Sunday 3 November 2013

Raja Pontas Lumbantobing Dan IL Nommensen

RAJA PONTAS LUMBAN TOBING & IL NOMMENSEN

Pada suatu hari, ada kabar-kabar burung mengatakan bahwa Raja Pontas ingin membunuh tuan Nommensen.

Tuan Nommensen sama sekali tidak takut dengan ancaman tsb. Dia dengan berani pergi ke kampung dimana raja itu berdiam. Setiap kali beliau pergi kesana, dia berjalan dengan tegap sambil memegang sebuah tongkat. Tongkat itu panjang. Bergambar kepala ular.
Kalau dia mengarahkan tongkatnya ke depan, “lidah ular itu”menjulur-julur keluar.
Kalau arah ke belakang, “lidah ular” itu akan masuk ke dalam.
Orang-orang sangat takjub. Ada-ada saja ” keajaiban-keajaiban “lain yg dipertunjukkan oleh tuan Nommensen dihadapan banyak ramai.

Pada waktu itu orang belum mengenal alat musik yg namanya harmonika dan biola. Suatu ketika Nommensen mengeluarkan dari tasnya sebuah alat, dan menaruhnya pada mulutnya. Beliau meniupnya dan kedengaran bunyi-bunyian dari situ. Kedengarannya seperti orang yg sedang bersungut-sungut. Orang-orang pada heran. Apa itu ?

Lalu tuan itu lagi-lagi mengeluarkan suatu alat yang lain. Bentuknya bagus dan berkilat. Bersama itu ada semacam tali yg diikat ke dua ujungnya dengan kuat, sehingga sulit untuk dipatahkan. Orang-orang pada mendekat dan melihat itu. Tuan Nommensen mulai membunyikan alat musik itu. Alat itu mengeluarkan bunyi-bunyian yg sangat merdu dan menenangkan hati. Mereka lagi-lagi sangat takjub. Belum pernah mereka mendengar bunyi-bunyian seperti itu. Yang satu lalu berkata kepada yg lain : Dia ini benar-benar datang dari Sang Pencipta.
Berita tersebut segera tersebar ke segala penjuru.

Tak terkecuali kepada Raja Pontas.

Suatu hari raja Pontas datang kepada tuan Nommensen. Dia ingin mencobainya . Ingin tahu apakah tuan itu benar-benar tahu banyak mengenal segala hal.
Dia berkata : Tuan Nommensen, ada seorang penabur. Suatu ketika penabur itu menaburkan padi di tengah-tengah kampung.

Segera ayam-ayam datang dan memakannya sampai habis. Penabur itu sangat bodoh, bukan ?

Artinya : Mengapa orang menyuruh kamu datang ke wilayah ini. Siapalah kamu ini, dibandingkan dengan kami, yg sangat banyak. Kamu ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan seluruh Silindung.

Tuan Nommensen menjawab : Benar bahwa penabur yg kamu sebutkan itu bodoh. Seharusnya penabur itu terlebih dahulu menyiapkan tongkat-tongkat yg di kaitkan dengan tali-tali di sekitar benih-benih itu. Kalau dia menarik tali-tali tsb, pastilah tongkat-tongkat itu akan bergerak, dan ayam-ayam tidak berani lagi memakan padi-padi tsb.

Raja berdiam diri mendengar itu. Dia berkata dalam hatinya : benar-benarlah orang ini suruhan dari Atas.
( Dikutib Dari Berbagai Sumber )

TANO BATAK



Bahasa Batak Toba

Dialek Bahasa Batak Toba
Pembinaan dan pembangunan kebudayaan nasional dalambidang kebahasaan dan kesastraan merupakan salah satu masalah kebudayaan nasional yang perlu di bahas dan disosialisasikan dengan sungguh-sungguhdan berencana, sehingga tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah ,termasuk sastranya dapat tercapai Sebagaimana kita ketahui Budaya bangsa Indonesia cukup kaya dan beragam terutama dalam sastra dan bahasanya.

Van der tuuk telah menulis tentang Tata bahasa Batak Toba dan kamus Bahasa Batak Toba, seabad yang lalu dalam bukunya “A Grammar of Toba Batak”, disusul William K.Percival juga menyusun buku nama nya sama denga tulisan Van der tuuk “A Grammar of Batak Toba” pada tahun 1964, dan kemudian penelitian-penelitian oleh P.W.J.Nababan dengan bukunya berjudul “Toba Batak a Grammatical Description pada tahun 1966, dan banyak lagi tokoh-tokoh penulis dan peneliti Batak dan yang orang asing yang mencintai budaya Batak. Namun didalam pensosialisasian sangatlah minim, meskipun didalam pemerintahan ada suatu lembaga yang menangani masalah kebudayaan.

Dalam kenyataan dapat peroleh gambaran bahwa jumlah dialek yang terdapat dalam bahasa Batak Toba cukup beragam
Peranan dan Kedudukan Bahasa bagai Orang Batak toba sangatlah komunikatif terutama dalam bahasa pargaulan sehari-hari dan upacara adat, maksudnya didalam pembicaraan sehari hari atau pembicaraan upacara adat sesama orang batak, sangatlah terasa kekeluargaan kalau mereka memakai bahasa Batak, sesuai dengan prinsip “Dalihan Natolu”.
1- Bahasa Batak Toba dalam Upacara Adat:
Dalam penggunaan bahasa pada masyarakat Batak umumnya dan Batak Toba Khususnya,
akan terlihat keindahan penyajiaan bahasa tersebut, unsur-unsur sastranya akan lebih
menonjol, setiap perkataan selalu diselingi dengan umpama (pepatah) danumpasa (pantun),
dan disajikan penuh dengan tata kerama (Dalihan Natolu)
2- Bahasa Batak Toba dalam pergaulan sehari-hari :
Bahasa BAtak Toba dalam kesehariannya sangatlah fungsional. Pemakaiannya meliputi
lingkungan yang sangat luas, hampir disemua tempat dan situasi. Penggunaan Bahsa dalam
pergaulan sehari-hari tidaklah sekaku dalam pemakaian dalam Upacara Adat istiadat. Saya
katakan kaku, banyak yang pintar berbicara bahasa batak toba belum tentu dapat berbicara
di forum upacara adat
Bahasa Sastra:
Sastra Batak terdiri dari sastra Tulisan dan sastra lisan:
Yang termasuk sastra Lisan adalah pemakaian bahasa yang bersifat puitis hal ini dapat ditemui dalam upacara Adat: Perkawinan, kematian memindahkan tulang belulang leluhur, dll. Dimana akan ditemui kata-kata dalam kalimat yang sangat puitis, didalam meratapi orang meninggal dia akan berkisah dengan kata-kata yang membuat orang terhanyut sedih karenanya. Juga Umpa dan umpasa akan ditemui disetiap acara adat sebagai contoh;
Umpama: ” tedek songon indahan dibalanga”>> artinya seperti nasi dalam kuali, maksudnya adalah bahwa semua yang telah diutarakan tidak adalagi yang tersembunyi
Umpasa:
Margondang sitidaon, mangan hoda sigapiton
Tu jolo nilangkahon,tupudi sinarihon.
artinya :Bergendang sitidaon,makan kuda sigapiton,
Melangkah kedepan, kebelakang dipikirkan”
Mantera:
“Tul tanjung holi ampe tu bulung bira, bisa ni tano bisa ni langit toh,lah,lah,lah,lah,lah,lah”
artinya: Luka pada tulang-tulang ditimpa kedaun talas,bisa tanah,bisa langit menjadi hilang,berkat Allah”
Tonggo-tonggo: (Mantera memanggil arwah nenek moyang untuk meminta berkat dan restu, menunjukkan kebenaran dan arti dari suatu kejadian).
Misal: ”Hujou,hutonggo hupangalu-alui, sahala ni daompung boru Saniang naga, saniang naga tunggal, saniang naga jae, saniang naga di julu, partintinnaruminis, parsanggul na lumobi,…tumpak ma hami horas,maduma jala gabe”
artinya: ” KAmi memanggil, mengundang, dan menjemput semangat dan arwah nenek boru saniang naga(dewa danau toba dan pengairan), saniang naga yang tunggal, saniang naga yang yang berada di hilir dan dihulu yang bercincin banyak dan berkode rapi, berkatilah kami selamat dan bahagia.”
Andung-andung (bahasa ratapan , bentuk ini dipakai pada waktumeratapi orang yang meninggal.Kata-kata yang dipergunakan lain dari yang dipakai sehari-hari.
Misal:
Kata anak disebut menjadi Sinuan tunas>>> Putra
—- boru —————- Sinuan beu >>> Putri
—- amang ————– Parsinuan >>>> Ayah
—- inang ————– Pangintubu >>> IbuSastra tertulis itu adalah berupa ilmu perbintangan atau astronomi, Tarombo (silsilah), ramuan pengobatan tradisional, turi-tirian (cerita dongeng mitos), tulisan tersebut ditulis dengan aksara Batak.
DIALEK:
Yang dimaksu dengan dialek adalah ditandai dengan ciri-ciri khas dalam tata bunyi, kata-kata, ungkapan-ungkapan dan lain-lain. Bahasa adalah rangkaian tutur kata , mangandung makna yang dapat dipahami oleh penuturnya, sedangkan dialek merupakan varian suatu bahasa. Dialek dalam fungsinya ditengah masyarakat merupakan bahasa setempat, dialek yang merupakan bahasa setempat itu bersifat turun temurun. Dialek ini terjadi karena adanya isolasi alami dalam jangka waktu yang lama.
Dialek Bahasa Batak Toba dapat dibagi 5 dialek yaitu :
1-Dialek Silindung. Yang dipergunakan diwilayah : Kecamatan Tarutung, Sipoholon ,Pahae Julu,Pahae JAe, Sipahutar, Pangaribuan dan GAroga. Sedang di Adiankoting dipergunakan dialek Sibolga.
2-Dialek Humbang. Dipergunakan oleh wilayah Siborong-borong, Dolok sanggul, Lintong ni huta, Muara, Parmonangan, dan Onan Ganjang.Sedangkan di Parlilitan dan Pakkat sebagian mempergunakan bahasa pakpak dairi dan sebagian lagi mempergunakan dialek humbang.
3-Dialek Toba. dipergunakan diwilayah Toba: Balige, Laguboti, Porsea, Lumbanjulu, Silaen, dan Parsoburan.
4-Dialek Samosir. dipergunakan di wilayah Samosir yaitu: Palipi, Pangururan, Onan Runggu, Simanindo, dan Harian.
5-dan Dialek Sibolga. Dipergunakan di Sibolga dan sebagian wilayah Silindung.
Perbedaan-Perbedaan dialek tersebut dapat di bagi 3 yaitu :
1- Perbedaan Fonologis, sebagai contoh:Kata”amang,Among,Apang”=Ayah.)
amang (dialek Silindung, dan Humbang), Among (dialek Toba, dan Samosir), Apang dialek Sibolga).
“Inang,Inong” = Ibu.
Inang (dialek Silindung,Humbang,Sibolga), Inong (dialek Toba, dan Samosir).
“Tu, Hu”= Ke. Tu (dialek Silindung, Humbang, Toba, dan Sibolga). Hu(dialek Samosir.
Pada dialek humbang konsonan /r/sebagai apiko alveolar diucapkan menjadi [R] velar. Jadi konsonan /r/ itu lebih dekat kepada /g/ dan /h/, yaitu dibentuk pada rongga tekak misalnya (disaRat-saRat? uRsa ReRe tu RuRa, dari contoh itu tampak bahwa perbedaan fonologis itu dapat terjadi, baik pada vokal maupun konsonan.
 
Perbedaan lafal (ucapan):
Perbedaan itu berada pada bahasa, ,lafal diales Silindung dan Sibolga halus dan lembut, Lafal diales Humbang agak halus, Lafal diales Toba dan Samosir agak keras.
Perbedaan Semantis (menurut ilmu arti kata):
Kata ”Lae” /ipar dipergunakan pada dialek Silindung,Toba,Samo”n.dang koso”sir,dan Sibolga, sedangkan pada dialek Humbang kata Lae berarti saudara perempuan ayah.
Untuk panggilan pada anak saudara laki-laki ibu pada dialek Toba dan Samosir disebut ”Opung”, sedangkan di Humbang, Silindung dan Sibolga untuk anak saudara laki-laki ibu dipakai kata ”Tunggane”.Disamping itu kata tunggane dipakai juga untuk mengatakan saudara laki-laki istri.
Untuk mengatak ” belum lagi” pada dialek Toba, Silindungdan Sibolga dipergunakan kata ”ndang do pe”, pada dialek Humbang dipergunakan kata ”ndang kede”, dan pada dialek Samosir dipergunakan kata ”ndang poso” atau ” ndang koso”.
Kata ”Puang” panggilan kepada orang kedua yang menunjukkan hubungan akrab, dipergunakan pada dialek Silindung,Sibolga dan Humbang, sedangkan pada dialek Toba dipergunakan kata ”kedan” dan puan. Pada dialek Samosir kata kedua ini dianggap kasar, hanya dipergunakan kepada orang kedua yang statusnya jauh lebih rendah daripada kita..
Watas Isoglos diantara dialek-dialek Bahasa Batak Toba:
Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa Isoglos( kesamaan dialek), garis watasvkata hádala garis yang memisahkan setiapgejala bahasa dari dua lingkungan kata atau bahasa berdasarkan wujud atau sistem kedua lingkungan itu yang berbeda, yang dinyatakan pada peta bahasa. Garis watas kata itu Madang-kadang juga disebut heteroglos. Oleh karena itu untuk memperoleh gambaran yang benar mengenai batas-batas dialek, harus dibuat watas kata yang menerangkum segala segi kebahasan dari hal-hal yang diperkirakan akan memberikan hasil yang memuaskan.
Dari garis watas kataitu akan terlihat bahtidakakan adasatupun diantara anasir yang memberikan garis yang benar-benar sama sehingga akan selalu terdapat beberapa perbedaan.,Walaupundemikian pada garis besarnya akan terlihat adanya suatu irama atau gerak garis itu yang sama sehingga dapat diperkirakan dimana batas-batas dialek yang dimaksud itu. Dalam bahasa Toba watas kata diantara dialek-dialek itu dapat dilihat pada peta berikut ini.”
Kesimpulan :
1- Bahasa Batak Toba termasuk bahasa tertua di Indonesia
2- Bahasa Batak Toba hádala bahasa yang paling banyak pendukungnya dan luas daerahnya.
3- Bahasa Batak baik Toba maupun batak lanilla memiliki akasara.
Habis. Th.Pardede
Sumber:

PENGHITUNGAN DALAM BAHASA BATAK



PENGHITUNGAN DALAM BAHASA BATAK

1. Satu 
a. Gayo : Sa
b. Alas : Sade
c. Singkil : Sada
d. Karo : Sada
e. Pakpak : Sada
f. Simalungun : Sada
g. Toba : Sada
h. Mandailing : Sada

2. Dua 
a. Gayo : Roa
b. Alas : Duwe
c. Singkil : Dua
d. Karo : Dua
e. Pakpak : Dua
f. Simalungun : Dua
g. Toba : Dua
h. Mandailing : Dua

3. Tiga 
a. Gayo : Tulu
b. Alas : Telu
c. Singkil : Telu
d. Karo : Telu
e. Pakpak : Tellu
f. Simalungun : Tolu
g. Toba : Tolu
h. Mandailing : Tolu

4. Empat
a. Gayo : Opat
b. Alas : Empat
c. Singkil : Empat
d. Karo : Empat
e. Pakpak : Empat
f. Simalungun : Ompat
g. Toba : Opat
h. Mandailing : Opat

5. Lima
a. Gayo : Limo
b. Alas : Lime
c. Singkil : Lima
d. Karo : Lima
e. Pakpak : Lima
f. Simalungun : Lima
g. Toba : Lima
h. Mandailing : Lima

6. Enam
a. Gayo : Onom
b. Alas : Enam
c. Singkil : Enem
d. Karo : Enem
e. Pakpak : Enem
f. Simalungun : Onom
g. Toba : Onom
h. Mandailing : Onom

7. Tujuh
a. Gayo : Pitu
b. Alas : Pitu
c. Singkil : Pitu
d. Karo : Pitu
e. Pakpak : Pitu
f. Simalungun : Pitu
g. Toba : Pitu
h. Mandailing : Pitu

8. Delapan
a. Gayo : Waluh
b. Alas : Waluh
c. Singkil : Waluh
d. Karo : Waloh
e. Pakpak : Ualuh
f. Simalungun : Ualuh
g. Toba : Uwalu
h. Mandailing : Lapan

9. Sembilan 
a. Gayo : Siwah
b. Alas : Siwah
c. Singkil : Siwah
d. Karo : Siwah
e. Pakpak : Siwah
f. Simalungun : Siah
g. Toba : Sia
h. Mandailing : Sambilan

10. Sepuluh 
a. Gayo : Sepuluh
b. Alas : Sepuluh
c. Singkil : Sepuluh
d. Karo : Sepuluh
e. Pakpak : Sipuluh
f. Simalungun : Sapuluh
g. Toba : Sampulu
h. Mandailing : Sapulu
Sumber:

Bahasa Simalungun: Dialek dan Aksara


Bahasa Simalungun: Dialek dan Aksara

Pendahuluan
Bahasa Simalungun merupakan salah satu sub bahasa Batak, dan bahasa ibu yang dituturkan oleh suku yang mendiami daerah kabupaten Simalungun dan sebagian daerah Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Asahan. Menurut fakta dan historis, bahasa Simalungun pada hakekatnya menyebar hampir di seluruh daerah di Sumatera Utara terutama di wilayah bagian Timur bahkan sampai ke Riau. Pernyataan tersebut didasari oleh banyaknya bukti-bukti yang mengindikasikan hal tersebut. Bukti yang cukup kuat antara lain dari banyaknya nama-nama tempat/ daerah yang berbahasakan Simalungun, seperti nama desa Pamatang Ganjang, Bangun Purba, Parbahuman (Perbaungan), Tobing Tinggi, Gunung Para, Sipispis, Dolog Marlawan, dan Dolog Masihol di Deli Serdang dan Serdang Bedagai (Sordang Mandogei); Pamatang Joring, Parapat Janji, Pamatang Panei, Pagurawan (Pargurouan), Silou Buntu, Silou Lama, Parhutaan Silou, Sungai Silou, Marjanji Acce (Asih), Pulou Raja, Bandar Pulou, Pamatang Cengkering, Buntu Panei, dan Bandar Pasir Mandogei di Asahan; Aek Hanopan, Rantau Parapat, Panei Hilir, Panei Tengah, Panei Hulu, Sungai Panei di Labuhan Batu; Pematang Peranap dan Bangun Purba di Riau, dan banyak lagi yang lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa nama-nama tempat/ daerah tersebut tentulah didirikan oleh orang Simalungun dan sangat kecil kemungkinan bukan orang Simalungun, karena nama-nama tempat tersebut umum dipakai oleh orang Simalungun dalam membuat nama-nama kampung. Secara historis, hal ini diperkuat lagi oleh adanya kerajaan Simalungun yang bernama Nagur yang pada masa kejayaannya pada abad V hingga abad XV menguasai hampir seluruh daerah di Sumatera Utara; ke selatan berbatasan dengan danau Toba, ke utara berbatasan dengan Selat Malaka, kemudian ke arah barat berbatasan dengan daerah Gayo Lues, dan ke timur berbatasan dengan Kesultanan Siak. Demikian juga Kerajaan Silou sebagai penerus Nagur yang pusat kerajaan (pamatang) berada di Kecamatan Dolog Silou, di mana daerah kekuasaannya meliputi sebagian daerah koloni Nagur tersebut.

Dialek
Berbicara mengenai dialek, bahasa Simalungun atau Sahap Simalungun dibagi ke dalam beberapa dialek, yaitu dialek Sin Raya, Sin Dolog, Sin Purba, Sin Panei, Sin Bandar dan ada lagi dialek-dialek lain yang belum dapat digolongkan seperti dialek di daerah jahei-jahei (yang berbatasan dengan daerah Melayu). Dialek utama dari sekian dialek itu yang dijadikan sebagai tolok ukur atau standard adalah dialek Sin Raya yang digunakan oleh orang Simalungun yang tinggal di Kecamatan Raya dan Raya Kahean. Mengapa demikian? Karena dialek ini diakui tidak banyak mendapat pengaruh dari bahasa di sekelilingnya, seperti bahasa Toba, Karo dan Melayu. Karena memang masyarakat di daerah ini hingga kini masih sangat mengantisipasi pengaruh masyarakat Toba (Parhuluan) dan Karo tersebut.

Semua dialek yang tersebut di atas pada awalnya adalah sama seperti dialek Raya, namun akibat derasnya pengaruh dari bahasa di sekelilingnya yang berawal dari daerah perbatasan, lambat laun keorisinilan bahasa Simalungun pudar. Seperti halnya dialami oleh orang Simalungun yang bermukim di sepanjang daerah pesisir danau Toba atau daerah Horisan, seperti di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Sidamanik, Pematang Sidamanik, Dolog Pardamean, Haranggaol Horisan, dan Purba; di mana akibat seringnya mengadakan interaksi dengan penutur bahasa Toba, yang datang dari pulau Samosir dan sekitarnya, maka bahasa Simalungun di daerah itu banyak bercampur aduk dengan bahasa mereka (Toba). Demikian juga mereka yang bermukim di Kecamatan Dolog Panribuan, Jorlang Hataran, Tanoh Jawa, Jawa Maraja Bah Jambi, Huta Bayu Raja, Bosar Maligas, dan Ujung Padang, di mana penutur bahasa Simalungun banyak yang beralih atau salih menjadi penutur bahasa Toba, bahkan lebih dominan Tobanya daripada Simalungunnya, sehingga bukanlah suatu yang mengherankan bila orang Simalungun di daerah ini banyak yang tidak tahu marsahap Simalungun, sungguh menyedihkan!

Di Kotamadya Pematang Siantar, Kecamatan Siantar, Panei dan Panombeian Panei juga demikian, bahasa Simalungunnya juga banyak bercampur dengan bahasa Toba, yang jumlah penuturnya cukup signifikan, namun tidak sampai menghilangkan eksistensi bahasa Simalungun seperti yang terjadi di daerah kekuasaan marga Sinaga itu. Makanya banyak orang yang berasumsi kalau Siantar itu lebih identik dengan Tobanya dari pada Simalungunnya. Lain halnya dengan orang Simalungun yang tinggal di Kecamatan Dolog Silou dan Silimakuta, di mana mereka kerap berinteraksi dengan orang Karo akibat daerah mereka saling berbatasan, mengakibatkan bahasa Simalungun terkontaminasi bahasa Karo, meskipun tidak sepenuhnya. Lain lagi dengan orang Simalungun yang berdomisili di daerah Jahei-jahei (Kecamatan Bandar, Pematang Bandar, Bandar Masilam, Bandar Huluan, Gunung Malela, Gunung Maligas, dan Dolog Batu Nanggar), di mana masyarakatnya mayoritas beragama Islam dan sering mengadakan kontak dengan suku Melayu di Deli Serdang dan Asahan, baik di bidang keagamaan maupun perdagangan, secara tak sengaja satu persatu bahasa Melayu pun masuklah ke dalam bahasa Simalungun. Akibat hal ini orang Simalungun yang berasal dari daerah bagian atas (Raya, Purba, Panei, dll) sering menyebut orang Simalungun di daerah tersebut dengan sebutan Jahei-jahei atau Maya-maya, karena dianggap telah memelayukan diri akibat masuk Islam dan tidak lagi mengacuhkan hal-hal yang berhubungan dengan adat-istiadat dan lebih parahnya lagi mereka menganggap orang Simalungun Jahei-jahei sudah tidak mengerti lagi bahasa Simalungun. Namun kenyataannya berbeda, asumsi mereka ternyata keliru, keorisinilan kata dan kehalusan berbicara sesungguhnya tidak banyak berbeda dengan bahasa yang di Raya, dan bahasa Simalungun masih dijadikan sebagai bahasa ibu oleh orang Simalungun kebanyakan. Meski dikatakan dapat pengaruh Melayu, hal itu sangat sedikit sekali dan tidak begitu menonjol, tidak seperti yang dialami oleh penutur bahasa Simalungun lainnya, yang dalam berbicara lebih menonjol Tobanya daripada Simalungunnya atau lebih menonjol Karonya daripada Simalungunnya. Tapi yang disayangkan di daerah yang banyak berpenduduk Jawa seperti di Kecamatan Bandar Huluan, Siantar Hilir (Gunung Malela, Gunung Maligas, Tapian Dolog), Dolog Batu Nanggar, dan sekitarnya; akibat kerapnya mengadakan komunikasi, bahkan sampai menjalin hubungan persaudaraan dalam bentuk pernikahan dengan suku Jawa tersebut, maka tidak dapat dipungkiri jikalau orang Simalungun di daerah ini malah banyak men-Jawakan diri dan hal itu terjadi pada era belakangan ini di mana jumlah mereka (suku Jawa) semakin signifikan.

Kata dan Aksara Simalungun
Sebelum mengenal tulisan bahasa Simalungun hanya dapat diungkapkan dalam bentuk lisan, orang Simalungun mulai mengenal tulisan adalah semenjak datangnya pengaruh bangsa India. Aksara Simalungun (surat sappuluh siah) yang kita kenal saat ini dan banyak tertulis dalam pustaha-pustaha Simalungun tidak lain merupakan sumbangan dari aksara pallawa dari India. Menurut para ahli, aksara pallawa ini masuk ke tanah Batak melalui daerah Mandailing, dekat perbatasan Sumatera Barat, di tempat itu ia kemudian berkembang dan menyebar ke daerah di antara Parapat dan Balige, dari sana ia kemudian menyebar ke Simalungun dan Toba. Arah penyebaran berikutnya lebih banyak datang dari Simalungun, yang kemudian menyebar ke Toba, Pakpak dan Karo; lalu dari Toba ke Pakpak, dan kemudian dari Pakpak meluas lagi ke Karo (Van der Tuuk, Parkin, dan Kozok). Seperti halnya aksara Batak yang lain, aksara Simalungun dibagi dalam 2 bentuk, yaitu indung ni surat (ibu huruf) dan anak ni surat (anak huruf/diakritik).

Dalam bahasa Simalungun terdapat sejumlah fonem yang jarang ditemukan pada bahasa batak yang lain. Fonem-fonem itu ada yang berbentuk konsonan dan ada pula berbentuk diftong. Fonem-fonem itu adalah /ou/, /ei/, dan /ui/; /h/, /d/, /g/, dan /b/, dan semuanya terletak pada akhir kata. Di samping bahasa Simalungun, fonem /ou/, /ei/, dan /ui/ ini juga banyak dijumpai pada bahasa-bahasa rumpun Melayu, Karo, Alas di Aceh Tenggara, dan Keluet di Aceh Selatan. Fonem /ou/, /ei/, dan /ui/ ini dalam bahasa Simalungun disebut dengan anak ni surat atau diakritik, hanya Simalungunlah yang mengenal diakritik khusus untuk fonem-fonem ini, yang masing-masing bernama hatulungan, hatalingan, dan hatuluyan. Fonem berdiftong /ou/ juga terdapat pada aksara Karo, tetapi tidak pada aksara-aksara Batak lainnya. Namun di Karo, tidak terdapat diakritik khusus untuk fonem /ou/, dan penggunaannya hanya terbatas pada bahasa Karo yang berdialek Jahe-jahe yang bermukim di Deli Serdang dan Langkat, tidak meluas hingga ke dialek Karo yang lain yang memang bermukim di pusat daerah Karo, seperti dialek Kabanjahe dan Gunung. Bahasa Alas dan Keluet yang sudah tidak memiliki aksara asli seperti di tanah Batak dan telah digantikan dengan aksara Jawi atau Arab Melayu, sehingga sulit menjelaskan keberadaan fonem-fonem berdiftong tersebut. Kendati demikian, bahasa Alas dan Keluet sebenarnya adalah wujud dari kombinasi bahasa Pakpak, Karo, Simalungun, Aceh, dan Melayu. Jadi bila ditelusuri bentuk dari aksara aslinya yang kini telah punah kemungkinan tidak jauh berbeda dengan aksara Karo dan Simalungun.

Dalam bahasa Simalungun, fonem /ou/ dapat dilihat pada kata horbou, pisou, magou, kahou, sopou, lahou, lopou, babou, dan dilou. Kemudian fonem /ei/ pada kata lobei, hitei, bogei, dogei, atei, dan buei. Selanjutnya fonem /ui/ terdapat pada kata tondui, langui, apui, sungui, babui, ampodui, surui, dan haluhui. Selanjutnya dalam bahasa Alas, yaitu pada kata endou, enggou, idou, benei, melohei, awei, kelukui, tendui, dan apui. Dalam bahasa Keluet yang hanya mengenal fonem /ou/ dan /ei/ saja, yaitu pada kata kou, kerbou, tangkou, benei, kunei, awei, atei, dan mbuei. Sedang dalam bahasa Karo, yaitu pada kata dilou, belou, sapou, rimou, ayou, namou, payou, matei, berei, isei, keina, benei, dan lumei. Bila dilihat padanannya dengan bahasa bahasa Batak yang lain (Toba, Mandailing-Angkola, Pakpak) fonem /ou/ biasa berbunyi /o/ seperti pada kata-kata berikut horbo, piso, mago, sopo, laho, babo, tangko, dan dilo; /ei/ berbunyi /e/ seperti kata lebe, hite, bege, dege, ate, dan mbue; dan /ui/ berbunyi /i/ seperti katatondi, langi, api, babi, suri, dan halihi.
Selain itu bahasa Simalungun juga mengenal fonem akhir /h/ seperti pada kata daroh, babah, roh, dilah, soh, dan gogoh; fonem ini tidaklah khusus dalam bahasa Simalungun, karena fonem akhir ini juga terdapat pada bahasa Pakpak, Karo, Alas, dan Keluet; tetapi tidak untuk bahasa Toba, Mandailing, dan Angkola mereka tidak mengenal sedikitpun akan penggunaan fonem ini, bagi mereka kata daroh akan berbunyi daro, babah akan berbunyi baba, roh akan berbunyi ro,dilah akan berbunyi dila, dan gogoh akan berbunyi gogo. Bila ditelusuri lebih jauh fonem /ou/, /ei/, /ui/, dan /h/ ini merupakan fonem warisan langsung dari bahasa Austronesia kuno yang telah lama punah. Sebagaimana kita ketahui bahasa Austronesia kuno ini merupakan bahasa induk yang menurunkan seluruh bahasa di sebagian besar kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Voorhoeve (1955) pernah mengemukakan bahwa bahasa Simalungun juga mengenal fonem penutup /d/, /g/, dan /b/, yang juga tidak terdapat di antara kosa kata bahasa Batak yang lain. Fonem penutup ini masih tampak sekali dalam beberapa kata, baik itu diucapkan maupun ditulis. Fonem /d/ terdapat pada kata bod, saud, tuod, agad, sogod, bagod, sarad, dan alud. Sedang fonem akhir /g/ pada kata dolog, pusog, balog, gijig, ubag, lanog, gilog, borgog, bolag, bogbog, pag, dan ulog. Kemudian fonem akhir /b/ pada kata dob, rongkob, dorab, tayub, dan sab. Pada bahasa Pakpak dan Karo /d/ berubah menjadi /n/, dan /g/ menjadi /ng/, seperti kata bod menjadibon/ben, saud menjadi sahun, tuod menjadi tiwen, sogod menjadi cegen, sarad menjadi saran, dan alud menjadi alun. Kemudian kata dolog menjadi deleng, pusog menjadi puseng, balogmenjadi baleng, lanog menjadi laneng, borgog menjadi bergeng, bolag menjadi belang, dan pagmenjadi pang. Sedang fonem /b/ belum dapat ditentukan bentuk perubahannya. Dan bentuk ini menurut Voorhoeve lebih dekat kepada bahasa Sanskerta yang banyak mempengaruhi bahasa-bahasa Nusantara. Sementara dalam bahasa Batak yang lain (Toba, Mandailing-Angkola) fonem /d/ berbunyi /t/ seperti tampak pada kata-kata berikut *bod–bot, *saud–saut, *tuod–tot, *agad–agat, *sogod–sogot, *bagod–bagot, *sarad–sarat, dan *alud–arut; /g/ berbunyi /k/ seperti*dolog–dolok, *balog–balok, *lanog–lanok, *bolag–bolak, dan *ulog–ulok; sedang fonem b belum dapat ditentukan bentuk perubahannya.

Gorys Keraf dalam bukunya Linguistik Bandingan Historis mengemukakan, bahwa fonem /d/, /g/, dan /b/ merupakan fonem yang dianggap bermasalah dalam beberapa bahasa, tidak hanya pada bahasa Nusantara, tetapi juga pada bahasa di Eropa. Karena fonem /d/, /g/, dan /b/ ini secara deskriptif biasanya mengalami proses netralisasi ketika berada di posisi akhir, dan berganti dengan fonem /t/, /k/, dan /p/. Padahal sebenarnya fonem tersebut dapat muncul dalam posisi awal, tengah, dan akhir. Hal itulah yang menjadi masalah, karena saat ini banyak bahasa yang tidak lagi menampilkan gejala tersebut. Timbul pertanyaan, mengapa bahasa Simalungun masih menampilkan gejala tersebut?.

Selanjutnya bila ditinjau dari keaslian bahasa, pada hakikatnya tiada satupun bahasa di nusantara bahkan di dunia yang bisa dikatakan asli atau masih menunjukkan keasliannya, maksud asli di sini bahasa itu memang dihasilkan atau diciptakan secara murni dan utuh oleh pengguna bahasa itu. Karena memang jauh sebelum manusia dan bahasa tumbuh dan berkembang pesat seperti sekarang ini, keaslian bahasa itu memang telah terkontaminasi. Proses kontaminasi yang berdampak pada pudarnya keaslian bahasa itu dipicu oleh adanya akulturasi atau hubungan antara manusia dengan manusia atau bahasa dengan bahasa yang saling berbeda, hal ini berefek pada percampuran budaya atau bahasa. Bahasa Indonesia saja yang semula asli karena hanya terdapat bahasa Melayu di dalamnya, kini perlahan telah mengalami kepudaran, karena pada saat ini bukan hanya bahasa Melayu saja yang terkandung didalamnya tetapi telah banyak dimasuki unsur-unsur bahasa nusantara yang lain, seperti bahasa Minangkabau, Jawa, Sunda, Palembang, dan lain-lain. Masuknya unsur bahasa yang lain itu sebenarnya tidak lain hanya untuk melengkapi atau memperkaya khazanah perbendaharaan kata bahasa Indonesia, dan kondisi ini memang tidak perlu dipermasalahkan, karena bahasa Indonesia ‘kan bukannya bahasa yang dimiliki oleh eka-suku atau dwi-suku melainkan dimiliki oleh multi-suku yang semuanya berhak menyumbangkan bahasa sukunya untuk memperkaya bahasa Indonesia. Dan proses itu merupakan peluang yang nantinya dapat dipergunakan oleh orang Batak khususnya orang Simalungun untuk menjadikan bahasanya menjadi bagian dari bahasa Indonesia.

Hal demikianlah yang terjadi pada bahasa Simalungun, meski telah diungkapkan di atas istilah asli yang berkaitan dengan dialek, namun hal itu tidak bermakna asli sebagaimana dijelaskan di atas, melainkan bahasa Simalungun itu telah sah dan disepakati menjadi bahasa baku oleh seluruh komponen orang Simalungun, kendatipun bahasa itu tidak seutuhnya dihasilkan atau diciptakan oleh mereka. Dalam bahasa Simalungun terdapat cukup banyak kata-kata yang bukan produk Simalungun. Kata-kata itu umumnya diadopsi dari bahasa Sanskerta, Arab, Persia, dan Tamil. Kata serapan dari bahasa Sanskerta saja sangat banyak sekali digunakan, seperti dalam menyebut nama-nama dewa dengan mamis, bisnu, sori, hala, dan borma yang tidak lain adalah perubahan bentuk dari kata shiwa, whisnu, sri, kala, dan berahma; menyebut gugusan bintang dengan mesa, morsoba, mituna, harahata, singa, hania, tula, mortiha, dahanu, mahara, humba, dan mena yang dalam bahasa Sanskertanya mesa, vrisabha, mithuna, karkata, singha, kanye, tule, vrstika, dhanu, makara, kumbha, dan mina. Kemudian untuk menyebut nama-nama hari seperti adintia, suma, anggara, mudaha, boraspati, sihora, dan samisara yang dalam bahasa sanskertanya berbunyi aditya, soma, anggara, budha, brihaspati, syukra, dansyanaiscara. Selanjutnya untuk menyebut nama-nama mata angin (Sim: deisa na waluh) sepertipurba, pastima, otara, daksina, agoni, nariti, manabia, irisanna yang merupakan perubahan bentuk dari kata purva, pastjima, uthara, daksina, agni, nairti, wajawia, dan aisana. Tidak hanya itu untuk kata-kata yang bersifat umum bahasa Sanskerta juga banyak yang diserap dan kemudian di-Simalungunkan seperti kata boniaga yang berasal dari kata vanijya, naibata dari kata devata, purba dari kata purva, porsaya dari kata pratyaya, dousa dari kata dosha, bangsadari kata wangsa, susian dari kata sisya, horja dari kata karya, arga dari kata argha, halani dari kata karana, rupa dari kata rupa, ugama dari kata agama, nagori dari kata nagari, basa dari kata waca, balei dari kata walaya, banua dari kata wanua, barita dari kata wrtta, nanggurdahadari kata garuda, gajah dari kata gaja, husapi dari kata kacchapi, huta dari kata kuta, nagori dari kata nagari, dan masih banyak lagi yang lain. Selanjutnya serapan dari bahasa Arab seperti katapingkir yang diserap dari kata fikr, adat dari kata adat, dunia dari kata dunya, uhum dari katahukm, sibolis dari kata iblis, dan lain-lain. Kemudian serapan dari bahasa Persia seperti katasaluar yang berasal dari kata shalwar, sarunei yang berasal dari kata surnai, pinggan yang berasal dari kata pinggan. Dan yang terakhir serapan dari bahasa Tamil seperti kata bodil yang diserap dari kata badil, sohei dari kata Tamil cukkai, mandihei dari kata Tamil komattikai, dan lain-lain. Kita belum dapat menentukan secara pasti bagaimana proses penyerapan kata itu terjadi, apakah memang langsung diserap dari bahasa Sanskerta, Arab, Persia, dan Tamil atau melalui bahasa lain yang memang pernah mengadakan kontak langsung dengan bahasa itu.

Penutup
Kendati tampak banyak perbedaan dengan bahasa Batak yang lain, namun eksistensi bahasa Simalungun takkan terlepas dari bahasa di sekelilingnya. Bahasa Simalungun takkan dapat menarik diri bila dikatakan memiliki kesamaan yang besar dengan bahasa Toba, Mandailing, dan Angkola sebagai Rumpun Selatan. Dan tidak dapat disangkal pula bila bahasa Simalungun banyak memiliki kesamaan dengan bahasa Pakpak, Karo, Alas, dan Keluet sebagai Rumpun Utara. Dalam bahasa Karo saja terdapat sekitar 80% kesamaan dengan bahasa Simalungun. Mengapa terjadi demikian? karena bahasa Simalungun dilihat dari posisinya berdiri di antara kedua rumpun tersebut (Voorhoeve: 1955). Namun menurut Adelaar (1981), meski demikian bahasa Simalungun sebenarnya adalah salah satu cabang dari bahasa rumpun selatan, yang berpisah dengan bahasa Toba, Mandailing, dan Angkola sebelum bahasa itu terbentuk. Dari ungkapan Adelar itu, berarti bahasa Simalungun telah ada sebelum bahasa rumpun selatan lain terbentuk yang kemudian berpisah. Hal itu sesuai dengan Kozok (1999:14) yang menegaskan bahwa jika ditilik dari persebaran bahasa dan aksara Batak, bahasa dan aksara Simalungun jauh lebih tua daripada bahasa dan aksara Batak Toba, Pakpak, dan Karo.
Sungguh luas sebenarnya kajian mengenai bahasa Simalungun ini, tapi untuk saat ini hanya demikian yang dapat penulis utarakan. Horas….!!! Diatei Tupa Batta Haganupan.

Penulis: Pemerhati Sosial-Budaya Simalungun Dari Pamatang Bandar
Masrul Purba Dasuha S.Pd
Sumber : http://masrulpurba.wordpress.com
Picture : Paper scroll with Batak script, possibly the traditional Simalungun text “Partingkian Bandar Hanopan”

Sumber :  http://simalungunonline.com/bahasa-simalungun-dialek-dan-aksara.html

Ilustrasi Khotbah


Pada suatu ketika, hiduplah seorang pedagang batu-batuan. Setiap hari dia berjalan dari kota ke kota untuk memperdagangkan barang-barangnya itu. Ketika dia sedang berjalan menuju ke suatu kota, ada suatu batu kecil di pinggir jalan yang menarik hatinya. Batu itu tidak bagus, kasar, dan tidak mungkin untuk dijual.
Namun pedagang itu memungutnya dan menyimpannya dalam sebuah kantong, dan kemudian pedagang itu meneruskan perjalanannya. Setelah lama berjalan, lelahlah pedagang itu, kemudian dia beristirahat sejenak. Selama dia beristirahat, dia membuka kembali bungkusan yang berisi batu itu. Diperhatikannya batu itu dengan seksama, kemudian batu itu digosoknya dengan hati-hati batu itu. Karena kesabaran pedagang itu, batu yang semula buruk itu, sekarang terlihat indah dan mengkilap. Puaslah hati pedagang itu, kemudian dia meneruskan perjalanannya.
Selama dia berjalan lagi, tiba-tiba dia melihat ada yang berkilau-kilauan di pinggir jalan. Setelah diperhatikan, ternyata itu adalah sebuah mutiara yang indah. Alangkah senangnya hati pedagang tersebut, mutiara itu diambil dan disimpannya tetapi dalam kantong yang berbeda dengan kantong tempat batu tadi. Kemudian dia meneruskan perjalanannya kembali.
Adapun si batu kecil merasa bahwa pedagang itu begitu memperhatikan dirinya, dan dia merasa begitu bahagia. Namun pada suatu saat mengeluhlah batu kecil itu kepada dirinya sendiri. “Tuan begitu baik padaku, setiap hari aku digosoknya walaupun aku ini hanya sebuah batu yang jelek, namun aku merasa kesepian. Aku tidak mempunyai teman seorangpun, seandainya saja Tuan memberikan kepadaku seorang teman”.
Rupanya keluhan batu kecil yang malang ini didengar oleh pedagang itu. Dia merasa kasihan dan kemudian dia berkata kepada batu kecil itu “Wahai batu kecil, aku mendengar keluh kesahmu, baiklah aku akan memberikan kepadamu sesuai dengan yang engkau minta”.
Setelah itu kemudian pedagang tersebut memindahkan mutiara indah yang ditemukannya di pinggir jalan itu ke dalam kantong tempat batu kecil itu berada. Dapat dibayangkan betapa senangnya hati batu kecil itu mendapat teman mutiara yang indah itu. Sungguh betapa tidak disangkanya, bahwa pedagang itu akan memberikan miliknya yang terbaik kepadanya.
Waktu terus berjalan dan si batu dan mutiara pun berteman dengan akrab. Setiap kali pedagang itu beristirahat, dia selalu menggosok kembali batu dan mutiara itu. Namun pada suatu ketika, setelah selesai menggosok keduanya, tiba-tiba saja pedagang itu memisahkan batu kecil dan mutiara itu. Mutiara itu ditempatkannya kembali di dalam kantongnya semula, dan batu kecil itu tetap di dalam kantongnya sendiri.
Maka sedihlah hati batu kecil itu. Tiap-tiap hari dia menangis, dan memohon kepada pedagang itu agar mengembalikan mutiara itu bersama dengan dia. Namun seolah-olah pedagang itu tidak mendengarkan dia. Maka putus asalah batu kecil itu, dan di tengah-tengah keputus asaannya itu, berteriaklah dia kepada pedagang itu, “Oh tuanku, mengapa engkau berbuat demikian? Mengapa engkau mengecewakan aku?”
Rupanya keluh kesah ini didengar oleh pedagang batu tersebut. Kemudian dia berkata kepada batu kecil itu, “Wahai batu kecil, kamu telah kupungut dari pinggir jalan. Engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Mengapa engkau mengeluh? Mengapa engkau berkeluh kesah? Mengapa hatimu berduka saat aku mengambil mutiara itu daripadamu? Bukankah mutiara itu miliku, dan aku bebas mengambilnya setiap saat menurut kehendakku? Engkau telah kupungut dari jalan, engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Ketahuilah bahwa bagiku, engkau sama berharganya seperti mutiara itu, engkau telah kupungut dan engkau kini telah menjadi milikku juga. Biarlah aku bebas menggunakanmu sekehendak hatiku. Aku tidak akan pernah membuangmu kembali”.
Mengertikah apakah maksud cerita di atas? Yang dimaksud dengan batu kecil itu adalah kita-kita semua, sedangkan pedagang itu adalah Tuhan sendiri. Kita semua ini buruk dan hina di hadapanNya, namun karena kasihnya itu Dia memoles kita, sehingga kita dijadikannya indah dihadapanNya.
Sedangkan yang dimaksud dengan mutiara itu adalah berkat Tuhan bagi kita semua. Siapa yang tidak senang menerima berkat? Berkat itu dapat berupa apa saja dalam kehidupan kita sehari-hari, mungkin berupa kegembiraan, kesehatan, orangtua, saudara dan sahabat, dan banyak lagi. Apakah kita pernah bersyukur, setiap kali kita mendapat berkat itu? Dan apakah kita tetap bersyukur, jika seandainya Tuhan mengambil semuanya itu dari kita? Bukankah semua itu milikNya dan Ia bebas mengambilnya kembali kapanpun Ia mau? Bersyukurlah selalu kepadaNya, karena Dia tidak akan pernah mengecewakan kita semua.
Yeremia 29:11
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”


Pengantar ACARA KEBAKTIAN MINGGU



HATA PATUJULO  LAHO  MAMASUHI   PARMINGGUON
            Hamu angka dongan sahaporseon dibagasan Goar ni Tuhanta Jesus Kristus, sian hami Parhalado HKBP WAHIDIN BARU, pasahathon Selamat Ari Minggu ma di hita. Naeng pungkaonta ma parmingguon tingki on. Parjolo ma tapasahat hamauliateon ni rohanta tu Tuhanta parasiroha i ala asi dohot holong ni rohaNa do na mandongani hita boi muse marminggu sadari on dibagasan hahipason dohot las ni roha. Tarlumobi di hamu tamue ni huria on na rap hita marsaor di tonga-tonga ni Bagas Joro on. Sai dipasu-pasu Tuhanta ma hita saluhutna.
Alani Tapungka ma Parmingguonta, Tapuji ma Tuhanta marhite ende nomor................





HATA SIDOHONON LAHO MANOPOTI DOSA.....
            Andorang so martangiang manopoti dosa hita; jumolo ma tabilang-bilangi angka hahurangan dohot hasalaanta tu Tuhanta nang tu donganta jolma na saminggu on; na taulahon sian na so sangajo manang na tasangajo. Dibagasan unduk dohot serep ni roha ma hita martangiang mangido hasesaan ni angka dosanta tu Tuhanta Debata.





PENGANTAR MEMASUKI IBADAH MINGGU
Saudara/saudari seiman di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami Majelis Jemaat HKBP WAHIDIN BARU mengucapkan “SELAMAT HARI MINGGU” bagi kita semua, Mari kita memasuki Ibadah hari ini dengan mengucap syukur oleh karena Anugerah-Nyalah kita dapat bersekutu pada hari yang kudus ini. Dan terutama bagi Saudara/saudari tamu gereja yang bergabung dalam kebaktian ini. Kiranya Tuhan Memberkati kita.
Mari kita mulai Ibadah ini dengan  Kidung Pujian, kita bernyanyi dari Kidung Jemaat Nomor.........   

Barita Jujur Taon 2012

BERICHT
Foto: BARITA JUJUR TAON HKBP WAHIDIN BARU TAON 2012
I. Patujolo 
Pujian dohot Hamauliateon ma di pasahat rohanta tu Amanta Pardenggan basai, ala Godang dohot denggan ni basaNa naung pinatongon na tu hita ganup marsada sada, boi hita taripar bolas marhahipason sahat tu ombas nauli naleheton. Godang ma tongon nabinahen ni Jahowa tu hita alani Marhilas ni roha ma hita. Dilehon hangoluan di udut do hosanta umbahen na boi hita marpungu di bagas JoroNa on. Sihamauliatehonon ni rohanta do nang pardalanan ni Hurianta dibagasan na sataon bolonon denggan do mardalan Hurian ta di Tumpak asi dohot holong ni roha ni Tuhanta. Boi hita sonang so hariboriboan marsaor di Huriantaon so pola adong parmaraan naboi manganmpat parpunguanta sahat tu ujung ni taonon. Hasangapon jala Hamuliaon ma di Jesus Raja Ni Huria naung mangaramoti dohot mamasu masu Hurianta.
II. Parmingguon 
a. Minggu Pagi
Mardalan dohot denggan do parmingguon pagi na marhata Indonesia, dohot mamakke Kidung Jemaat Yamuger, dang holan Remaja dohot Naposobulung be ruas na alai nunga tong dohot angka natuatua alai memang didominasi sian horong remaja dohot naposobulung dope parmingguoni mangihuthon torop ni naro, Mauliate di parsidohoton ni angka naposobulung namangalehon roha laho manghobasi marhite Songleader, Papungu pelean. Pardosdosan ni ruas parminggu 70 sahat tu 120 halak siganup minggu.

b. Minggu Siang
Denggan do mardalan parmingguon siganup Minggu di Hurianta, dang adong pangambat di pardalanan ni parmingguon I, sudenai tahe holan ala Asi dohot holong ni rohan ni Tuhanta doi. Pardosdosan ni na ro marminggu siganup minggu 200 sahat tu 300 halak, molo ta timbang sian torop ni Ripe ni Hurianta hira 55 porsen dope na ro rap marsaor siganup minggu, gomos pangidoan lam tutorop na hita laho marsaor siganup minggu di bagas joro on.  Lam taparinggad ma ro manopot Bgas joro on ai boi dohonon naung leleng 2 jam hita di parmingguan i. Lam di Tambai Tuhanta ma angka bilangan ni na porsea jala na ringgas marminggu tu taon na naneng ro. Di tuktuhi Tuhan ta ma roha ni sude ruas ni  Huria na lalap tarpodomi dope. Tamba do haulion ni Parmingguoni marhite angka parendeon na mansai tangkas na niluhon ni angka song leader sian ganup sector dohot organis na mangalehon gogo pingkiran nang parbinotoanna gabe lam dasip parmingguoni, di tambai Tuhanta ma tio, uli ni soara, gogo nang hahipason di nasida, lam marsangap jala marmulia ma Tuhan i


III. Singkola Minggu
Mauliate dohonon tu amanta pardenggan basai naung umpasupasuhon angka nauli na denggan tu angka ianakkonta singkola minggu, nasida ma sipasuang hosa loja ( Generasi penerus di hita angka natoras) las doroha marnida nasida na ringgas ro mandohoti parsingkola Mingguon siganup minggu, mauliate nang dohonon di haradeon ni angka sundut naumposo ni hurianta ( Naposobulung) namangalehon rohana laho mangajari angka anggi nasida sikkola Minggu) torop nasida 6 halak na tiniroan ni amanta St Drs J Siburian songon Seksi Singkola Minggu.  Diparbohali nasida do gogo nang pikkiranna laho mandohot sermon Guru Singkola Minggu dalan laho mamohali nasida laho mangajari Sikkola Minggu. Gabe bonggas pangungkitma sermoni di nasida laho patota angka parsiajaran nanaeng siajarhonon nasida. Mauliate nang diharadeon ni natoras na sai tongtong olo mengantarjemput ianakkon nasida siganup manogot ni ari minggui.  Sai lam tamba ma haringgason ni angka ianakkonta singkola Minggu laho marsiajar dohot mangguruhon Hata ni Debata asa adong bohal ni partondionna di ari hagodangan na, tadasdas jala tapaborhat ma nasida huhut tatangiangkon ro tumopot Joro i. Taingot Ma Hata NI Tuhan I namandok “ Loas hamu ma ro angka dakdanaki, unang ambati hamu nasida rot u Ahu, ai di angka sisongoni do harajaon banuaginjangi, Mat 19:14, Los tapaumbuk ma tu hata namandok “ Ditingki metmet do haui boi sior sioran” ditingki haetehonna ta sior sior I ma dakdanaki tu Hata ni Debata.

IV. Partangiangan 
Pinujima Tuhan I ganup ari, ai dipatongon do angka naringkoti dingolunta, Denggan do mardalan partangiangan sector siganup minggu ima na di patupa siganup ari rabu bodarina dohot ari kamis bodarina na hinobasan ni Pandita, Guru Huria (Calon Pandita) nang angka Sintua Sektor nabe, sihalashonon ni rohanta mai torop do na ro mandohoti partangiangan I nangpe godang dope tong na so ro , dang tiala roha nian olo mai ala ni angka kesibukan kerja dohot lan angka na asing dope tahe, cuaca na sipata rondo, alani I naeng ma taharingkothon mandohoti angka partangiangan I ai disi boi hita patangkashon dohot patanakhon Hatani Debata, taingot ma hata ni Tuhani na mandok “ Unang mansadi hamu martangiang ( 1Tes 5:17). Lam di tambai Tuhanta ma dihita sipatu haringgason laho borhat tu partangiangan na adong di ganup sector tabe.  Lam martamba ma bilangan ni angka na ro mandohoti partangiangan sector tu taon nanaeng ro.

V. Kategorial 
a. NHKBP 
Bunga Bunga ni Huria, Tarajumi do ia Naposobulung ima Bunga bunga na hushus na paangurhon goar ni huriai , suang songon goarnai las do roha marnida punguan on ai parsidohot do nasida di angka parendeon siganup minggu, dipatupa nasida do nang partangiangan naposo sahali sabulan di ganup bagas ni angka anggota, dalan pabagashon hata ni Tuhan I, denggan do mardalan punguan nasida dibagasan nasataonon na tiniroan ni amnat St G Simarmata ( Seksi Naposobulung) anggiat ma tu angka tingki nanaeng ro lam martamba bilangan ni angka NHKBP/Remaja di Hurianta on, dipangido jala di parsinta rohanta do asa lam tu hembangna nasida nang di kwalitas nang di kwantitas, marhite Barita Jujur taonon tadasdasi ma angka ianakkonta Remaja / Naposo asa dohot tu parpunguan on.
b. Punguan Ina Pararikamis
Denggan do mardalan Punguanon dibagasan na sataonon , marguru dohot Patanakhon hatani Debata siganup ari kamis botarina ( Pkl 16.00 na niuluhon ni Pdt & Calon Pandita), parsidohot do nasida patubegehon ende pujian pujian siganup ari minggu, rajuman do nasida songon anggi ni parhalado di angka ulaon parasinirohaon isarani na mandulo namarsahit, maningkir tu namonding , suang songoni manggohi angka gokhon dohot jou jou ( Undangan) molo adong pesta sian bagas manang sian luar ni Hurianta, Lam margogoma nasida, laho mandohoti angka parguruan dohot angka ulaon huria, lam tamba ma haringgason di nasida hahipason nang ganjang ni umur. Punguanon di tirio inanta St A Br Simarmata , Seksi Ina.
c. Punguan Ina Naomi
Las do roha ni Huria Marnida punguan on, mardalan dohot denggan do punguanon dibagasan na sataonon, ringgas do nasida ro laho marguru siganup ari minggu nangpe naung godang sian nasida na suda gogo, jala parsidot do nasida diganup ari minggu patubegehon ende puji pujian, sitiruon do nasida di haringgason atik pe tong do sai adong na so ro diganup ari parguruon. Lam di tambai Tuhanta ma gogo nang ganjang ni umur dinasida Punguanon ditiroi amanta St A Siahaan ( Seksi Lansia)
d. Mannen Koor
Immanuel: Donganta ma Debata Mauliate ma di Tuhanta  denggan do mardalan punguan Mannen Koor Immanuel, tong do parsidohot nasida di parendeon di Minggu bolon, ima sahali 2 Minggu, marguru ma nasida 2 hali 1 minggu ima di bodari ni ari selasa dohot ari jumat,. Dipatupa nasida do partangiangan dohot Keluarga ganup sahali sabulan, anggiat ma lam tamba tu majuna punguanon tu taon na naeng ro, lam ringgas di parendeon, parmingguon nang di angka ulaon ni huria, margogoma nasida lam di tambai ma hahipason nang gogo ( ditiroi St Drs S Simbolon Seksi Ama), Margogo ma angka pangajari nang angka pangurus laho padimundimun punguanon
e. Gabungan Maranatha
Roma Ho Tuhan mamasumasu hami, Maranatha : denggan do mardalan punguanon , las patubegehon ende Koor siganup minggu di Hurianta, marguru ma nasida di bodari ni ari jumat pkl 20.00 Wib, dihalashon roha do punguan Marantah di angka parsidohoton di angka ulaon Huria, lam marbungaran ma punguanon tu angka tingki nanaeng ro margogo ma angka pangajari dohot pengurus laho pahembanghonnsa.
f. Ina Debora. 
Pinuji ma Jahowa , ai Ho do Partogi na manguluhon Hami, Denggan do mardalan punguanon , tongtong do nasida patubegehon Koor siganuap ari Minggu ( sadali dibagan dua minggu) ringgas do nasida marguru diganup ari selasa bodarina 9 Pkl 20)  sihalashonon do parsidohton nasida di angka ulaon ulaon Huria, lam tu doharna ma punguanon tu angka tingki nanaeng ro, margogo pangajari dohot pangurus laho manogu nogu punguan on
g. Koor Sektor I-IV
Marlasniroha ma hita tongtong Dibagasan Tuhani ( Fil 4:4), Mansai las doroha di Punguan Sektor na adong di Hurianta, ai  sada ujung tombak do nasida di angka ulaon Huria,  dang holan di parendeon alai dohot do di angka ulaon ulaon Huria isarani angka pesta pesta Huria. Mansai torop do sian angka ama/ina nang naposo na adong di sector ni Huriantaon mandohot Koor Sektor na adong di sektornabe, mauliate ma Di Tuhanta mauliate nang di angka pangajari nang di angka pangurus na tiniroan ni angka Sintua Sektor, anggiat ma lam tu majuna angka punguan sector na adong di Hurianta, mauliate na di angka pangajari Koor di setiap sector, nang mangalehon gogo dohot talenta laho mangajari parendeon diganup sector.
h. Koor Parhalado & Keluarga
Sihalashonon ni rohanta do nang Punguan Koor Parhalado dohot Keluarga, nang pe di angka tingki naparpudion adong halembaon, anggiat ma tu taon nanaeng ro totop mardalan punguanon jala boi patubegehon ende puji pujian di bagas joro ni Tuhanta on.

VI. Angka Ulaon Huria
a. Sakramen 
Mardalan do Sakramen di Hurianta ima Pandidion Nabadia dohot Parpadanan nabadia di Bulan 4 nasalpu dohot di tanggal 24, 25 Desember 2012
b. Pesta Resort
Di Bulan Mei 2012 nasalpui , marhadomuan tu angka haporluan ni Resort, denggan do mardalan ulaon i.
c. Pesta Gotilon
11 November 2012, denggan do mardalan ulaon Pestai 
d. Pesta Natal
Secara umum denggan do Mardalan angka Perayaan Natal di Huriantaon mamungka mai sian Natal ni angka ianakkonta Singkola Minggu, SD HKBP Maranatah,  Naposobulung, Natal Bersama, Natal Umum Pesta Natal I, II


VII. STATISTIK
Torop ni ruas ni Hurianta 
Ama     :  3
BARITA JUJUR TAON HKBP WAHIDIN BARU TAON 2012
I.                    Patujolo
Pujian dohot Hamauliateon ma di pasahat rohanta tu Amanta Pardenggan basai, ala Godang dohot denggan ni basaNa naung pinatongon na tu hita ganup marsada sada, boi hita taripar bolas marhahipason sahat tu ombas nauli naleheton. Godang ma tongon nabinahen ni Jahowa tu hita alani Marhilas ni roha ma hita. Dilehon hangoluan di udut do hosanta umbahen na boi hita marpungu di bagas JoroNa on. Sihamauliatehonon ni rohanta do nang pardalanan ni Hurianta dibagasan na sataon bolonon denggan do mardalan Hurian ta di Tumpak asi dohot holong ni roha ni Tuhanta. Boi hita sonang so hariboriboan marsaor di Huriantaon so pola adong parmaraan naboi manganmpat parpunguanta sahat tu ujung ni taonon. Hasangapon jala Hamuliaon ma di Jesus Raja Ni Huria naung mangaramoti dohot mamasu masu Hurianta.
II.                  Parmingguon
a.       Minggu Pagi
Mardalan dohot denggan do parmingguon pagi na marhata Indonesia, dohot mamakke Kidung Jemaat Yamuger, dang holan Remaja dohot Naposobulung be ruas na alai nunga tong dohot angka natuatua alai memang didominasi sian horong remaja dohot naposobulung dope parmingguoni mangihuthon torop ni naro, Mauliate di parsidohoton ni angka naposobulung namangalehon roha laho manghobasi marhite Songleader, Papungu pelean. Pardosdosan ni ruas parminggu 70 sahat tu 120 halak siganup minggu.

b.      Minggu Siang
Denggan do mardalan parmingguon siganup Minggu di Hurianta, dang adong pangambat di pardalanan ni parmingguon I, sudenai tahe holan ala Asi dohot holong ni rohan ni Tuhanta doi. Pardosdosan ni na ro marminggu siganup minggu 200 sahat tu 300 halak, molo ta timbang sian torop ni Ripe ni Hurianta hira 55 porsen dope na ro rap marsaor siganup minggu, gomos pangidoan lam tutorop na hita laho marsaor siganup minggu di bagas joro on.  Lam taparinggad ma ro manopot Bgas joro on ai boi dohonon naung leleng 2 jam hita di parmingguan i. Lam di Tambai Tuhanta ma angka bilangan ni na porsea jala na ringgas marminggu tu taon na naneng ro. Di tuktuhi Tuhan ta ma roha ni sude ruas ni  Huria na lalap tarpodomi dope. Tamba do haulion ni Parmingguoni marhite angka parendeon na mansai tangkas na niluhon ni angka song leader sian ganup sector dohot organis na mangalehon gogo pingkiran nang parbinotoanna gabe lam dasip parmingguoni, di tambai Tuhanta ma tio, uli ni soara, gogo nang hahipason di nasida, lam marsangap jala marmulia ma Tuhan i


III.                Singkola Minggu
Mauliate dohonon tu amanta pardenggan basai naung umpasupasuhon angka nauli na denggan tu angka ianakkonta singkola minggu, nasida ma sipasuang hosa loja ( Generasi penerus di hita angka natoras) las doroha marnida nasida na ringgas ro mandohoti parsingkola Mingguon siganup minggu, mauliate nang dohonon di haradeon ni angka sundut naumposo ni hurianta ( Naposobulung) namangalehon rohana laho mangajari angka anggi nasida sikkola Minggu) torop nasida 6 halak na tiniroan ni amanta St Drs J Siburian songon Seksi Singkola Minggu.  Diparbohali nasida do gogo nang pikkiranna laho mandohot sermon Guru Singkola Minggu dalan laho mamohali nasida laho mangajari Sikkola Minggu. Gabe bonggas pangungkitma sermoni di nasida laho patota angka parsiajaran nanaeng siajarhonon nasida. Mauliate nang diharadeon ni natoras na sai tongtong olo mengantarjemput ianakkon nasida siganup manogot ni ari minggui.  Sai lam tamba ma haringgason ni angka ianakkonta singkola Minggu laho marsiajar dohot mangguruhon Hata ni Debata asa adong bohal ni partondionna di ari hagodangan na, tadasdas jala tapaborhat ma nasida huhut tatangiangkon ro tumopot Joro i. Taingot Ma Hata NI Tuhan I namandok “ Loas hamu ma ro angka dakdanaki, unang ambati hamu nasida rot u Ahu, ai di angka sisongoni do harajaon banuaginjangi, Mat 19:14, Los tapaumbuk ma tu hata namandok “ Ditingki metmet do haui boi sior sioran” ditingki haetehonna ta sior sior I ma dakdanaki tu Hata ni Debata.

IV.                Partangiangan
Pinujima Tuhan I ganup ari, ai dipatongon do angka naringkoti dingolunta, Denggan do mardalan partangiangan sector siganup minggu ima na di patupa siganup ari rabu bodarina dohot ari kamis bodarina na hinobasan ni Pandita, Guru Huria (Calon Pandita) nang angka Sintua Sektor nabe, sihalashonon ni rohanta mai torop do na ro mandohoti partangiangan I nangpe godang dope tong na so ro , dang tiala roha nian olo mai ala ni angka kesibukan kerja dohot lan angka na asing dope tahe, cuaca na sipata rondo, alani I naeng ma taharingkothon mandohoti angka partangiangan I ai disi boi hita patangkashon dohot patanakhon Hatani Debata, taingot ma hata ni Tuhani na mandok “ Unang mansadi hamu martangiang ( 1Tes 5:17). Lam di tambai Tuhanta ma dihita sipatu haringgason laho borhat tu partangiangan na adong di ganup sector tabe.  Lam martamba ma bilangan ni angka na ro mandohoti partangiangan sector tu taon nanaeng ro.

V.                  Kategorial
a.       NHKBP
Bunga Bunga ni Huria, Tarajumi do ia Naposobulung ima Bunga bunga na hushus na paangurhon goar ni huriai , suang songon goarnai las do roha marnida punguan on ai parsidohot do nasida di angka parendeon siganup minggu, dipatupa nasida do nang partangiangan naposo sahali sabulan di ganup bagas ni angka anggota, dalan pabagashon hata ni Tuhan I, denggan do mardalan punguan nasida dibagasan nasataonon na tiniroan ni amnat St G Simarmata ( Seksi Naposobulung) anggiat ma tu angka tingki nanaeng ro lam martamba bilangan ni angka NHKBP/Remaja di Hurianta on, dipangido jala di parsinta rohanta do asa lam tu hembangna nasida nang di kwalitas nang di kwantitas, marhite Barita Jujur taonon tadasdasi ma angka ianakkonta Remaja / Naposo asa dohot tu parpunguan on.
b.      Punguan Ina Pararikamis
Denggan do mardalan Punguanon dibagasan na sataonon , marguru dohot Patanakhon hatani Debata siganup ari kamis botarina ( Pkl 16.00 na niuluhon ni Pdt & Calon Pandita), parsidohot do nasida patubegehon ende pujian pujian siganup ari minggu, rajuman do nasida songon anggi ni parhalado di angka ulaon parasinirohaon isarani na mandulo namarsahit, maningkir tu namonding , suang songoni manggohi angka gokhon dohot jou jou ( Undangan) molo adong pesta sian bagas manang sian luar ni Hurianta, Lam margogoma nasida, laho mandohoti angka parguruan dohot angka ulaon huria, lam tamba ma haringgason di nasida hahipason nang ganjang ni umur. Punguanon di tirio inanta St A Br Simarmata , Seksi Ina.
c.       Punguan Ina Naomi
Las do roha ni Huria Marnida punguan on, mardalan dohot denggan do punguanon dibagasan na sataonon, ringgas do nasida ro laho marguru siganup ari minggu nangpe naung godang sian nasida na suda gogo, jala parsidot do nasida diganup ari minggu patubegehon ende puji pujian, sitiruon do nasida di haringgason atik pe tong do sai adong na so ro diganup ari parguruon. Lam di tambai Tuhanta ma gogo nang ganjang ni umur dinasida Punguanon ditiroi amanta St A Siahaan ( Seksi Lansia)
d.      Mannen Koor
Immanuel: Donganta ma Debata Mauliate ma di Tuhanta  denggan do mardalan punguan Mannen Koor Immanuel, tong do parsidohot nasida di parendeon di Minggu bolon, ima sahali 2 Minggu, marguru ma nasida 2 hali 1 minggu ima di bodari ni ari selasa dohot ari jumat,. Dipatupa nasida do partangiangan dohot Keluarga ganup sahali sabulan, anggiat ma lam tamba tu majuna punguanon tu taon na naeng ro, lam ringgas di parendeon, parmingguon nang di angka ulaon ni huria, margogoma nasida lam di tambai ma hahipason nang gogo ( ditiroi St Drs S Simbolon Seksi Ama), Margogo ma angka pangajari nang angka pangurus laho padimundimun punguanon
e.      Gabungan Maranatha
Roma Ho Tuhan mamasumasu hami, Maranatha : denggan do mardalan punguanon , las patubegehon ende Koor siganup minggu di Hurianta, marguru ma nasida di bodari ni ari jumat pkl 20.00 Wib, dihalashon roha do punguan Marantah di angka parsidohoton di angka ulaon Huria, lam marbungaran ma punguanon tu angka tingki nanaeng ro margogo ma angka pangajari dohot pengurus laho pahembanghonnsa.
f.        Ina Debora.
Pinuji ma Jahowa , ai Ho do Partogi na manguluhon Hami, Denggan do mardalan punguanon , tongtong do nasida patubegehon Koor siganuap ari Minggu ( sadali dibagan dua minggu) ringgas do nasida marguru diganup ari selasa bodarina 9 Pkl 20)  sihalashonon do parsidohton nasida di angka ulaon ulaon Huria, lam tu doharna ma punguanon tu angka tingki nanaeng ro, margogo pangajari dohot pangurus laho manogu nogu punguan on
g.       Koor Sektor I-IV
Marlasniroha ma hita tongtong Dibagasan Tuhani ( Fil 4:4), Mansai las doroha di Punguan Sektor na adong di Hurianta, ai  sada ujung tombak do nasida di angka ulaon Huria,  dang holan di parendeon alai dohot do di angka ulaon ulaon Huria isarani angka pesta pesta Huria. Mansai torop do sian angka ama/ina nang naposo na adong di sector ni Huriantaon mandohot Koor Sektor na adong di sektornabe, mauliate ma Di Tuhanta mauliate nang di angka pangajari nang di angka pangurus na tiniroan ni angka Sintua Sektor, anggiat ma lam tu majuna angka punguan sector na adong di Hurianta, mauliate na di angka pangajari Koor di setiap sector, nang mangalehon gogo dohot talenta laho mangajari parendeon diganup sector.
h.      Koor Parhalado & Keluarga
Sihalashonon ni rohanta do nang Punguan Koor Parhalado dohot Keluarga, nang pe di angka tingki naparpudion adong halembaon, anggiat ma tu taon nanaeng ro totop mardalan punguanon jala boi patubegehon ende puji pujian di bagas joro ni Tuhanta on.

VI.                Angka Ulaon Huria
a.       Sakramen
Mardalan do Sakramen di Hurianta ima Pandidion Nabadia dohot Parpadanan nabadia di Bulan 4 nasalpu dohot di tanggal 24, 25 Desember 2012
b.      Pesta Resort
Di Bulan Mei 2012 nasalpui , marhadomuan tu angka haporluan ni Resort, denggan do mardalan ulaon i.
c.       Pesta Gotilon
11 November 2012, denggan do mardalan ulaon Pestai
d.      Pesta Natal
Secara umum denggan do Mardalan angka Perayaan Natal di Huriantaon mamungka mai sian Natal ni angka ianakkonta Singkola Minggu, SD HKBP Maranatah,  Naposobulung, Natal Bersama, Natal Umum Pesta Natal I, II


VII.              STATISTIK
Torop ni ruas ni Hurianta
Ama                                                               :  300 Halak
Ina                                                                  :  335 Halak
Naposo Baoa                                             :  270 Halak
Naposo Boru                                              :  330 Halak
Dakdanak Baoa                                           430 Halak
Dakdanak Boru                                         : 440 Halak
Pungu                                                           :2105 Halak
Torop ni Ripe Kepala Keluarga           : 350 Ripe/ KK

Torop ni Parhalado                                  : 19 Halak, Pdt 1 Halak, Gr: 1 Halak, Sintua : 17 Halak
Torop ni na Tubu                                      : 27 Halak
Torop ni natardidi                                    : 23 Halak
Torop ni na M. Haporseaon                                 :
Torop ni na Marbagas                            : 10 Halak
Torop ni na Ro Pinda tu Huria on       : 2 Ripe
Torop ni na pinda                                     : 1 Ripe
Torop ni na Hona uhum Huria           : 1 Halak
Torop ni na Mulak tu Huria                   : 2 Ripe
Torop ni namandohoti U Nabadia     : 186 Halak
Torop ni Namonding                               : 14 Halak
Pardosdosan ni Parminggu
Minggu Siang                                             : 300 Halak
Minggu Pagi                                               : 80 Halak
Singkola Minggu                                       : 175 Halak
Partangiangan                                           : 30 Halak

VIII.            Pangujungi
Songonima Barita Jujur Taon naboi ginurithon dibagasan taon on, Gala gala sitelluk ma telluk mardagul dagul, molo tung adong na hurang lobi di guritan on nanget ma hita mangapul apul, anggiat ma gabe sorminan on dihita tu taon 2013 nanaeng ro, taon parasinirohaon ma tongon taon nanaeng si pasahaton ni Tuhanta di hita , lam tu hembangna tu hinsatna parngoluon pardagingon nang partondiopn ni sude ruas ni  hurianta, lam ganda pasupasu si jaloonta tu taon nanaeng ro, Horas Tuhanta ma mamasu masu hita ganup marsada sada, Selamat Menjelang Tahun Baru 1 Januari 2013.

                         Medan,   Selasa 31 Desember 2012



Pendeta HKBP                                                                             Guru Huria HKBP
Resort Wahidin Baru                                                                              Wahidin Baru




Pdt. A. Aritonang, Sm.Th                                                              Cal. Pdt . B. Sianturi