Saturday, 18 January 2014

APA SEBENARNYA NARSIS ITU

Narsisus

Oh, tentunya semua orang tahu dengan kata “narsis”. Kata ini menjadi gaya atau bahasa yang sering dipakai di setiap kalangan, kecuali orang yang sangat sangat tua. Bisa dikatakan artinya “suka diri”. Tetapi apakah kita tahu tentang asal mula kata ini?

Kata ini berasal dari seorang tokoh fiksi Yunani yang bernama Narsisus. Singkat cerita, ia merupakan tokoh fantasi yang entah karena kutukan atau kenapa, jika setiap memandang wajahnya sendiri di permukaan air, ia kagum. Ia sangat menyukai dengan ketampanan parasnya. Ia jatuh cinta pada dirinya sendiri. Orang lain tidak ia abaikan. Ia sampai ingin wajahnya itu menjadi nyata sehingga ia bisa memandangnya kapanpun itu. Dan tentu, setelah ia tahu bahwa, ia tidak dapat memiliki wajahnya sendiri (karena memang hanya bayangannya saja di air), ia menjadi stress dan mengalami keterpurukan dalam hidupnya. Terakhir ia berkata sambil memandang mesra ke permukaan air, “Selamat tinggal, wajah yang aku cintai dengan sia-sia!” Lalu maut menjemputnya.

Pelajaran yang dapat diambil adalah mencintai diri sendiri itu baik tapi asal jangan sampai berlebihan. Kita tidak dapat meminta wajah kita secantik atau setampan siapa, tubuh kita apakah proporsional atau tidak ataupun kehidupan kita seperti apa kepada Tuhan. Karena hidup kita itu benar-benar ditentukan dan diatur oleh Tuhan sendiri. Kita hidup di Negara apa, jenis kelamin apa, berapa bersaudara, memiliki karakter yang bagaimana, dan lain-lain.

Yang perlu kita lakukan adalah bersyukur dengan segala apa yang ada pada diri kita, mau seperti apapun itu. Lalu mengembangkannya agar serupa dengan panutan hidup kita, Yesus Kristus. Mencari tahu mengapa kita bisa ditempatkan dan hidup di dunia seperti ini.

Kita tahu bahwa manusia memiliki 4 karakter (Sanguinis, Melankolis, Koleris, Phlegmatis) syukurilah itu apabila kita memiliki salah satu karakter, karena masih banyak di luar sana orang yang tidak waras atau gila serta kelainan sejak lahir (contohnya autisme).

Kita tahu bahwa ada orang yang bertubuh tinggi, pendek, gemuk, kurus, pesek, mancung, mata minus/plus, normal. Syukurilah itu, karena orang di luar sana banyak yang tidak punya tangan atau kaki, cebol atau gigantisme, obesitas (kegemukan) atau kekurusan (kurang gizi), buta, lumpuh, dan lain-lain! Kita patut menjaga dan merawat tubuh kita dengan baik apabila diberikan oleh Tuhan tubuh yang normal, sehingga tidak sakit dan menyinyiakannya, kemudian meperhatikan kesehatan dengan makan-makanan yang bergizi, menghindarkan dari segala apapun yang membuat diri kita menjadi rusak.

Nah, bila paras kita cantik / tampan, kita bertubuh normal, memiliki banyak talenta yang orang lain tidak dapat lakukan. Lalu, kita jarang berbuat dosa, banyak melakukan firman Tuhan dengan baik, pokoknya sempurna dah. Kemudian oleh karena ini kita begitu mencintai diri kita, Bukannya bersyukur karena Tuhan yang mengizinkan itu terjadi, malah sombong dan berpikir bahwa itu usaha sendiri. Maka kita itu seperti kaum farisi, mereka berdoa bersyukur karena bisa taat beribadah, tidak seperti pencopet/perampok, pembunuh, atau orang-orang jahat. Apakah yang Tuhan rasakan? Tuhan mengecam orang seperti itu, Tuhan jijik dengan orang yang seperti itu. Dan kita harus sadar diri akan hal itu.

Intinya adalah mari kita bersyukur / tidak usah bersungut-sungut maupun iri dengan keadaan orang lain, tetapi kita juga tidak boleh bangga apabila diri kita lebih baik dari orang lain. Akan tetapi saling membantu, saling mendorong untuk serupa dengan Tuhan kita, Yesus Kristus. Amin

Amsal 31:30a
Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia” tetapi orang yang inner beauty-nya memancar karena sungguh takut akan Tuhan karena perbuatanNya yang luar biasa dan ajaib, dipuji-puji.

Valentine Day dan SEJARAHYA

Sejarah Hari Valentine

Asal mula hari Valentine tercipta pada jaman kerajaan Romawi. Menurut adat Romawi, 14 Februari adalah hari untuk menghormati Juno. Ia adalah ratu para dewa dewi Romawi. Rakyat Romawi juga menyebutnya sebagai dewi pernikahan. Di hari berikutnya, 15 Februari dimulailah perayaan 'Feast of Lupercalia.'

Pada masa itu, kehidupan belum seperti sekarang ini, para gadis dilarang berhubungan dengan para pria. Pada malam menjelang festival Lupercalia berlangsung, nama-nama para gadis ditulis di selembar kertas dan kemudian dimasukkan ke dalam gelas kaca. Nantinya para pria harus mengambil satu kertas yang berisikan nama seorang gadis yang akan menjadi teman kencannya di festival itu.

Tak jarang pasangan ini akhirnya saling jatuh cinta satu sama lain, berpacaran selama beberapa tahun sebelum akhirnya menikah. Dibawah pemerintahan Kaisar Claudius II, Romawi terlibat dalam peperangan. Claudius yang dijuluki si kaisar kejam kesulitan merekrut pemuda untuk memperkuat armada perangnya.

Ia yakin bahwa para pria Romawi enggan masuk tentara karena berat meninggalkan keluarga dan kekasihnya. Akhirnya ia memerintahkan untuk membatalkan semua pernikahan dan pertunangan di Romawi. Saint Valentine yang saat itu menjadi pendeta terkenal di Romawi menolak perintah ini.

Ia bersama Saint Marius secara sembunyi-sembunyi menikahkan para pasangan yang sedang jatuh cinta. Namun aksi mereka diketahui sang kaisar yang segera memerintahkan pengawalnya untuk menyeret dan memenggal pendeta baik hati tersebut.

Ia meninggal tepat pada hari keempat belas di bulan Februari pada tahun 270 Masehi. Saat itu rakyat Romawi telah mengenal Februari sebagai festival Lupercalia, tradisi untuk memuja para dewa. Dalam tradisi ini para pria diperbolehkan memilih gadis untuk pasangan sehari.

Dan karena Lupercalia mulai pada pertengahan bulan Februari, para pastor memilih nama Hari Santo Valentinus untuk menggantikan nama perayaan itu. Sejak itu mulailah para pria memilih gadis yang diinginkannya bertepatan pada hari Valentine

Lembut VS Keras Sebuah Ilustrasi

Kemenangan Si Air (2 Timotius 2:25 ; 1 Petrus 3:4)

Besi dan air bersahabat,tetapi suatu hari mereka sepakat untuk menguji kebiasaan masing-masing.Besi sangat yakin bahwa dia akan mengalahkan air,sedangkan air dengan rendah hati menerima tantangan sahabatnya itu.untuk pertandingan yang pertama,besi menantang air berlomba menembus gua yang tertutup oleh batu yang keras.siapa dapat melewati gua itu dengan selamat tanpa terluka,maka ia adalah pemenangnya.Besi dan air pun mulai berlomba.besi mulai beraksi menunjukkan kekuatannya,ia menyerang bebatuan dengan membentur-benturkan dirinya,kerasnya benturan si besi membuat bebatuan runtuh sedikit demi sedikit,tetapi si besi mengalami luka-luka.sementara air melakukan tugasnya dengan lembut,ia menetes sedikt demi sedikit untuk melawan kekerasan bebatuan itu.ia mengikis bebatuan dengan kelembutannya sehingga bebatuan tidak menyadari perbuatan si air yang sedang bekerja membuat celah yang kecil supaya ia dapat lewat tanpa merusak.Air pun memenangkan pertandingan karena ia sampai di dalam tanpa terluka sedikit pun.
Pertandingan yang kedua,mereka sepakat untuk melalui berbagai celah sempit supaya bisa tiba di dasar gua. Si besi kembali membanggakan kekuatannya.Ia mengubah dirinya menjadi mata bor yang kuat.Si besi mulai berputar menembus celah-celah menuju dasar gua,tetapi batu yang ada cukup sulit untuk ditembusnya.semakin keras si besi berputar semakin hancur batu menuju dasar gua itu,tetapi si besi semakin terluka.Namun air dengan santai mengubah bentuknya mengikuti celah-celah yang ada.bentuknya yang bisa berubah memberinya keleluasaan untuk bergerak tanpa terluka.Si air pun tiba lebih awal di dasar gua dan memenangkan pertandingan yang kedua.
Pada pertandingan ketiga mereka harus bisa menyeberangi lembah yang terhampar cukup luas.Besi yang merasa kesulitan untuk mengatasi rintangan ini berkata kepada air,"Skor kita 2:0.Aku akan mengakui kehebatanmu jika kau dapat melalui rintangan yang terakhir ini dengan baik!"Air berpikir bahwa pertandingan ketiga ini juga terasa sangat sulit baginya tetapi kemudian ia membiarkan sang mentari membantunya menguap,kemudian ia menjadi awan.dengan bantuan angin,awan itu terbang ke seberang lembah,kemudian turun sebagai titik-titik hujan di seberang lembah.Kini air mendapat kemenangan secara penuh.
Seharusnya hidup kita menjadi seperti air,mampu menembus kehidupan yang keras dengan kelembutan,kelenturan dan bersedia berubah ketika dituntut untuk berubah.Jangan sampai kita melukai diri sendiri dan orang yang ada di sekitar kita ketika kita ingin mencapai apa yang kita inginkan.Kekerasan bukanlah jalan yang harus ditempuh orang percaya,karena itu malah akan menimbulkan satu masalah baru,hendaklah kita selalu ingat bahwa hati manusia lebih mudah diubah ketika disentuh dengan kasih yang lembut,bukan dengan kekerasan yang otoriter. . . .