Thursday, 31 October 2013

BARITA MARDONGAN PODA

Suami-Isteri Yang Tidak Mau Mengalah


Tiap rumah tangga akan dan pasti menghadapi persoalan, persoalan yang  dihadapi bisa sepele tapi bisa juga besar. Persoalan itu juga bisa cepat selesai tapi bisa juga butuh waktu lama baru bisa berdamai. Cepat atau lamanya persoalan dalam rumah tangga selesai sebenarnya tergantung dari ‘niat’ keluarga itu sendiri untuk menyelesaikannya.

Demikianlah yang terjadi di sebuah rumah tangga yang baru berusia beberapa bulan, dimana suami dan isteri tidak saling bicara disebabkan oleh sebuah persoalan sepele. Sudah seminggu ini mereka makan sendiri-sendiri, tidur juga saling memunggungi. Dari luar kehidupan mereka sepertinya normal saja, tidak terdengar ribut, suara marah atau bentakan dari rumah mereka. Ya itu tadi… karena mereka tidak saling bicara.

Memasuki minggu kedua, mereka tetap masih saling diam. Jika ada tamu yang datang ke rumah, mereka hanya berkomunikasi kepada tamu itu, meskipun sama-sama duduk di kursi tamu. Sebenarnya di hati kecil si isteri sudah ingin berdamai tapi ego-nya mengatakan, “masak aku duluan yang ngomong… gengsi dong!” si suami juga demikian, dia sebenarnya sudah jenuh akan suasana yang tidak nyaman ini namun hati kecilnya mengatakan, “sebenarnya dia nggak perlu minta maaf, kalau dia ngomong duluan aja aku pasti jawab kok. Tapi kalau aku yang duluan ngomong… sorry lah ya!”

Begitulah yang terjadi sampai memasuki bulan kedua dan yang lebih parahnya, sekarang mereka sudah pisah kamar. Suatu hari si suami mendapat tugas ke luar kota oleh pimpinan perusahaan tempatnya bekerja. Keberangkatannya ke luar kota itu mengharuskan dia bangun pukul 04.00 pagi sebab dia harus sampai di kantor pukul 05.00 pagi untuk berangkat bersama dua orang lagi rekannya.

Si suami mulai gelisah hatinya, karena dia tidak biasa bangun sepagi itu. Jalan satu-satunya adalah meminta isterinya untuk membangunkannya pukul 04.00. Tapi hati kecilnya berkata, “Kalau aku minta tolong sama dia, berarti aku yang duluan ngajak dia ngomong… wah…” Hampir setengah jam berlalu sejak si suami bergumul dengan ego-nya, sementara isterinya sudah dari tadi masuk ke kamar meskipun dia tahu kalau isterinya itu belum tidur.

Akhirnya dia tersenyum mendapat ide cemerlang dan melangkah ke meja kerjanya lalu mengambil selembar kertas dan sebuah spidol. Ia mulai menuliskan pada kertas itu kalimat dengan huruf besar-besar MAMI… TOLONG BANGUNIN PAPI JAM 04.00 NANTI, KARENA PAPI HARUS BERANGKAT KE LUAR KOTA… TAPI NGGAK NGINEP KOK…
TRIM’S. Lalu si suami meletakkan kertas itu di atas meja dapur agar bisa dilihat isterinya.

Seperti bisaa, si isteri bangun sekitar pukul 04.00 untuk beres-beres rumah dan seperti lazimnya kaum ibu rumah tangga, dapurlah yang menjadi perhatian pertama. Si isteri melihat kertas itu dan membacanya… Timbul rasa kasihan di hatinya, dalam hatinya ia berkata, “Aduh… kalau aku nggak bangunin dia, bisa-bisa dia terlambat dan bisa-bisa dia kena marah atasannya.” Lalu ia melangkah ke kamar dimana suaminya tidur. Ketika sampai di depan pintu hendak mengetuk… hatinya berkata, “Aaahh… masak jadi aku duluan yang ngajak dia ngomong… ogah ah!” Akhirnya dia mengambil kertas dan spidol di meja kerja suaminya lalu menuliskan… PAPI BANGUN… UDAH JAM 04.00… NANTI TERLAMBAT LOH… Lalu dia menyelipkan kertas itu dari bawah pintu kamar dimana suaminya tidur.


(by: Pdt. Anthony L Tobing - Terinspirasi dari ‘Rumah Tangga Na So Marsipanghulingan’ dalam buku ‘Barita Mardongan Poda’ yang disusun oleh Pdt. Manuarang Hutabarat, S.Th)

-----------------
Renungan:
Persoalan dalam rumah tangga bisa cepat diselesaikan dengan adanya komunikasi yang baik antara pihak-pihak yang bersoal. Untuk menciptakan komunikasi yang baik itu diperlukan kebesaran hati masing-masing pihak untuk menanggalkan ego-nya.

Filipi 2:4-5
“Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.”        

Efesus 4:26
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu”

Efesus 4:32
“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu”         

SERMON GURU SEKOLAH MINGGU


Evangelium: BILANGAN 24: 15-17
Epistel: Wahyu 22: 16-20
1. Kitab keempat dari lima kitab Taurat ini melanjutkan sejarah umat Israel yang keluar dari Mesir dan yang sedang diper-siapkan untuk masuk ke Tanah Perjanjian, Tanah Kanaan. Di empat pasal pertama, kita bertemu dengan beberapa pengaturan umat di sekitar perkemahan mereka di kaki Gunung Sinai. Ada sensus umum yang menghitung jumlah laki-laki berumur 20 tahun ke atas yang dianggap sanggup berperang, dari masing-masing suku kecuali suku Lewi, yang dikhususkan untuk pelayanan kemah suci (ps. 1). Dilanjutkan dengan sensus khusus suku Lewi dan pembagian tugas pelayanan masing-masing puak di ps. 3-4. Pasal dua membicarakan pengaturan perkemahan mereka yang dipusatkan pada bangunan Kemah Suci.
Kitab Bilangan unik karena mengandung beragam genre/jenis sastra. Ada peraturan-peraturan Taurat baik yang bersifat ritual maupun aturan-aturan sehari-hari yang dijabarkan dengan rinci (ps. 5-6, 7, 8, 27-30). Ada daftar sensus masing-masing suku (ps. 1, 26). Ada narasi perjalanan Israel dan berbagai hambatan ketika hendak menuju Tanah Kanaan (ps. 10-25). Ada puisi-puisi di dalam penceritaan narasi tersebut (ps. 23-24). Ada daftar kota-kota atau daerah-daerah yang disinggahi Israel dalam perjalanan mereka di padang gurun menuju Tanah Kanaan (ps. 33). Beberapa peraturan baru dicatatkan pada pasal-pasal terakhir kitab ini. Secara sejarah, kitab ini mengisahkan generasi pertama Israel yang keluar dari Mesir akhirnya tak dapat masuk ke Tanah Perjanjian karena ketakpercayaan dan pemberontakan mereka terhadap Tuhan. Sedangkan generasi kedua, yang ketika keluar dari Mesir masih di bawah 20 tahun, dipersiapkan untuk masuk ke Tanah Kanaan.
Secara teologis, kitab ini menyajikan hukuman dan anugerah Tuhan kepada umat yang bebal. Generasi pertama dihukum tidak menerima warisan Tanah Perjanjian. Generasi kedua yang sama bebalnya, dianugerahi kesempatan untuk menikmati warisan tersebut. Pemeliharaan Allah nyata atas umat yang sebenarnya tak layak menerimanya, tetapi pada saat yang sama mereka tetap bertanggung jawab untuk setia dan bersandar pada Tuhan.
2. Bileam bin Beor bukanlah orang Israel melainkan ia berasal dari Petor di tepi sungai Efrat (Bilangan 2:6). Ia dikatakan sebagai nabi palsu yang membawa kesesatan dan perusak bagi umat TUHAN (Bil. 31:16, bnd. Wahyu 2:14,15), namun demikian ia mengenal TUHAN Allah (Bil. 22:8). Nama Bileam di dalam Bilangan 22-24 memberikan isyarat yang sangat penting yaitu TUHAN yang tetap menjaga janji-Nya kepada nenek moyang Israel dan keturunannya sebagai umat perjanjian-Nya, mereka akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa, dan bangsa-bangsa yang berusaha untuk menggagalkan tujuan itu akan dikutuk. TUHAN tidak akan mengijinkan Bileam mengutuki Israel karena permintaan Balak raja Moab. Demikianlah Bileam memandang Israel sebagai sebuah bangsa yang diam di antara bangsa-bangsa lain dan Israel pada akhirnya ada di dalam kemakmurannya (Bil. 23:9-10). Bahkan melalui wahyu-Nya TUHAN, Bileam melihat ke depan suatu pribadi yang akan datang yaitu bintang dari Yakub dan ia akan menghancurkan musuh-musuhnya dan memerintah atas bangsa-bangsa (Bil. 24:17,19).
3. Nubuatan Mesias di dalam ucapan Bileam. Di dalam Bilangan 23-24 ada  tujuh ucapan Bileam  yang dicatat, di mana ketujuh ucapan Bileam tersebut berkenaan dengan nasib bangsa Israel dan nasib bangsa-bangsa lain. Beberapa di antaranya yang merupakan garis besar struktur dari ucapan Bileam di dalam Bilangan 23-24, yaitu:
a.    Ucapan Bileam pertama (Bil. 23:7-10)
Ucapan Bileam yang pertama ini menekankan akan keunikan berkat yang dimiliki Israel yang berbeda dengan bangsa lain dan ucapan kutuk atas Israel yang diminta Balak raja Moab tidak akan mungkin terjadi karena TUHAN yang berdaulat atas Israel.
b.         Ucapan Bileam kedua (Bil. 23:18-24)
Tema dari ucapan Bileam kedua ini menekankan bahwa TUHANlah yang menjadi sumber berkat bagi Israel bukan manusia. Allah berbeda dengan manusia dan Firman-Nya berbeda dengan perkataan manusia. Dia yang membebaskan Israel dari Mesir dan memberi kekuatan bagi umat Allah. Karena Allah, umat Allah mengalami kemenangan.
c.     Ucapan Bileam ketiga (Bil. 24:3-9)
Bagian ini menekankan bahwa berkat atas Israel adalah sesuatu yang mutlak (absolut). Ia menubuatkan ke depan akan gambaran kemuliaan Israel di tanah perjanjian dan Allah menyatakannya itu melalui visi yang Allah berikan kepada Bileam.
d.         Ucapan Bileam keempat (Bil. 24:15-19)
Adalah klimak dari ucapan Bileam pada Bilangan 23-24. Klimak berkat atas Israel berpusat kepada dia yang akan datang sebagai pembebas bagi umat Allah.
e.         Akhir dari Ucapan Bileam (Bil. 24:21-23)
Di akhir ucapan Bileam ini ada tiga ucapan Bileam dicatat  pada Bilangan 24:21-23, di mana ketiga ucapan Bileam ini menubuatkan akan kejatuhan bangsa-bangsa lain sebagai penghakiman Allah atas mereka.
Dari salah satu ucapan Bileam di atas yaitu ucapan Bileam yang keempat melalui visi yang TUHAN Allah bukakan kepada Bileam, janji kedatangan seseorang yang akan membebaskan umat Allah dan menghancurkan musuh-musuhnya akan datang dari Yakub.
Bagi bapak gereja mula-mula maupun pandangan Yahudi mula-mula melihat bahwa ”bintang” yang dikatakan terbit dari Yakub dan ”tongkat” kerajaan timbul dari Israel ditujukan hanya kepada Mesias bukan kepada Daud (dalam beberapa penafsiran, terjadi perdebatan para teolog tentang “bintang” dan “tongkat” dalam ay. 17. Ada yang mengatakan bahwa itu hanya menghunjuk kepada Daud dalam kerajaannya, ada yang menghunjuk kepada kedatangan Mesias, yaitu Yesus Kristus).
Berikut salah satu pandangan bapak gereja mula-mula yaitu Justin Martir di dalam perkataannya mengenai Bilangan 24:17 dikaitkan dengan Yesaya 11:1, 51:5 “…A star shall rise out of Jacob, and a flower will come forth from the root of Jesse, and upon his arm will the nations hope. The shining star has risen and the flower has grown from the root of Jesse–this is Christ. For he was by the power of God conceived by a virgin of the seed of Jacob, who was the father of Judah, the father of the Jews, as been explained; Jesse was his ancestor, according to the oracle, and he was the son of Jacob and Judah by lineal succession”. Justin, the Martyr, “The First Apology,” The Library of Christian Classics, Vol. I. Early Christian Fathers, trans. and ed. by Cyril C. Richardson (Philadelphia: The Westminster Press, 1953).
(terjemahan bebas: “… Sebuah bintang akan bangkit keluar dari Yakub, dan bunga akan muncul dari akar Isai, dan pada lengannya bangsa-bangsa akan berharap. Bintang yang bersinar telah bangkit dan bunga telah tumbuh dari akar Isai – ini adalah Kristus. Karena Dia oleh kuasa Tuhan dikandung oleh seorang perawan dari keturunan Yakub, yang adalah ayah Yehuda, ayah dari orang Yahudi, sebagaimana dijelaskan; Jesse leluhurnya, menurut ramalan, dan dia adalah anak Yakub dan Yehuda sesuai dengan garis suksesi”).
Akan tetapi di antara para studi Perjanjian Lama sendiri mereka memiliki pandangan atau penafsiran yang berbeda ketika mereka mengartikan siapakah bintang terbit dari Yakub? Mereka mempertentangankan hal ini dan menyebutkan bahwa janji itu hanya tertuju kepada Daud dan tidak secara jelas ditujukan kepada Mesias. Salah satunya adalah David W. Kerr di dalam bukunya ”Numbers”, The Bible Expositor: The Living Theme of the Great Book menuliskan sebagai berikut: “It is better to see the fulfillment of this prophecy in David, the king of Israel who did actually crush both Moab and Edom. The ideal can be transferred to the Messiah only in the sense that the throne of David prefigured the rule of Jesus Christ over an infinitely greater kingdom”).
(terjemahan bebas, “Lebih baik untuk melihat pemenuhan nubuat ini dalam Daud, raja Israel yang melakukan benar-benar menghancurkan baik Moab dan Edom. Idealnya hal itu menghunjuk hanya kepada Mesias dalam arti bahwa takhta Daud sebagai “prefigured” Yesus Kristus atas kerajaan yang jauh lebih besar”).
Ucapan Bileam yang mengatakan akan terbit bintang dari Yakub dan tongkat kerajaan timbul dari Israel adalah menunjuk kepada Mesias karena sekalipun ”bintang” dan ”tongkat” sebagai simbol kerajaan dapat menunjuk kepada Daud akan tetapi penggenapannya hanya tertuju kepada figur yang lebih besar dari Daud yaitu Mesias. Dua kata benda ini ”bintang” dan ”tongkat” lambang kekuasaan dan menjadi metafora untuk seorang raja tidak dapat dikatakan menjadi milik dinasti Daud melainkan kepada Mesias, karena kalimat itu tidak disebutkan untuk suatu keluarga kerajaan melainkan kepada satu pribadi yaitu Daud atau Mesias. Oleh karenanya kalimat ini jelas hanya menunjuk kepada Mesias sebagaimana halnya nabi-nabi selalu mengharapkan penaklukan atas bangsa-bangsa ada di dalam era Mesianik (Yes. 16:13; 25:9-10; Yer. 48:24; Yeh. 25;12; Maz. 137:7).
Maka Bileam seorang penyembah berhala melalui wahyu-Nya TUHAN melihat bahwa Israel akan memiliki pembebas yang akan datang yaitu Dia yang adalah ”bintang” dari Yakub dan ”tongkat” kerajaan ada padanya akan membawa kemenangan bagi umat TUHAN atas musuh-musuhnya. Kepada Dia yang akan datang itu umat TUHAN akan menemukan pengharapannya untuk menikmati berkat yang telah dijanjikan itu. Moab, Edom, dan bangsa-bangsa lain tidak dapat mengutuki bahkan menghancurkan umat perjanjian-Nya melainkan bangsa-bangsa lain akan dihakimi dan dihancurkan.  Dia yang akan datang itu tidak hanya menghancurkan Moab dan keturunan Set serta berkuasa atas Edom melainkan juga penghukuman dan  kekuasaannya berpengaruh hingga atas bangsa-bangsa lain.
4. Bileam kemudian mengucapkan sanjaknya yang menjadi Nas Evangelium pada Minggu Advent I, tanggal 29 November 2009 ini. Bileam menggambarkan dirinya sebagai ”orang yang mendengar firman Allah, dan yang beroleh pengenalan akan Yang Mahatinggi, yang melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa, sambil rebah, namun dengan mata tersingkap”.
Perkataan Bileam ini mengumumkan kedatangan seorang raja yang besar dari Israel (Bil. 24:15-19), setelah dia memperkirakan kekalahan Amalek, Kenite, dan Asyur dan Eber (24:20-25). Bileam berkata bahwa “dia melihatnya, tapi tidak sekarang,” dan “dia memandangnya, tapi tidak dari dekat” (24:17). Kata kerja yang sama (“see”) di sini digunakan juga dalam 23:9, 21a. Di sini Bileam berbicara tidak di masa itu, tapi mengenai masa depan. Perkiraan Bileam mengenai kebangkitan kerajaan Daud. ‘Bintang’ merujuk pada Daud yang mengalahkan orang Moab (Bil. 24:17; 2 Sam. 8:2) dan orang Edom (Bil. 24:18; 2 Sam. 8:13, 14; 1 Raja 11:15, 16; 1 Taw. 18:12, 13). Nubuat ini menjanjikan bakal bangkitnya bangsa Israel, sebuah tongkat dan bintang dari Yakub/Israel. Ini adalah lambang untuk pemerintahan raja-raja, menunjukkan pada kerajaan Daud (Kej. 49:10). Di bawah kepemimpinan Daud orang Israel berlimpah dan bangsa-bangsa di sekitarnya tunduk dan membawakan upeti (mis. 2 Sam. 8:2, 6). Tapi, nubuatan tidak selesai sampai di sini, penggunaan istilah ‘bintang’ lebih dari sekedar merujuk pada seorang penguasa, tapi menghubungkan penguasa itu dengan realitas kelahiran Yesus Kristus. KelahiranNya dihubungkan dengan peristiwa perbintangan (Mat 2:2) dan dia menerima nama “Surya Pagi” (Luk. 1:78-79; Why. 22:16) dalam hubungan dengan keturuannya dari garis keturunan Daud. Jadi Jelas Bileam mengabarkan, bahwa dalam tangan TUHAN ada masa depan yang lebih baik.
Tidak ada kekuatan apa pun yang dapat menghalangi gerak maju Allah dalam mewujudkan rencana-Nya di dunia ini, khususnya dalam kehidupan umat-Nya!
Untuk ketiga kalinya Allah menaruh ucapan berkat ke dalam mulut Bileam, yang sebenarnya dibayar oleh Balak untuk memberondongkan kutuk dari kekuatan tenungnya. Dalam ucapan ketiga (3-9), Bileam memuji-muji keindahan, kelimpahan, dan kekuatan Israel (5-7a).
Dengan menggunakan gambaran kemah, lembah, pohon gaharu, pohon aras dan air, hal tersebut ia paparkan karena Allah sendiri menjadi pembebas, pelindung (8), dan pemberdaya Israel. Janji Allah kepada Abraham kini diteguhkan ulang oleh Allah melalui nubuat Bileam (9b, bnd. Kej. 12:3).
Sesudah dimarahi oleh Balak untuk kesekian kali, Bileam lalu tunduk pada kedaulatan Allah. Mengalirlah ujaran kelima sampai ketujuh (15-19, 20, 21-22, 23-24). Dalam nubuat keempat yang menjadi inti dan puncak dari rangkaian nubuat Bileam, Allah membentangkan tindak penyelamatan yang akan Dia lakukan. Nubuat tersebut kita kenal sebagai nubuat mesianis, sebab membicarakan tentang bintang dan tongkat kerajaan yang akan keluar dari keturunan Yakub (17).
Hal itu akan terjadi jauh di depan zaman Bileam (17a). Kini kita tahu bahwa Yesus Kristus, Sang Mesias, yang dibicarakan di sini.
Sesudah mengucapkan nubuat mesianis, Bileam kembali diberi Tuhan kata-kata yang membentangkan kejayaan Israel dalam zaman tersebut. Israel akan berhasil menaklukkan tanah perjanjian karena Tuhan. Bangsa-bangsa akan takluk pada tindakan-tindakan Allah dalam sejarah (20-24).
Dalam kitab Bilangan pasal 24:17, Tuhan memelintir mulut Bileam sehingga ia mengucapkan firman yang bukan kutuk melainkan nubuatan tentang kedatangan Sang Mesias. Katanya, “Aku melihat dia (Mesias) tetapi bukan sekarang; Aku memandang dia tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab dan menghancurkan semua anak Set.
Bileam adalah seorang yang dihinggapi Roh Allah. Kata-katanya diterima sebagai kebenaran terlebih oleh orang Moab. Pastilah apa yang telah terjadi antara Balak dan Bileam menjadi buah bibir turun-temurun. Sangatlah gampang untuk menafsirkan nubuatan Bileam bahwa nanti akan datang seorang pemimpim bangsa Yahudi yang memiliki kemampuan membinasakan semua anak Set. Nubuatan Bileam mengenai seorang yang akan datang, “aku melihatnya tetapi bukan sekarang,” Seorang pemimpin yang kelahirannya ditandai dengan bintang.
Sangatlah masuk akal untuk menafsirkan bahwa orang Majus dari Timur itu adalah orang Moab yang telah sangat terkesan dengan nubuatan Bileam, orang yang semua perkataannya sangat mereka hormati. Lagi pula Bileam sendiri tentu lebih terkesan lagi karena ia rasakan sendiri bagaimana ia terkendali secara illahi dalam mengucapkan nubuatan tersebut.
Ia pasti akan mengulanginya dan menegaskannya kepada masyarakat bahwa jika mereka melihat bintang yang ajaib maka itu sebuah pertanda kelahiran seorang raja Yahudi yang akan menguasai seluruh dunia. Terhadap dia lebih baik kita mengantar upeti daripada mencari gara-gara.
Di dalam Perjanjian Baru apa yang menjadi nubuatan Bileam bagi umat TUHAN dan juga bagi bangsa-bangsa telah menemukan penggenapannya di dalam peristiwa kelahiran Kristus di kota Betlehem. Kelahiran-Nya ditandai dengan ”bintang” dari Timur sebagai lambang atau simbol bagi seorang raja. Walaupun ”bintang” ini (Mat. 2:2) tidak secara pasti apakah identik sama dengan ”bintang” yang Bileam katakan (Bil. 24:17) akan tetapi tetap Dia yang dimaksudkan di dalam perkataan Bileam yaitu Mesias yang akan datang itu telah digenapi di dalam peristiwa kelahiran Kristus di kota Betlehem dan orang-orang Majus bertanya-tanya ”Dimanakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia”. Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem (Matius 2:2-3). Kelahiran-Nya yang ditandai dengan ”bintang” Betlehem sungguh menggentarkan hati orang-orang Majus akan tetapi kegentaran hati orang-orang Majus menjadi sukacita mereka atas kelahiran-Nya. Namun bagi Herodes maupun bagi bangsa-bangsa lain yang meragukan kedatangan-Nya itu tetap menggentarkan hati mereka akan tetapi kegentaran hati mereka sesungguhnya menjadi penghakiman atas mereka.  Mesias yang dinantikan itu, raja dari keturunan Yehuda yang dijanjikan bagi umat perjanjian-Nya sungguh menjadi sukacita bagi umat TUHAN yang ada di dalam kekelaman yang kini digenapi di dalam peristiwa kelahiran-N

SERMON GURU SEKOLAH MINGGU


Evangelium: BILANGAN 24: 15-17
Epistel: Wahyu 22: 16-20
1. Kitab keempat dari lima kitab Taurat ini melanjutkan sejarah umat Israel yang keluar dari Mesir dan yang sedang diper-siapkan untuk masuk ke Tanah Perjanjian, Tanah Kanaan. Di empat pasal pertama, kita bertemu dengan beberapa pengaturan umat di sekitar perkemahan mereka di kaki Gunung Sinai. Ada sensus umum yang menghitung jumlah laki-laki berumur 20 tahun ke atas yang dianggap sanggup berperang, dari masing-masing suku kecuali suku Lewi, yang dikhususkan untuk pelayanan kemah suci (ps. 1). Dilanjutkan dengan sensus khusus suku Lewi dan pembagian tugas pelayanan masing-masing puak di ps. 3-4. Pasal dua membicarakan pengaturan perkemahan mereka yang dipusatkan pada bangunan Kemah Suci.
Kitab Bilangan unik karena mengandung beragam genre/jenis sastra. Ada peraturan-peraturan Taurat baik yang bersifat ritual maupun aturan-aturan sehari-hari yang dijabarkan dengan rinci (ps. 5-6, 7, 8, 27-30). Ada daftar sensus masing-masing suku (ps. 1, 26). Ada narasi perjalanan Israel dan berbagai hambatan ketika hendak menuju Tanah Kanaan (ps. 10-25). Ada puisi-puisi di dalam penceritaan narasi tersebut (ps. 23-24). Ada daftar kota-kota atau daerah-daerah yang disinggahi Israel dalam perjalanan mereka di padang gurun menuju Tanah Kanaan (ps. 33). Beberapa peraturan baru dicatatkan pada pasal-pasal terakhir kitab ini. Secara sejarah, kitab ini mengisahkan generasi pertama Israel yang keluar dari Mesir akhirnya tak dapat masuk ke Tanah Perjanjian karena ketakpercayaan dan pemberontakan mereka terhadap Tuhan. Sedangkan generasi kedua, yang ketika keluar dari Mesir masih di bawah 20 tahun, dipersiapkan untuk masuk ke Tanah Kanaan.
Secara teologis, kitab ini menyajikan hukuman dan anugerah Tuhan kepada umat yang bebal. Generasi pertama dihukum tidak menerima warisan Tanah Perjanjian. Generasi kedua yang sama bebalnya, dianugerahi kesempatan untuk menikmati warisan tersebut. Pemeliharaan Allah nyata atas umat yang sebenarnya tak layak menerimanya, tetapi pada saat yang sama mereka tetap bertanggung jawab untuk setia dan bersandar pada Tuhan.
2. Bileam bin Beor bukanlah orang Israel melainkan ia berasal dari Petor di tepi sungai Efrat (Bilangan 2:6). Ia dikatakan sebagai nabi palsu yang membawa kesesatan dan perusak bagi umat TUHAN (Bil. 31:16, bnd. Wahyu 2:14,15), namun demikian ia mengenal TUHAN Allah (Bil. 22:8). Nama Bileam di dalam Bilangan 22-24 memberikan isyarat yang sangat penting yaitu TUHAN yang tetap menjaga janji-Nya kepada nenek moyang Israel dan keturunannya sebagai umat perjanjian-Nya, mereka akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa, dan bangsa-bangsa yang berusaha untuk menggagalkan tujuan itu akan dikutuk. TUHAN tidak akan mengijinkan Bileam mengutuki Israel karena permintaan Balak raja Moab. Demikianlah Bileam memandang Israel sebagai sebuah bangsa yang diam di antara bangsa-bangsa lain dan Israel pada akhirnya ada di dalam kemakmurannya (Bil. 23:9-10). Bahkan melalui wahyu-Nya TUHAN, Bileam melihat ke depan suatu pribadi yang akan datang yaitu bintang dari Yakub dan ia akan menghancurkan musuh-musuhnya dan memerintah atas bangsa-bangsa (Bil. 24:17,19).
3. Nubuatan Mesias di dalam ucapan Bileam. Di dalam Bilangan 23-24 ada  tujuh ucapan Bileam  yang dicatat, di mana ketujuh ucapan Bileam tersebut berkenaan dengan nasib bangsa Israel dan nasib bangsa-bangsa lain. Beberapa di antaranya yang merupakan garis besar struktur dari ucapan Bileam di dalam Bilangan 23-24, yaitu:
a.    Ucapan Bileam pertama (Bil. 23:7-10)
Ucapan Bileam yang pertama ini menekankan akan keunikan berkat yang dimiliki Israel yang berbeda dengan bangsa lain dan ucapan kutuk atas Israel yang diminta Balak raja Moab tidak akan mungkin terjadi karena TUHAN yang berdaulat atas Israel.
b.         Ucapan Bileam kedua (Bil. 23:18-24)
Tema dari ucapan Bileam kedua ini menekankan bahwa TUHANlah yang menjadi sumber berkat bagi Israel bukan manusia. Allah berbeda dengan manusia dan Firman-Nya berbeda dengan perkataan manusia. Dia yang membebaskan Israel dari Mesir dan memberi kekuatan bagi umat Allah. Karena Allah, umat Allah mengalami kemenangan.
c.     Ucapan Bileam ketiga (Bil. 24:3-9)
Bagian ini menekankan bahwa berkat atas Israel adalah sesuatu yang mutlak (absolut). Ia menubuatkan ke depan akan gambaran kemuliaan Israel di tanah perjanjian dan Allah menyatakannya itu melalui visi yang Allah berikan kepada Bileam.
d.         Ucapan Bileam keempat (Bil. 24:15-19)
Adalah klimak dari ucapan Bileam pada Bilangan 23-24. Klimak berkat atas Israel berpusat kepada dia yang akan datang sebagai pembebas bagi umat Allah.
e.         Akhir dari Ucapan Bileam (Bil. 24:21-23)
Di akhir ucapan Bileam ini ada tiga ucapan Bileam dicatat  pada Bilangan 24:21-23, di mana ketiga ucapan Bileam ini menubuatkan akan kejatuhan bangsa-bangsa lain sebagai penghakiman Allah atas mereka.
Dari salah satu ucapan Bileam di atas yaitu ucapan Bileam yang keempat melalui visi yang TUHAN Allah bukakan kepada Bileam, janji kedatangan seseorang yang akan membebaskan umat Allah dan menghancurkan musuh-musuhnya akan datang dari Yakub.
Bagi bapak gereja mula-mula maupun pandangan Yahudi mula-mula melihat bahwa ”bintang” yang dikatakan terbit dari Yakub dan ”tongkat” kerajaan timbul dari Israel ditujukan hanya kepada Mesias bukan kepada Daud (dalam beberapa penafsiran, terjadi perdebatan para teolog tentang “bintang” dan “tongkat” dalam ay. 17. Ada yang mengatakan bahwa itu hanya menghunjuk kepada Daud dalam kerajaannya, ada yang menghunjuk kepada kedatangan Mesias, yaitu Yesus Kristus).
Berikut salah satu pandangan bapak gereja mula-mula yaitu Justin Martir di dalam perkataannya mengenai Bilangan 24:17 dikaitkan dengan Yesaya 11:1, 51:5 “…A star shall rise out of Jacob, and a flower will come forth from the root of Jesse, and upon his arm will the nations hope. The shining star has risen and the flower has grown from the root of Jesse–this is Christ. For he was by the power of God conceived by a virgin of the seed of Jacob, who was the father of Judah, the father of the Jews, as been explained; Jesse was his ancestor, according to the oracle, and he was the son of Jacob and Judah by lineal succession”. Justin, the Martyr, “The First Apology,” The Library of Christian Classics, Vol. I. Early Christian Fathers, trans. and ed. by Cyril C. Richardson (Philadelphia: The Westminster Press, 1953).
(terjemahan bebas: “… Sebuah bintang akan bangkit keluar dari Yakub, dan bunga akan muncul dari akar Isai, dan pada lengannya bangsa-bangsa akan berharap. Bintang yang bersinar telah bangkit dan bunga telah tumbuh dari akar Isai – ini adalah Kristus. Karena Dia oleh kuasa Tuhan dikandung oleh seorang perawan dari keturunan Yakub, yang adalah ayah Yehuda, ayah dari orang Yahudi, sebagaimana dijelaskan; Jesse leluhurnya, menurut ramalan, dan dia adalah anak Yakub dan Yehuda sesuai dengan garis suksesi”).
Akan tetapi di antara para studi Perjanjian Lama sendiri mereka memiliki pandangan atau penafsiran yang berbeda ketika mereka mengartikan siapakah bintang terbit dari Yakub? Mereka mempertentangankan hal ini dan menyebutkan bahwa janji itu hanya tertuju kepada Daud dan tidak secara jelas ditujukan kepada Mesias. Salah satunya adalah David W. Kerr di dalam bukunya ”Numbers”, The Bible Expositor: The Living Theme of the Great Book menuliskan sebagai berikut: “It is better to see the fulfillment of this prophecy in David, the king of Israel who did actually crush both Moab and Edom. The ideal can be transferred to the Messiah only in the sense that the throne of David prefigured the rule of Jesus Christ over an infinitely greater kingdom”).
(terjemahan bebas, “Lebih baik untuk melihat pemenuhan nubuat ini dalam Daud, raja Israel yang melakukan benar-benar menghancurkan baik Moab dan Edom. Idealnya hal itu menghunjuk hanya kepada Mesias dalam arti bahwa takhta Daud sebagai “prefigured” Yesus Kristus atas kerajaan yang jauh lebih besar”).
Ucapan Bileam yang mengatakan akan terbit bintang dari Yakub dan tongkat kerajaan timbul dari Israel adalah menunjuk kepada Mesias karena sekalipun ”bintang” dan ”tongkat” sebagai simbol kerajaan dapat menunjuk kepada Daud akan tetapi penggenapannya hanya tertuju kepada figur yang lebih besar dari Daud yaitu Mesias. Dua kata benda ini ”bintang” dan ”tongkat” lambang kekuasaan dan menjadi metafora untuk seorang raja tidak dapat dikatakan menjadi milik dinasti Daud melainkan kepada Mesias, karena kalimat itu tidak disebutkan untuk suatu keluarga kerajaan melainkan kepada satu pribadi yaitu Daud atau Mesias. Oleh karenanya kalimat ini jelas hanya menunjuk kepada Mesias sebagaimana halnya nabi-nabi selalu mengharapkan penaklukan atas bangsa-bangsa ada di dalam era Mesianik (Yes. 16:13; 25:9-10; Yer. 48:24; Yeh. 25;12; Maz. 137:7).
Maka Bileam seorang penyembah berhala melalui wahyu-Nya TUHAN melihat bahwa Israel akan memiliki pembebas yang akan datang yaitu Dia yang adalah ”bintang” dari Yakub dan ”tongkat” kerajaan ada padanya akan membawa kemenangan bagi umat TUHAN atas musuh-musuhnya. Kepada Dia yang akan datang itu umat TUHAN akan menemukan pengharapannya untuk menikmati berkat yang telah dijanjikan itu. Moab, Edom, dan bangsa-bangsa lain tidak dapat mengutuki bahkan menghancurkan umat perjanjian-Nya melainkan bangsa-bangsa lain akan dihakimi dan dihancurkan.  Dia yang akan datang itu tidak hanya menghancurkan Moab dan keturunan Set serta berkuasa atas Edom melainkan juga penghukuman dan  kekuasaannya berpengaruh hingga atas bangsa-bangsa lain.
4. Bileam kemudian mengucapkan sanjaknya yang menjadi Nas Evangelium pada Minggu Advent I, tanggal 29 November 2009 ini. Bileam menggambarkan dirinya sebagai ”orang yang mendengar firman Allah, dan yang beroleh pengenalan akan Yang Mahatinggi, yang melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa, sambil rebah, namun dengan mata tersingkap”.
Perkataan Bileam ini mengumumkan kedatangan seorang raja yang besar dari Israel (Bil. 24:15-19), setelah dia memperkirakan kekalahan Amalek, Kenite, dan Asyur dan Eber (24:20-25). Bileam berkata bahwa “dia melihatnya, tapi tidak sekarang,” dan “dia memandangnya, tapi tidak dari dekat” (24:17). Kata kerja yang sama (“see”) di sini digunakan juga dalam 23:9, 21a. Di sini Bileam berbicara tidak di masa itu, tapi mengenai masa depan. Perkiraan Bileam mengenai kebangkitan kerajaan Daud. ‘Bintang’ merujuk pada Daud yang mengalahkan orang Moab (Bil. 24:17; 2 Sam. 8:2) dan orang Edom (Bil. 24:18; 2 Sam. 8:13, 14; 1 Raja 11:15, 16; 1 Taw. 18:12, 13). Nubuat ini menjanjikan bakal bangkitnya bangsa Israel, sebuah tongkat dan bintang dari Yakub/Israel. Ini adalah lambang untuk pemerintahan raja-raja, menunjukkan pada kerajaan Daud (Kej. 49:10). Di bawah kepemimpinan Daud orang Israel berlimpah dan bangsa-bangsa di sekitarnya tunduk dan membawakan upeti (mis. 2 Sam. 8:2, 6). Tapi, nubuatan tidak selesai sampai di sini, penggunaan istilah ‘bintang’ lebih dari sekedar merujuk pada seorang penguasa, tapi menghubungkan penguasa itu dengan realitas kelahiran Yesus Kristus. KelahiranNya dihubungkan dengan peristiwa perbintangan (Mat 2:2) dan dia menerima nama “Surya Pagi” (Luk. 1:78-79; Why. 22:16) dalam hubungan dengan keturuannya dari garis keturunan Daud. Jadi Jelas Bileam mengabarkan, bahwa dalam tangan TUHAN ada masa depan yang lebih baik.
Tidak ada kekuatan apa pun yang dapat menghalangi gerak maju Allah dalam mewujudkan rencana-Nya di dunia ini, khususnya dalam kehidupan umat-Nya!
Untuk ketiga kalinya Allah menaruh ucapan berkat ke dalam mulut Bileam, yang sebenarnya dibayar oleh Balak untuk memberondongkan kutuk dari kekuatan tenungnya. Dalam ucapan ketiga (3-9), Bileam memuji-muji keindahan, kelimpahan, dan kekuatan Israel (5-7a).
Dengan menggunakan gambaran kemah, lembah, pohon gaharu, pohon aras dan air, hal tersebut ia paparkan karena Allah sendiri menjadi pembebas, pelindung (8), dan pemberdaya Israel. Janji Allah kepada Abraham kini diteguhkan ulang oleh Allah melalui nubuat Bileam (9b, bnd. Kej. 12:3).
Sesudah dimarahi oleh Balak untuk kesekian kali, Bileam lalu tunduk pada kedaulatan Allah. Mengalirlah ujaran kelima sampai ketujuh (15-19, 20, 21-22, 23-24). Dalam nubuat keempat yang menjadi inti dan puncak dari rangkaian nubuat Bileam, Allah membentangkan tindak penyelamatan yang akan Dia lakukan. Nubuat tersebut kita kenal sebagai nubuat mesianis, sebab membicarakan tentang bintang dan tongkat kerajaan yang akan keluar dari keturunan Yakub (17).
Hal itu akan terjadi jauh di depan zaman Bileam (17a). Kini kita tahu bahwa Yesus Kristus, Sang Mesias, yang dibicarakan di sini.
Sesudah mengucapkan nubuat mesianis, Bileam kembali diberi Tuhan kata-kata yang membentangkan kejayaan Israel dalam zaman tersebut. Israel akan berhasil menaklukkan tanah perjanjian karena Tuhan. Bangsa-bangsa akan takluk pada tindakan-tindakan Allah dalam sejarah (20-24).
Dalam kitab Bilangan pasal 24:17, Tuhan memelintir mulut Bileam sehingga ia mengucapkan firman yang bukan kutuk melainkan nubuatan tentang kedatangan Sang Mesias. Katanya, “Aku melihat dia (Mesias) tetapi bukan sekarang; Aku memandang dia tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab dan menghancurkan semua anak Set.
Bileam adalah seorang yang dihinggapi Roh Allah. Kata-katanya diterima sebagai kebenaran terlebih oleh orang Moab. Pastilah apa yang telah terjadi antara Balak dan Bileam menjadi buah bibir turun-temurun. Sangatlah gampang untuk menafsirkan nubuatan Bileam bahwa nanti akan datang seorang pemimpim bangsa Yahudi yang memiliki kemampuan membinasakan semua anak Set. Nubuatan Bileam mengenai seorang yang akan datang, “aku melihatnya tetapi bukan sekarang,” Seorang pemimpin yang kelahirannya ditandai dengan bintang.
Sangatlah masuk akal untuk menafsirkan bahwa orang Majus dari Timur itu adalah orang Moab yang telah sangat terkesan dengan nubuatan Bileam, orang yang semua perkataannya sangat mereka hormati. Lagi pula Bileam sendiri tentu lebih terkesan lagi karena ia rasakan sendiri bagaimana ia terkendali secara illahi dalam mengucapkan nubuatan tersebut.
Ia pasti akan mengulanginya dan menegaskannya kepada masyarakat bahwa jika mereka melihat bintang yang ajaib maka itu sebuah pertanda kelahiran seorang raja Yahudi yang akan menguasai seluruh dunia. Terhadap dia lebih baik kita mengantar upeti daripada mencari gara-gara.
Di dalam Perjanjian Baru apa yang menjadi nubuatan Bileam bagi umat TUHAN dan juga bagi bangsa-bangsa telah menemukan penggenapannya di dalam peristiwa kelahiran Kristus di kota Betlehem. Kelahiran-Nya ditandai dengan ”bintang” dari Timur sebagai lambang atau simbol bagi seorang raja. Walaupun ”bintang” ini (Mat. 2:2) tidak secara pasti apakah identik sama dengan ”bintang” yang Bileam katakan (Bil. 24:17) akan tetapi tetap Dia yang dimaksudkan di dalam perkataan Bileam yaitu Mesias yang akan datang itu telah digenapi di dalam peristiwa kelahiran Kristus di kota Betlehem dan orang-orang Majus bertanya-tanya ”Dimanakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia”. Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem (Matius 2:2-3). Kelahiran-Nya yang ditandai dengan ”bintang” Betlehem sungguh menggentarkan hati orang-orang Majus akan tetapi kegentaran hati orang-orang Majus menjadi sukacita mereka atas kelahiran-Nya. Namun bagi Herodes maupun bagi bangsa-bangsa lain yang meragukan kedatangan-Nya itu tetap menggentarkan hati mereka akan tetapi kegentaran hati mereka sesungguhnya menjadi penghakiman atas mereka.  Mesias yang dinantikan itu, raja dari keturunan Yehuda yang dijanjikan bagi umat perjanjian-Nya sungguh menjadi sukacita bagi umat TUHAN yang ada di dalam kekelaman yang kini digenapi di dalam peristiwa kelahiran-N