Thursday 2 January 2014

Khotbah Minggu 5 Januari 2014, Yeremia 31 :7-14

Yeremia 31, 7-14 

 

 

Kembali ke dalam Pelukan Allah
  1. Ketika kami kanak-kanak, saya pernah melihat abang saya mendapat hukuman dari bapak karena suka berlaku ‘nakal’, pergi berenang ke danau toba tanpa permisi, bermain seharian di ladang dan menggembalakan kerbau orang lain, ikut kapal penumpang ke daerah lain, menunggu kapal datang dan mengangkut barang-barang dagangan para pedagang, kabur dari sekolah, tidak tidur siang, dan banyak lainnya. Kalau sampai bapak pulang kantor, dan sang kakak belum di rumah, maka kami akan khawatir, karena dia akan mendapat hukuman sesuai dengan kenakalannya. Dia tidak akan mendengar ibu kami yang membujuknya untuk bersikap lebih manis, dia lebih suka mendengar ajakan teman-temannya yang menjanjikan akan dapat uang kalau membantu pemilik kerbau menggembalakan kerbaunya, atau mengangkut barang dagangan para pedangang. Walaupun hukuman berlangsung dia terus mengulang permainan itu, tanpa jera. Suatu hari, ketika bapak mengambil lidi untuk memukulnya, tiba-tiba ompung (nenek) kami muncul dan berdiri di antara kedua ayah beranak itu, dan bapak pun berhenti memberi hukuman. Ompung menyelamatkannya, sekaligus memberi diri untuk dipukul bapak. Abang saya sangat bersukacita, saat seorang yang dihormatinya muncul dan ‘menyelamatkannya’ dari sebuah hukuman. Sukacitanya dia wujudkan dengan bersikap lebih baik dengan membangun sebuah harapan tentang ompung yang akan selalu datang.
  2. Kejahatan dan pikiran buruk dapat membuat seseorang kurang cerdas dalam memaknai hidup, sehingga muda diombang-ambingkan kata-kata manis. Dia melakukan apa saja yang menyenangkan hatinya sehingga tidak mau mendengar kata kebenaran. Ketika Yeremia mengatakan bahwa mereka akan dihukum atas kejahatan bangsa ini, mereka marah dan menyebutnya sebagai penghianat nasional, dia dipenjara untuk kebenaran tersebut. Mereka lebih suka pada apa yang dikatakan nabi palsu, Pansur dan Hanaya yang mengatakan bahwa mereka tidak mendapat hukuman, malainkan damai sejahtera (6,14).
  3. Hukuman Allah menyadarkan mereka setelah mengalami penderitaan yang mereka terima di Babel. Dibalik penderitaan itu, mereka membangun sebuah pengharapan, munculnya penyelemat yang membebaskan mereka. Sukacita menjadi bagian kerinduan mereka.
  4. Kata membebaskan dan menebus, biasanya dipergunakan untuk pembebasan dalam bidang sekuler, seperti penebusan harta milik yang digadaikan, penebusan budak. Penebusan ini biasanya dilakukan oleh anggota keluarga terdekat. Kata-kata ini sangat akrab bagi umat Israel, maka teologia juga memakai kata ini untuk menyatakan perbuatan tangan Allah atas Israel dari perbudakan Mesir. Dalam ay. 7 istilah ini digunakan untuk orang Israel di pembuangan Babel. Allah menjadi ‘anggota keluarga’ mereka, menebus mereka dari perbudakan.
  5. Pengalaman dikeluarkan atau dibebaskan banyak mempengaruhi jiwa seseorang. Orang sembuh dari sakit akan lebih menghargai kesehatan dibanding yang belum mengalaminya. Seorang ibu yang mempunyai bakat stroke masih ‘bandel’ dengan memakan pantangannya, tetapi begitu ada serangan stroke, dia jera dan berhenti memakan semua jenis makanan yang dapat membuat penyakitnya makin parah. Dia diubah oleh sakit yang luar biasa, dia membangun harapan di tengah kelemahannya. Dalam istilah hukum, hukuman membuat si terdakwa sampai pada efek jera.
  6. Ketika Yeremia menggambarkan kepulangan para buangan dari Babel ke Israel, ada ajakan sukacita bagi keturunan Yakub. Biarlah keluh kesah mereka, sakit penyakit dan derita mereka diganti dengan sorak sorai, karena Allah yang bertindak membawa mereka pulang, membayar hutang mereka dan menebus mereka dari perbudakan Babel. Allah lah satu-satunya keluarga dekat mereka, menebus mereka dari perbudakan
  7. Saat seseorang keluar dari RS dengan kondisi sehat, akan terlihat wajah sumringah karena gembira meliputi hatinya, orang keluar dari penjara akan ada cahaya optimis di wajahnya, apalagi jika keluar dari sebuah perbudakan panjang, bukankah kegembiraan meliputi hati, jiwa dan pikiran untuk terus tersenyum menjalani masa depan bersama Tuhan yang rela menjadi anggota keluarga membayar seluruh hutang-hutang? Kegembiraan sangat sempurna ketika ada penebusan dari ketidakmampuan. Hanya dalam mimpinya Martin Luther King menyatakan penebusan Allah pada kulit hitam untuk menjadi warga yang sama dengan kulit putih, di Amerika Serikat, sudah terlihat nuansa kegembiraan bagi suku tersebut dengan tetap optimis berjuang di negara berkulit putih itu. Janji keselamatan dari Allah membawa jaminan dan kegembiraan. Maka satu-satunya pengharapan kita untuk ditebus dari perbudakan dosa hanya pada Allah keluarga terdekat kita.
  8. Inilah panggilan bagi orang yang berduka, menderita, tertindas dan mengalami sakit penyakit karena kesalahan masa lalu kita, Tuhan membawa pengampunan bagi kita, Tuhan memulihkan jiwa kita yang kering, Tuhan menebus kita dari dosa maut, membayar hutang kita dengan darah Yesus Kristus. Tidak ada lagi tangisan, hanya sorak-sorai bagi mereka yang memiliki DNA Yesus Kristus. Jangan terlalu percaya dengan kata-kata manis yang dijanjikan dunia, tapi mari tetap dengar-dengaran dengan suara Roh yang mengingatkan kita akan ketidakbenaran supaya hidup seturut dengan kebenaran Allah.
  9. Allah tidak hanya menebus kita dari penderitaan, Dia juga menyediakan segala yang perlu bagi kita, saat kita dibawa pulang. Dalam ay. 10-14 ada ungkapan kesejahteraan. Yeremia menggambarkan kemakmuran umat Israel pada masa depan dan kegembiraannya di atas bukit Sion. Bila dibandingkan keluaran dari Mesir, maka pemulangan dari Babel akan lebih hebat, di mana Tuhan memberi umatNya kelimpahan makanan dan kemakmuran harta benda lainnya. Dia juga bertindak menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Nya. Keluarbiasaan terjadi bagi bangsa yang telah dipilihNya.
  10. Bangsa pilihan Allah selalu mandapat perlakuan istimewa dari Allah. Dia menebus Yakub dari tangan orang yang lebih kuat darinya (11), menyediakan gandum, anggur dan minyak, anak-anak kambing domba dan lembu sapi (12); hidup mereka akan seperti taman yang diairi baik-baik. Istilah ini sangat tepat bagi Israel yang curah hujannya rendah dan jarang diharapkan. Dengan perlakuan istimewa ini semua kalangan, semua usia dapat bersukacita (13) karena kebajikan Tuhan yang diberi pada mereka. Tuhan melimpahkan anugerahNya bagi imam dan umat (14).
  11. Banyak pengalaman pahit yang kita lalui sebagai umat percaya. Dalam epistel (1 Tesalonika 2, 13-20) dikatakan bahwa percaya dan beriman pada Tuhan tidak membuat jemaat Tesalonika tenang dan damai, sebaliknya mendatangkan kesusahan dan penderitaan oleh karena kejaran dari penguasa dunia. Ada yang tidak dapat menjabat jabatan tertentu karena beriman pada Tuhan Yesus. Ada tawaran pindah agama supaya mendapat posisi yang baik di negara ini, ada juga ketidak nyaman tinggal karena ketidakbebasan beribadah, kekeransan dan ketidakadilan yang diterima oleh umat percaya. Dibalik semua penderitaan ini, Tuhan menjanjikan kesejahteraan dan kemakmuran. Dia telah menebus kita dari utang dosa dengan darahNya yang kudus. Kita akan terus membangun tangga pengharapan kita dalam arak-arakan menuju kekekalan sebab, tangan Allah sendiri yang membawa kita keluar dari penderitaan, menuju sukacita surgawi bersama pasukan orang benar. Kita terpanggil menjadi pasukan khusus melawan ketidak-benaran memenangkan sukacita dalam Kristus. Selamat berjuang, Tuhan memberkati! Amin ( Sumber : Partungkoan ).