Mazmur 9:10
☎Ketika kamu sakit, putar 1 Petrus 2:24
☎Ketika kamu sulit mengampuni orang lain,putar Kolose 3:13
Nomor-nomor tersebut dapat langsung dihubungi. Operator tidak diperlukan. Seluruh saluran ke Surga terbuka 24 jam sehari, 7 hr dalam seminggu! dan, yang penting, bagikan daftar telepon ini kepada orang-orang disekeliling kita.  Siapa tahu mungkin mereka sedang membutuhkannya..

TERBAYAR LUNAS


menebus lunasEngkau Sudah Dibayar Lunas

“ Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas ”
( 1 Petrus 1 : 18 )
Setelah hidup dalam kehidupan yang “layak” , waktu saya di bumi telah selesai. Hal pertama yang saya ingat adalah duduk di bangku ruang pembelaan di sebuah pengadilan. Ketika saya melihat ke sebelah kanan saya, di sana duduk “penuntut” yang terlihat berwajah kejam dan sadis. Ketika saya melihat ke sebelah kiri saya, di sana duduk “pengacara” saya, laki-laki yang berwajah baik dan lembut. Tiba-tiba pintu di sudut terbuka dan muncul Hakim dengan jubah panjang yang melambai-lambai. Kehadiran-Nya sangat mengagumkan sampai-sampai saya tidak melepaskan pandangan pada-Nya. Ketika dia mengambil tempat duduk di belakang mahkamah, dia berkata, “ Mari kita mulai. ”
Penuntun berdiri dan berkata, “ Nama saya Setan, dan saya di sini untuk menunjukkan pada-Mu mengapa orang ini milik neraka. ” Dia meneruskan dengan mengatakan kebohongan yang pernah saya katakan, barang-barang yang pernah saya curi, dan bagaimana saya berbuat curang pada orang lain di masa lalu. Setan mengatakan perbuatan tak wajar lain yang mengerikan di masa hidup saya, dan makin banyak dia berbicara makin dalam saya terpelosok di tempat duduk saya. Saya sangat malu sehingga saya tidak dapat melihat siapapun. Saya cemas pada Setan yang mengatakan semua hal tentang saya dan saya juga cemas pada wakil saya yang duduk diam tanpa menawarkan bentuk pembelaan sama sekali. Setan menyelesaikannya dengan kemarahan dan berkata, “ Orang ini milik neraka; dia bersalah terhadap semua yang saya tuntut; dan tidak seorang pun dapat membuktikan sebaliknya. Keadilan akhirnya akan dilayani hari ini. ”
Ketika tiba giliran-Nya, pertama pengacara saya bertanya apakah dia diperbolehkan mendekati mahkamah, dan Hakim pun memperbolehkannya. Ketika Dia berdiri dan berjalan, saya dapat melihat-Nya sekarang dalam Keagungan dan Kemuliaan-Nya dan Dia adalah Yesus Penyelamat saya. Dia berhenti, berbalik lalu berbicara, “ Setan benar mengatakan bahwa orang ini berdosa, saya tidak akan menentang pernyataan ini, dan benar upah dosa adalah maut, dan orang ini pantas untuk dihukum. ”
Yesus menarik nafas kemudian berbalik pada Bapa-Nya dengan mengulurkan tangan dan berbicara,  “ Bagaimanapun juga, Aku mati di kayu salib sehingga orang ini boleh hidup dan dia telah menerima Aku sebagai Penyelamatnya, maka dia milik-Ku. Namanya tertulis di buku kehidupan dan tak seorang pun dapat merenggutnya dari-Ku. ” Ketika Yesus duduk, Dia diam, menatap Bapa-Nya dan menjawab, “ Tidak ada lagi yang perlu diselesaikan. Aku telah menyelesaikannya. ”
Hakim mengangkat tangan-Nya yang hebat dan memukul palu dan berkata, “ Orang ini bebas hukuman. Untuknya telah dibayar lunas. Kasus ditutup. ” Setan berteriak marah dan berkata, “ Aku tidak akan menyerah, aku akan memenangkan yang berikutnya! ”
Ketika Tuhan menuntun saya keluar, saya bertanya pada Yesus, “ Pernahkah Kau kalah dalam satu kasus? ” Kristus tersenyum penuh kasih dan berkata, “ Setiap orang yang datang pada-Ku dan meminta Aku untuk mewakili mereka, mereka menerima putusan yang sama seperti kamu. Terbayar Lunas. ”

Rendah Hati


Belajar Bersikap Rendah Hati

Pencuri KueSuatu malam, seorang wanita sedang menunggu di bandara. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di sebuah gerai toko di bandara, lalu menemukan tempat duduk.
Sambil duduk, wanita tersebut memakan kue sambil membaca buku yang baru dibelinya. Dalam keasyikannya, ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua kue yg berada diantara mereka berdua.
Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si “Pencuri Kue” yang pemberani itu menghabiskan persediaannya.
Ia makin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itupun sempat berpikir: (“Kalau aku bukan orang baik, tentu sudah kutonjok dia !”).
Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki itu juga mengambil satu. Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan, dan ia segera mengumpulkan barang-barang miliknya dan menuju pintu gerbang.
Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari buku yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas karena kaget. Ternyata disitu ada kantong kuenya. Koq milikku ada di sini, jadi kue tadi adalah milik siapa. Milik lelaki itu?
Ah, terlambat sudah untuk meminta maaf; ia tersandar dan sedih. Bahwa sesungguhnya akulah yang salah, tak tahu terima kasih dan akulah sesungguhnya sang pencuri kue itu; bukan dia!
Dalam hidup ini, kisah pencuri kue seperti tadi seringkali terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri, dan tak jarang kita berprasangka buruk.
Orang lainlah yang selalu salah, orang lain yang patut disingkirkan, orang lain yang  tak tahu diri, orang lain yang berdosa,
orang lain yang selalu bikin masalah.
Kita sering mengalami hal diatas, kita sering berpikir bahwa kita paling benar sendiri, kita paling suci, kita paling tinggi, kita paling pintar, dst.
Sejak detik ini, bisakah kita memulai untuk rendah hati?
Dan tidak lagi menjadi “pencuri kue” yang teriak “maling..!” kepada orang lain..!

ULOS BATAK


Oleh: Pdt Daniel T.A. Harahap
1. HASIL PERADABAN
Ulos (lembar kain tenunan khas tradisional Batak) pada hakikatnya adalah hasil peradaban masyarakat Batak pada kurun waktu tertentu. Menurut catatan beberapa ahli ulos (baca: tekstil) sudah dikenal masyarakat Batak pada abad ke-14 sejalan dengan masuknya alat tenun tangan dari India. Hal itu dapat diartikan sebelum masuknya
alat tenun ke Tanah Batak masyarakat Batak belum mengenal ulos (tekstil). Itu artinya belum juga ada budaya memberi-menerima ulos (mangulosi). Kenapa? Karena nenek-moyang orang Batak masih mengenakan cawat kulit kayu atau tangki. Pertanyaan: lantas apakah yang diberikan hula-hula kepada boru pada jaman sebelum masyarakat Batak mengenal alat tenun dan tekstil tersebut?

Pertanyaan itu hendak menyadarkan komunitas Kristen-Batak untuk menempatkan ulos pada proporsinya. Ulos pada hakikatnya adalah hasil sebuah tingkat peradaban dalam suatu kurun sejarah. Ulos pada awalnya adalah pakaian sehari-hari masyarakat Batak sebelum datangnya pengaruh Barat. Perempuan Batak yang belum menikah melilitkannya di atas dada sedangkan perempuan yang sudah menikah dan punya anak atau laki-laki cukup melilitkannya di bawah dada (buha baju). Ulos juga dipakai untuk mendukung anak (parompa), selendang (sampe-sampe) dan selimut (ulos) di malam hari atau di saat kedinginan.

Dalam perkembangan sejarah nenek-moyang orang Batak mengangkat kostum atau tekstil (pakaian) sehari-hari ini menjadi simbol dan medium pemberian hula-hula kepada boru (pihak yang lebih dihormat kepada pihak yang lebih menghormat).

2. MAKNA AWAL
Secara spesifik pada masa pra-kekeristenan ulos atau tekstil sehari-hari itu dijadikan medium (perantara) pemberian berkat (pasu-pasu) dari mertua kepada menantu/ anak perempuan, kakek/nenek kepada cucu, paman (tulang) kepada bere, raja kepada rakyat. Sambil menyampaikan ulos pihak yang dihormati ini menyampaikan kata-kata berupa berkat (umpasa) dan pesan (tona) untuk menghangatkan jiwa si penerima. Ulos sebagai simbol kehangatan ini bermakna sangat kuat, mengingat kondisi Tanah Batak yang dingin. Dua lagi simbol kehangatan adalah: matahari dan api.

Bagi nenek-moyang Batak yang pra-Kristen selain ulos itu an sich yang memang penting, juga kata-kata (berkat atau pesan) yang ingin disampaikan melalui medium ulos itu. Kita juga mencatat secara kreatif nenek-moyang Batak juga menciptakan istilah ulos na so ra buruk (ulos yang tidak bisa lapuk), yaitu tanah atau sawah. Pada keadaan tertentu hula-hula dapat juga memberi sebidang tanah atau ulos yang tidak dapat lapuk itu kepada borunya. Selain itu juga dikenal istilah ulos na tinonun sadari (ulos yang ditenun dalam sehari) yaitu uang yang fungsinya dianggap sama dengan ulos.
Ulos yang panjangnya bisa mencapai kurang lebih 2 meter dengan lebar 70 cm (biasanya disambung agar dapat dipergunakan untuk melilit tubuh) ditenun dengan tangan. Waktu menenunnya bisa berminggu-minggu atau berbulan-bulan tergantung tingkat kerumitan motif. Biasanya para perempuan menenun ulos itu di bawah kolong rumah. Sebagaimana kebiasaan jaman dahulu mungkin saja para penenun pra-Kristen memiliki ketentuan khusus menenun yang terkait dengan kepercayaan lama mereka. Itu tidak mengherankan kita, sebab bukan cuma menenun yang terkait dengan agama asli Batak, namun seluruh even atau kegiatan hidup Batak pada jaman itu. (Yaitu: membangun rumah, membuat perahu, menanam padi, berdagang, memungut rotan, atau mengambil nira). Mengapa? Karena memang mereka pada waktu itu belum mengenal Kristus! Sesudah nenek moyang kita mengenal Kristus, mereka tentu melakukan segala aktivitas itu sesuai dengan iman Kristennya, termasuk menenun ulos!
3. PERGESERAN MAKNA ULOS
Masuknya Injil melalui para misionaris Jerman penjajahan Belanda harus diakui sedikit-banyak juga membawa pergeseran terhadap makna ulos. Nenek-moyang Batak mulai mencontoh berkostum seperti orang Eropah yaitu laki-laki berkemeja dan bercelana panjang dan perempuan Batak (walau lebih lambat) mulai mengenal gaun dan rok meniru pola berpakaian Barat. Ulos pun secara perlahan-lahan mulai ditinggalkan sebagai kostum atau pakaian sehari-hari kecuali pada even-even tertentu. Ketika pengaruh Barat semakin merasuk ke dalam kehidupan Batak, penggunaan ulos sebagai pakaian sehari-hari semakin jarang. Apa akibatnya? Makna ulos sebagai kostum sehari-hari (pakaian) berkurang namun konsekuensinya ulos (karena jarang dipakai) jadi malah dianggap “keramat”. Karena lebih banyak disimpan ketimbang dipergunakan, maka ulos pun mendapat bumbu “magis” atau “keramat”. Sebagian orang pun mulai curiga kepada ulos sementara sebagian lagi menganggapnya benar-benar bertuah.
4. ULOS DAN KEKRISTENAN
Bolehkah orang Kristen menggunakan ulos? Bolehkah gereja menggunakan jenis kostum atau tekstil yang ditemukan masyarakat Batak pra-Kristen? Jawabannya sama dengan jawaban Rasul Paulus kepada jemaat Korintus: bolehkah kita menyantap daging yang dijual di pasar namun sudah dipersembahkan di kuil-kuil (atau jaman sekarang disembelih dengan doa dan kiblat agama tertentu)? Jawaban Rasul Paulus sangat tegas: boleh. Sebab makanan atau jenis pakaian tidak membuat kita semakin dekat atau jauh dari Kristus (II Korintus 8:1-11). Pertanyaan yang sama diajukan oleh orang Yahudi-Kristen di gereja Roma: bolehkah orang Kristen makan babi dan atau bercampur darah hewan dan semua jenis binatang yang diharamkan oleh kitab Imamat di Perjanjian Lama? Jawaban Rasul Paulus: boleh saja. Sebab Kerajaan Allah bukan soal makanan atau minuman tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita Roh Kudus (Roma 14:17). Analoginya sama: bolehkah kita orang Kristen memakai ulos? Jawabnya : boleh saja. Sebab Kerajaan Allah bukan soal kostum, jenis tekstil atau mode tertentu, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.

Sebagaimana telah dikatakan di atas, pada masa lalu ulos adalah medium (pengantara) pemberian berkat hula-hula kepada boru. Pada masa sekarang, bagi kita komunitas Kristen-Batak ulos bukan lagi medium, tetapi sekedar sebagai simbol atau tanda doa (permohonan berkat Tuhan) dan kasih hula-hula kepada boru. Dengan atau tanpa memberi ulos, hula-hula dapat berdoa kepada Allah dan Tuhan Yesus Kristus memohon berkat untuk borunya. Ulos adalah simbol doa dan kasih hula-hula kepada boru. Kedudukannya sama dengan simbol-simbol lainnya: bunga, cincin, sapu tangan, tongkat dll.
5. NILAI ULOS BAGI KITA ORANG KRISTEN MODEREN
Sebab itu bagi kita komunitas Kristen-Batak moderen ulos warisan leluhur itu tetap bernilai atau berharga minimal karena 4 (empat) hal:

Pertama: siapa yang memberikannya. Ulos itu berharga karena orang yang memberikannya sangat kita hargai atau hormati. Ulos itu adalah pemberian mertua atau tulang atau hula-hula kita. Apapun yang diberikan oleh orang-orang yang sangat kita hormati dan menyayangi kita – ulos atau bukan ulos – tentu saja sangat berharga bagi kita.
Kedua: kapan diberikan. Ulos itu berharga karena waktu, even atau momen pemberiannya sangat penting bagi kita. Ulos itu mengingatkan kita kepada saat-saat khusus dalam hidup kita saat ulos itu diberikan: kelahiran, pernikahan, memasuki rumah dll. Apapun pemberian tanda yang mengingatkan kita kepada saat-saat khusus itu – ulos atau bukan ulos – tentu saja berharga bagi kita.

Ketiga: apa yang diberikan.
Ulos itu berharga karena tenunannya memang sangat khas dan indah. Ulos yang ditenun tangan tentu saja sangat berharga atau bernilai tinggi karena kita tahu itu lahir melalui proses pengerjaan yang sangat sulit dan memerlukan ketekunan dan ketrampilan khusus. Namun tidak bisa dipungkiri sekarang banyak sekali beredar ulos hasil mesin yang mutu tenunannya sangat rendah.
Keempat: pesan yang ada dibalik pemberian ulos. Selanjutnya ulos itu berharga karena dibalik pemberiannya ada pesan penting yang ingin disampaikan yaitu doa dan nasihat. Ketika orangtua atau mertua kita, atau paman atau ompung kita, menyampaikan ulos itu dia menyampaikan suatu doa, amanat dan nasihat yang tentu saja akan kita ingat saat kita mengenakan atau memandang ulos pemberiannya itu.

Disini kita tentu saja harus jujur dan kritis. Bagaimana mungkin kita menghargai ulos yang kita terima dari orang yang tidak kita kenal, pada waktu sembarangan secara masal, dengan kualitas tenunan asal-asalan? Tidak mungkin. Sebab itu komunitas Batak masa kini harus serius menolak trend atau kecenderungan sebagian orang “mengobral ulos”: memberi atau menerima ulos secara gampang. Ulos justru kehilangan makna karena terlalu gampang memberi atau menerimanya dan atau terlalu banyak. Bagaimana kita bisa menghargai ulos sebanyak tiga karung?
6. SIAPA MEMBERI – SIAPA MENERIMA?
Dalam Batak ulos adalah simbol pemberian dari pihak yang dianggap lebih tinggi kepada pihak yang dianggap lebih rendah. Namun keadaan kadang membingungkan. Ulos diberikan juga justru kepada orang yang dianggap pemimpin atau sangat dihormati. Dalam kultur Batak padahal ulos tidak pernah datang dari “bawah”. Lantas mengapa kita kadang memberi ulos kepada pejabat yang justru kita junjung, atau kepada pemimpin gereja yang sangat kita hormati? Bukankah merekalah yang seharusnya memberi ulos (mangulosi)? Kebiasaan memberi ulos kepada Kepala Negara atau Eforus (pimpinan gereja) selain mereduksi makna ulos juga sebenarnya merendahkan posisi kepala negara dan pemimpin gereja itu.
7. HANYA SALAH SATU CIRI KHAS
Ulos memang salah satu ciri khas Batak. Namun bukan satu-satunya ciri kebatakan. Bahkan sebenarnya ciri khas Batak yang terutama bukanlah ulos (kostum, tekstil), tetapi bius dan horja, demokrasi, parjambaran, kongsi dagang, dan dalihan na tolu. Posisi ulos menjadi sentral dan terlalu penting justru setelah budaya Batak mengalami reduksi yaitu diminimalisasi sekedar ritus atau seremoni pernikahan yang sangat konsumtif dan eksibisionis. Hanya dalam rituslah kostum atau tekstil menjadi dominan. Dalam aksi sosial atau perjuangan keadilan politik, ekonomi, sosial dan budaya kostum nomor dua. Inilah tantangan utama kita: mengembangkan wacana atau diskursus kebatakan kita yang lebih substantif atau signifikan bagi kemajuan masyarakat dan bukan sekadar meributkan asesori atau kostum belaka.

8. ULOS DITERIMA DENGAN CATATAN
Ekstrim pertama: Sebagian orang Kristen-Batak menolak ulosnya karena dianggap sumber kegelapan. Padahal darah Tuhan Yesus yang tercurah di Golgota telah menebus dan menguduskan tubuh dan jiwa serta kultur Batak kita. Ulos artinya telah boleh dipergunakan untuk memuliakan Allah Bapa, Tuhan Yesus dan Roh Kudus.
Ekstrim yang lain: Sebagian orang Kristen-Batak mengeramatkan ulosnya. Mereka menganggap ulos itu keramat, tidak boleh dijual, tidak boleh dipakai. Mereka lupa bahwa Kristus-lah satu-satunya yang berkuasa dan boleh disembah, bukan warisan nenek moyang termasuk ulos.

Sikap kristiani: Tantangan bagi kita komunitas Kristen-Batak sekarang adalah menempatkan ulos pada proporsinya: kostum atau tekstil khas Batak. Tidak lebih tidak kurang. Bukan sakral dan bukan najis. Jangan ditolak dan jangan dikeramatkan! Jangan dibuang dan jangan cuma disimpan!

(Pdt Daniel.T.A.Harahap)
Catatan:
Tulisan ini saya posting kembali untuk mengenang Ibunda Humara Sereuli Hutabarat, Ompu Paganda, yang telah mengajarkan saya hidup beradat berdasar kasih.

SEBUAH RENUNGAN

KEBERHASILAN, KESABARAN, JALAN PINTAS, KEMENANGAN, MOTIVASI
1. Keberhasilan Adalah Buah Kesabaran.
Jangan terkecoh dengan keberhasilan seseorang. Di balik kejayaan selalu ada jalan panjang yang berisikan catatan perjuangan dan pengorbanan. Keringat dan kepayahan. Tidak ada jalan pintas untuk sebuah keberhasilan. Bila kita terpesona pada kenyamanan yang diberikan oleh kesuksesan.
kita bisa lupa dari keharusan untuk berupaya. Namun, bila kita terkagum pada ketegaran seseorang dalam berusaha, kita menyerap energi kekuatan, keberanian dan kesabaran. Tidak ada harga diskon untuk sebuah keberhasilan. Berusahalah terus. Pohon besar mampu menahan terjangan badai karena memiliki batang dan akar yang kokoh. Belasan tahun diperlukan untuk menumbuhkan dan melatih kekuatan. Bulan demi bulan, hujan menguatkan jaringan kayunya. Tahun demi tahun, pohon-pohon besar lain melindunginya dari terpaan hujan. Tidak ada hitungan malam untuk mencetak sebongkah batang yang tegar. Tidak ada hitungan siang untuk menumbuhkan akar yang kekar mencengkeram bumi. anya dengan kesabaranlah anda bisa meraih keberhasilan. Tumbuhkan kesabaran bukan, sekedar kecepatan meraih sukses.

2. Tak Ada Jalan Pintas.
Keberhasilan tak diperoleh begitu saja. Ia adalah buah dari pohon kerja keras yang berjuang untuk tumbuh. Jangan terlalu berharap pada kemujuran. Apakah kita tahu apa itu kemujuran? Apakah kits dapat mendatangkan kemujuran sesuai keinginan kalian? Padahal kita tahu, kita tak selalu mampu menjelaskan dari mana datangnya. Sadarilah bahwa segala sesuatu berjalan secara alami dan semestinya. Layaknya proses mendaki tangga, kita melangkahkan kaki kalian melalui anak tangga satu per satu. Tak perlu repot-repot membuang waktu untuk mencari jalan pintas, karena memang tak ada jalan pintas. Sesungguhnya kemudahan jalan pintas itu takkan pernah memberikan kepuasan sejati. Untuk apa kita berhasil jika tak merasa puas? Hargailah setiap langkah kecil yang membawa maju. Janganlah melangkah dengan ketergesaan, karena ketergesaan adalah beban yang memberati langkah saja. Amatilah jalan lurus yang hendak kita tempuh. Tak peduli bergelombang maupun berbatu, selama kita yakin berada di jalan yang tepat, maka melangkahlah terus. Ketahuilah, jalan yang tepat itu adalah jalan yang menuntun kita menjadi diri kita sendiri.

3. Arti Sebuah Kemenangan.

Kemenangan bukanlah hanya ketika kita berhasil mengalahkan lawan di suatu pertandingan. Dan bukan hanya ketika kita berhasil mencapai prestasi terbaik. Bahkan, bukan hanya ketika kita berhasil mendapatkan semua yang kita inginkan dalam hidup ini. Tapi, kemenangan adalah saat di mana kita dapat melawan suatu kegagalan. Saat di mana kita dapat mengatasi musibah. Saat di mana kita dapat bangkit dari suatu keadaan yang menyedihkan. Dan, saat di mana kita merasa sangat terpuruk namun kita mampu berjuang menghancurkan semua cobaan itu. Kemenangan adalah saat di mana kita dapat menjadikan itu semua sebagai pertanda betapa sayangnya Sang Maha Pencipta kepada kita. Saat dimana kita menyadari betapa kita dapat belajar banyak dari semua kegagalan yang kita alami. Dan, kemenangan adalah saat di mana kita melangkah begitu mantap dan yakin bahwa kita begitu hebat untuk sekedar melawan suatu kegagalan kecil. Saat dimana kita dapat mengalahkan diri kita sendiri, sehingga kadang-kadang kita merindukan sebuah kegagalan. Karena kegagalanlah yang membuat kita sadar di mana kita berada.

4. Motivasi = Keberhasilan.
Biasanya orang yang mempunyai motivasi yang besar pasti mempunyai visi yang jelas tentang apa yang dia inginkan. Ia mempunyai gambaran mental yang jelas dari kondisi yang diinginkannya dan mempunyai keiinginan yang besar untuk mencapainya. Motivasilah yang akan membuat dirinya melangkah maju dan mengambil langkah selanjutnya untuk merealisasikan apa yang diinginkannya. Untuk bisa termotivasi, kita harus mengetahui dulu apa yang kita inginkan, selanjutnya kita harus meningkatkan energi keinginan terseberut dan siap untuk melakukan apapun untuk mencapai tujuan kita. (oleh ita-kyu-kiyut)

5. Motivasi yang mungkin mampu membuat kita terdorong, terpacu, tersemangati kembali menjalani kehidupan dam mampu membuat kita lebih menghargai diri kita:

1. Kebanyakan orang-orang sukses bukanlah kerena bakat atau takdir yang mereka miliki, tapi karena mereka mampu memanfaatkan peluang yang mereka pegang.

2. Perbedaan antara orang sukses dengan orang-orang biasa adalah bukan karena kurangnya tenaga, atau bukan juga karena kurangnya pengetahuan, tetapi lebih pada kurangnya kemauan

3. Satu-satunya yang mampu membuat manusia berhasil dalam mencapai tujuan hidupnya adalah Jangan mengatakannya ! Tetapi Lakukanlah!

4. Hanya orang-orang sukses yang tidak pernah merasa kalah, karena mereka selalu mencoba dan berusaha agar kegagalan sebelumnya tidak terulang kembali.