Wednesday 30 October 2013

The Power Of Unity

Oleh: LindurSiburian

The power of Unity


Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.  Sebuah peribahasa yang sejak dahulu kala sampai saat ini masih tetap relevan dengan kehidupan umat manusia.  Entah itu bisnis, keluarga, hubungan antar manusia maupun dalam konflik sosial.  Bahkan sekedar mengingat sejarah masa lalu, Indonesia bisa merdeka karena adanya kesatuan para pejuang terdahulu, dimana telah hampir dicerai-beraikan oleh penjajah selama hampir 350 tahun.  Karena konteksnya dalam bisnis, maka tulisan kali ini akan lebih difokuskan pada kegiatan usaha, terutama industri keuangan.
Unity atau kesatuan merupakan sebuah uangkapan yang memiliki makna sangat luas.  Kesatuan dalam arti sederhana bisa digambarkan sebagai gabungan dari individu-individu, entah itu berlatar-belakang sama atau berbeda yang telah bergabung dalam sebuah visi dan misi yang sama pula.  Seberapa powerfull-nya kelompok tersebut sangat ditentukan oleh bagaimana masing-masing individu tersebut memandang esensi kesatuan diantara mereka.  Ibarat lidi, akan lebih memiliki kekuatan apabila diikat dalam satu kesatuan.  Demikian halnya dalam sebuah organisasi, terutama di perusahaan-perusahaan yang berskala besar dan cenderung padat karya..  Pada umumnya perusahaan ini terdiri dari berbagai macam karakter karyawan, latar belakang sosial dan pendidikan, ragam suara, kepentingan dan lain.  Dengan adanya keragaman ini akan menjadi sulit untuk menumbuhkan kesatuan di tubuh organisasi tersebut.
Dalam sebuah pemberitaan majalah ibukota akhir tahun lalu, unity dalam konsep manajemen merupakah salah satu roh penting dalam trend manajemen masa kini dan masa depan.  Beragam teori dan konsep manajemen yang ditawarkan oleh para ahli, konsultan semuanya mengacu kepada unity, yang diimplementasikan melalui team work.  Se canggih apapun konsep manajemen yang ditawarkan kepada sebuah perusahaan berikut dengan segala tools  pendukungnya, akan mubazir bila masing-masing individu tidak memandang konsep itu sebagai visi bersama.  
Industri keuangan menyediakan beragam produk jasa keuangan yang akan ditawarkan ke masyarakat umum.  Bagaiman produk itu lahir dan sampai ke konsumen tentu harus melewati proses dan siklus yang panjang.  Setiap proses ini juga ditangani oleh masing-masing departemen, dan didalam departemen sendiri juga terdiri dari berbagai ragam individu.  Dalam konsep pemasaran modern, produk itu lahir dari sebuah siklus yang panjang.  Seharusnya masing-masing simpul dan aliran dari siklus tersebut ditangani oleh individu yang bertindak dan memiliki pola pikir sebagai seorang marketing.  Pola pikir seorang marketing hanya satu yaitu bagaimana pekerjaan yang dilakukan oleh bersangkutan baik melalui produk langsung atau tidak bisa “laku” dalam arti ada orang yang memberikan apresiasi, ada orang yang tertarik kemudian melakukan deal dan akhirnya ada rasa kepuasan dikonsumen.  Dengan demikian yang bersangkutan juga akan merasa puas dengan hasil karyanya tersebut.  Melalui pemahaman seperti ini, maka semestinya tidak ada yang namanya departemen marketing.  Setiap individu dalam organisasi atau perusahaan juga seorang marketing, apakah itu office boy, satpam, orang accounting dan finance, IT dan bahkan Management juga bertindak sebagai marketing.
Dalam telaah alur produksi sebuah produk jasa keuangan, katakanlah leasing dan pembiayaan.  Apabila seorang konsumen ingin memberli produk dari sebuah perusahaan pembiayaan tentunya.  Pertama kali dia harus berhubungan dengan bagian sales atau customer services atau bahkan juga seorang satpam atau operator.  Kemudian data dan informasi nasabah akan ditransfer ke bagian analisis.  Analisis akan memproses proposal nasabah, yaitu menentukan term & condition, jumlah cicilan yang akan dibebankan kepada nasabah, dan selanjutnya akan ditranfer  ke bagian sales dan selanjutnya dilakukan penagihan premi oleh finance.  Apakah prosesnya berhenti sampai di situ.  Jawabannya tentu tidak.  Perusahaan akan tetap menjaga hubungan dengan nasabah.  Dan bila nasabah mengalami klaim, maka bagian klaim akan mem-follow-up dengan standard servis yang lebih baik tentunya.  Keseluruhan proses ini tentu harus dilakukan dengan pola pikir kesatuan visi dan misi yaitu akan melahirkan konsep layanan secara utuh dengan memuaskan konsumen.    Disamping itu masing-masing bagian bisa menikmati kepuasan atas alur produksi tadi.  Sama-sama senang, dan tentu beban biaya, tenaga bisa berkurang.
Konsep sederhana diatas merupakan salah satu bagian terkecil dari konsep unity yang bisa diterapkan dalam industri asuransi.  Beragam aktivitas lain yang jauh lebih kompleks yang tentu dengan adanya konsep unity ini akan menjadi lebih bagus.  Prosesnya dilakukan secara bersama-sama, dinikmati bersama-sama dan juga untuk kesejahteraan bersama-sama.  Bila saya ilustrasikan seperti sebuah sungai, dimana sungai bisa besar adalah akibat adanya kesatuan dari masing-masing selokan, got kecil-kecil, menjadi anak-anak sungai.  Dan anak-anak sungai itu akan bersatu membentuk aliran sungai yang lebih besar.  Dan selama proses mengalir, sungai ini akan mengikuit arah aliran secara bersama-sama, terjun bersama-sama, ditimpa batu bersama-sama, mendobrak tebing bersama-sama dan bahkan menikmati kotoran secara bersama- sama.  Hasilnya, adalah menjadi kekuatan alam yang luarbiasa, dan bahkan bisa menerjang kehidupan umat manusia satu pulau seperti yang terjadi pada musibah banjir bohorok.  Dengan demikian, organisasi yang dilandasi oleh the power of unity akan menjadi market leader dan juga bisa menjadi penguasa bisnis di sektornya.  Selamat berkarya.
Oleh : Ir. Lindur Siburian, MM, ANZIIF (CIP), A3IK
Pengamat Pemasaran dan Manajemen Industri Keuangan

No comments:

Post a Comment