Suami-Isteri Yang Tidak Mau Mengalah
Tiap
rumah tangga akan dan pasti menghadapi persoalan, persoalan yang
dihadapi bisa sepele tapi bisa juga besar. Persoalan itu juga bisa cepat
selesai tapi bisa juga butuh waktu lama baru bisa berdamai. Cepat atau
lamanya persoalan dalam rumah tangga selesai sebenarnya tergantung dari
‘niat’ keluarga itu sendiri untuk menyelesaikannya.
Demikianlah
yang terjadi di sebuah rumah tangga yang baru berusia beberapa bulan,
dimana suami dan isteri tidak saling bicara disebabkan oleh sebuah
persoalan sepele. Sudah seminggu ini mereka makan sendiri-sendiri, tidur
juga saling memunggungi. Dari luar kehidupan mereka sepertinya normal
saja, tidak terdengar ribut, suara marah atau bentakan dari rumah
mereka. Ya itu tadi… karena mereka tidak saling bicara.
Memasuki
minggu kedua, mereka tetap masih saling diam. Jika ada tamu yang datang
ke rumah, mereka hanya berkomunikasi kepada tamu itu, meskipun
sama-sama duduk di kursi tamu. Sebenarnya di hati kecil si isteri sudah
ingin berdamai tapi ego-nya mengatakan, “masak aku duluan yang ngomong…
gengsi dong!” si suami juga demikian, dia sebenarnya sudah jenuh akan
suasana yang tidak nyaman ini namun hati kecilnya mengatakan,
“sebenarnya dia nggak perlu minta maaf, kalau dia ngomong duluan aja aku
pasti jawab kok. Tapi kalau aku yang duluan ngomong… sorry lah ya!”
Begitulah
yang terjadi sampai memasuki bulan kedua dan yang lebih parahnya,
sekarang mereka sudah pisah kamar. Suatu hari si suami mendapat tugas ke
luar kota oleh pimpinan perusahaan tempatnya bekerja. Keberangkatannya
ke luar kota itu mengharuskan dia bangun pukul 04.00 pagi sebab dia
harus sampai di kantor pukul 05.00 pagi untuk berangkat bersama dua
orang lagi rekannya.
Si
suami mulai gelisah hatinya, karena dia tidak biasa bangun sepagi itu.
Jalan satu-satunya adalah meminta isterinya untuk membangunkannya pukul
04.00. Tapi hati kecilnya berkata, “Kalau aku minta tolong sama dia,
berarti aku yang duluan ngajak dia ngomong… wah…” Hampir setengah jam
berlalu sejak si suami bergumul dengan ego-nya, sementara isterinya
sudah dari tadi masuk ke kamar meskipun dia tahu kalau isterinya itu
belum tidur.
Akhirnya
dia tersenyum mendapat ide cemerlang dan melangkah ke meja kerjanya
lalu mengambil selembar kertas dan sebuah spidol. Ia mulai menuliskan
pada kertas itu kalimat dengan huruf besar-besar MAMI… TOLONG BANGUNIN
PAPI JAM 04.00 NANTI, KARENA PAPI HARUS BERANGKAT KE LUAR KOTA… TAPI
NGGAK NGINEP KOK…
TRIM’S. Lalu si suami meletakkan kertas itu di atas meja dapur agar bisa dilihat isterinya.
Seperti
bisaa, si isteri bangun sekitar pukul 04.00 untuk beres-beres rumah dan
seperti lazimnya kaum ibu rumah tangga, dapurlah yang menjadi perhatian
pertama. Si isteri melihat kertas itu dan membacanya… Timbul rasa
kasihan di hatinya, dalam hatinya ia berkata, “Aduh… kalau aku nggak
bangunin dia, bisa-bisa dia terlambat dan bisa-bisa dia kena marah
atasannya.” Lalu ia melangkah ke kamar dimana suaminya tidur. Ketika
sampai di depan pintu hendak mengetuk… hatinya berkata, “Aaahh… masak
jadi aku duluan yang ngajak dia ngomong… ogah ah!” Akhirnya dia
mengambil kertas dan spidol di meja kerja suaminya lalu menuliskan… PAPI
BANGUN… UDAH JAM 04.00… NANTI TERLAMBAT LOH… Lalu dia menyelipkan
kertas itu dari bawah pintu kamar dimana suaminya tidur.
(by:
Pdt. Anthony L Tobing - Terinspirasi dari ‘Rumah Tangga Na So
Marsipanghulingan’ dalam buku ‘Barita Mardongan Poda’ yang disusun oleh
Pdt. Manuarang Hutabarat, S.Th)
-----------------
Renungan:
Persoalan
dalam rumah tangga bisa cepat diselesaikan dengan adanya komunikasi
yang baik antara pihak-pihak yang bersoal. Untuk menciptakan komunikasi
yang baik itu diperlukan kebesaran hati masing-masing pihak untuk
menanggalkan ego-nya.
Filipi 2:4-5
“Dan
janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri,
tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu
bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus
Yesus.”
Efesus 4:26
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu”
Efesus 4:32
“Tetapi
hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan
saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni
kamu”
No comments:
Post a Comment