Friday 18 July 2014

Ulang Tahun Pernikahan Yang Ke 13 Budianto Sianturi & Trina Melati Banjarnahor, 14 Juli 2001-14 Juli 2014

Genap Usia Pernikahan Kami 13 Tahun pada Hari Senin 14 Juli 2014, Budianto Sianturi & Trina Melati Banjarnahor, Kami menerima Pemberkatan Pada Hari Sabtu 14 Juli 2001 Tepatnya 13 Tahun silam, di HKBP Untemungkur Resort Untemungkur ( Dulu Resort Muara ) Distrik XVI Humbang Habinsaran . Ketika itu 3 Dari keluarga Kami menerima Pemberkatan Nikah yaitu Ibotoku, Donni Marulak Parasian Sianturi Dengan Joslan Simbolon Pada Hari Senin 16 Juli 2014, Di Gereja Katolik Simbolon , dan ito Hot Demak Richa  Natal Sianturi dengan Thomson Sihombing, Pada 22 Juli 2014 di HKBP Simatupang Resort Muara . Kami 6 Bersaudara sekarang sudah 5 Yang Berumah Tangga ( Nikah ) ito Kami Ria Sianturi Menikah dengan Maringan Satria Darma Pasaribu pada sabtu 21 Juni 2014 di HKBP Bukit Lima Tanah Jawa, dan Adek Kami Ondong Sianturi Menikah dengan Desi Hutahaean Pada Sabtu 12 Juli 2014 di HKBP Untemungkur Muara , Tinggal Satu lagi yang belum Menikah yaitu : Renofa Betharia Sianturi.

( Foto : Pdt Budianto Sianturi & Trina Melati Banjarnahor Am.k)




( Foto : Pernikahan : Lae/ Ito : Joslan Simbolon & Donni Marulak Parasian Sianturi/ Floria  Senin 16 Juli 2001 di Samosir )



( Foto : Pernikahan Lae/ Ito : Maringan Satria Darma Pasaribu & Ria Sianturi  Menerima Pemberkatan Nikah di HKBP Bukit Lima Resort Raja Maligas Tanah Jawa Sabtu 21 Juni 2014 )

( Foto Pernikahan Adek kami : Ondong Sianturi & Desi Hutahaean  Sabtu 12 Juli 2014 di HKBP Untemungkur )



Ulang Tahun Pernikahan - Dihikmati atau Diperingati?


13924290191135247612
Sumber : http://www.pinterest.com/pin/94716398387386118/
Pernikahan adalah sebuah momen yang bernilai kesejarahan bagi banyak pasangan hidup di muka bumi ini.  Maka, ulang tahun pernikahan banyak dianggap sebagai tonggak sejarah dalam memasuki hidup baru. Hidup yang pada mulanya mungkin dianggap rumit, atau dianggap seindah impian. Tergantung setiap kepala membangun persepsinya.
Pun setiap pasangan memiliki beragam cara dan sikap menyambut hari ulang tahun pernikahan mereka. Sebagian melewatkan begitu saja, atau bahkan sama sekali  terlupa :)
Sebagian lainnya memilih membangun kesyukuran seperlunya. Sekadar kembali mengingat lintasan peristiwa yang telah menghimpun apa yang terserak. Mengapungkan kenangan bersama untuk mencipta bahagia dan kesyukuran yang nyata. Yaitu mempererat jalinan cinta yang telah terbina, merekatkan ikatan hati, dan memperkuat tekad untuk saling berbagi dan menjaga hingga nanti.
Sebagiannya menyambut dengan lebih spesial. Yaitu dengan aneka syukuran hingga pesta meriah yang menghadirkan banyak undangan. Bila perlu, pesta yang diatur sedemikian rupa sehingga diperlukan jasa penyelenggaraan acara.
Peringatan perayaan hari ulang tahun pernikahan tentu tidak lahir begitu saja.  Budaya tersebut berasal dari dunia barat.
Pada tahun 1659, John Evelyn menulis buku mengenai pesta ulang tahun pernikahan yang diberi judul “Diary”.  Kemudian Samuel Pepys juga menuliskan buku yang serupa, namun fokusnya lebih kepada pesta kawin perak untuk usia pernikahan 25 tahun. Tulisan tersebut lalu dipublikasikan di tahun 1806 oleh Anna Letina Barbauld yang juga menulis tentang pernikahan perak.
Tahun 1860 di Inggris dipublikasikan mengenai kawin emas untuk peringatan usia 50 tahun pernikahan. Tahun 1872 pesta kawin intan menyusul bagi pasangan yang telah menikah selama 60 tahun. Sejak itulah ulang tahun pernikahan diperingati oleh segenap masyarakat.
Belakangan muncul istilah-istilah yang mengikuti terkait ulang tahun pernikahan mulai dari yang pertama.
1 = kawin kertas
2 = kawin kapas/mori
3 = kawin kulit
4 = kawin buah/buahan/bunga/buku
5 = kawin kayu/balok
6 = kawin besi
7 = kawin tembaga/kuningan
8 = kawin karet
9 = kawin gerabah
10 = kawin aluminium
11 = kawin baja
12 = kawin sutera / linen/nilon
13 = kawin renda
14 = kawin gading
20 = kawin cina
25 = kawin perak
30 = kawin mutiara
35 = kawin jade/karang/jade
40 = kawin rubi
50 = kawin emas
55 = kawin zamrud
60 = kawin intan
Mengingat ulang tahun pernikahan meski tanpa harus membuat pesta perayaan menurut hemat saya adalah hal yang cukup berguna. Manusia kadang membutuhkan tonggak-tonggak sejarah untuk menghikmati kesyukuran yang sampai di tangannya.
Namun alangkah lebih baik jika tanpa harus menunggu ulang tahun pernikahan tiba, setiap kepala mampu membangun keindahan persepsi atas pasangan masing-masing. Ketika hari ini rambut perak mungkin bertebaran di sana sini di kepala, kenangkan bahwa ketika rambut indah berkilau itu telah menemani perjalanan hingga puluhan tahun berikutnya.
Ketika rasa kesal dan jengkel sempat singgah karena hal-hal kecil dan perbedaan sudut pandang, bahwa dulu kala begitu engkau mendambakan melewati jalan terjal bersamanya dengan segala kemungkinan yang terjadi.
Ketika tangan yang lembut kini telah keriput, kenangkan bahwa waktu yang dipinjamkanNya tak kan merubah persepsi kehangatan kasih yang mengaliri kedua telapaknya. Meski fisik dan rupa beranjak menua, namun rasa dan cinta yang terjaga di tempatnya tak kan mengurangi  kemampuan diri untuk terus memuliakannya.
Ya, ulang tahun pernikahan adalah sekadar sarana atau media dan seremonial semata. Ia tidak sekadar perlu diperingati, tetapi lebih urgent untuk dihikmati. Karena jauh di lubuk hati terdalam, diperlukan kesungguhan untuk merawat anugerah dan berkah yang dilimpahkanNya yaitu pasangan hidup yang telah dipersandingkanNya untuk kita. Cinta adalah kalori bagi kekuatan hati  yang tak pernah habis tercerna melintasi waktu, untuk siapa pun mereka yang mampu menghargai anugerah terindah Sang Maha Cinta itu sendiri.