Makna dan Arti advent
Kata ‘adven’ berasal dari kata Latin
‘adventus’
yang berarti kedatangan.
Maka ‘masa adven’ berarti masa
untuk menunggu kedatangan Tuhan Yesus. Masa adven berlangsung selama 4 minggu, yakni dari
Minggu Adven I sampai dengan Minggu Adven IV.
Adven dimulai pada tanggal 1 Desember 2013 untuk gereja-gereja Kristen Barat. Awal Munculnya
menyebabkan banyak bertanya-tanya tentang makna dan tujuan devosi Kristen di
bulan sebelum Natal; artikel ini akan mengeksplorasi mengapa munculnya begitu
penting dalam kehidupan Kristen.
Apa Adven?
Adven
adalah musim pertama dalam tahun gereja. Adven selalu dimulai empat hari Minggu
sebelum Natal dan berlangsung sampai Hari Natal. Kristen mempersiapkan diri
untuk kedatangan penyelamat mereka, Yesus Kristus, selama waktu yang penting
tahun ini.
Adven Apa Artinya?
“Adven”
berasal dari bahasa Latin yang berarti “datang menuju” dalam referensi untuk
Yesus datang ke dunia pada kelahirannya pada hari Natal. Sebagai Paus
Benediktus XVI menjelaskan dalam munculnya homili 2006, munculnya berarti bahwa
“Tuhan datang,” suatu realitas teologis bagi orang Kristen yang percaya bahwa
Yesus sebagai Allah selalu hadir bersama mereka. Bagi orang Kristen, munculnya
adalah musim menunggu Tuhan mereka, Yesus Kristus, untuk datang kepada mereka
lagi dalam bentuk bayi, kecil tak berdaya ditakdirkan untuk menyelamatkan
dunia, menurut keyakinan Kristen.
Ketika Apakah Adven Mulai?
Adven
dimulai pada abad ke-4, abad yang sama bahwa mayoritas orang Kristen mulai
merayakan ulang tahun Yesus pada tanggal 25 Desember. Awal munculnya
orang-orang Kristen merayakan, atau kedatangan Yesus, dengan menghadiri gereja
dan merenungkan dosa-dosa mereka untuk lebih dekat dengan Yesus dalam hidup
mereka. Beberapa ditunda upacara pernikahan untuk lebih fokus pada pengabdian
kepada Tuhan. Lainnya berpuasa, sebuah praktek dimana orang percaya berpantang
dari berbagai makanan dan minuman untuk memurnikan tubuh untuk Allah.
Sejak
abad ke-4, orang Kristen telah merayakan munculnya sebagai waktu persiapan
untuk ‘Yesus akan datang kembali saat Natal. Kontemporer Kristen kehormatan
munculnya dalam banyak cara, termasuk:
Devosi pribadi dan keluarga , dan
Adven karangan bunga dengan lilin untuk setiap hari Minggu, dan
Kehadiran Ibadah, dan
Kalender Adven dengan adegan dan ayat-ayat untuk setiap hari kedatangan.
Adven karangan bunga dengan lilin untuk setiap hari Minggu, dan
Kehadiran Ibadah, dan
Kalender Adven dengan adegan dan ayat-ayat untuk setiap hari kedatangan.
Adven,
seperti dipinjamkan, adalah waktu tahun di mana orang Kristen fokus pada
kehidupan spiritual mereka dan mencari hadirat Allah dan transformasi di
dalamnya.
Mengapa Penting Adven di Gereja?
Sejak
abad pertama kekristenan, orang percaya merayakan pesta, atau hari suci, untuk
merayakan peristiwa penting untuk iman mereka. Yang lebih penting hari suci, orang-orang
Kristen awal lebih waktu yang dihabiskan berpuasa, berdoa, dan menyembah di
gereja untuk mempersiapkan diri untuk itu.
Natal
adalah salah satu hari suci yang paling penting bagi orang Kristen. Tanpa
kelahiran Yesus, tidak akan ada kekristenan. Natal, seperti Paskah, memiliki
musim sendiri tahun Gereja sebagai orang Kristen mengantisipasi kelahiran
Yesus. Kristen mempersiapkan kematian Yesus dan kebangkitan pada hari Paskah
dengan liturgi musim dipinjamkan, dan mereka mempersiapkan diri untuk Yesus
lahir pada musim Natal dengan munculnya liturgi.
Adven
adalah waktu bagi orang Kristen untuk merenungkan alasan untuk musim liburan
dalam tradisi keagamaan mereka, Yesus Kristus. Bagi orang Kristen, munculnya
adalah waktu suci menunggu dan persiapan, bukan hanya untuk pesta liburan dan
hadiah, tetapi juga untuk kedatangan penyelamat mereka pada hari Natal.
- Adven I : Adven pertama diisi dengan thema sikap gereja dalam menantikan kedatangan Yesus Kristus yang ke dua kali untuk membebaskan umat manusia. Pembacaan Alkitab dari Perjanjian Lama diambil dari:
- Kitab Yesaya, tentang kerajaan Mesianis pembawa damai yang akan menghimpun umatNya, (Yesaya 2: 1-5 pada tahun A)
- Kemurkaan Allah sebab umat berdosa (Yesaya 64: 1-9 pada tahun B).
- Mesias itu berasal dari garis keturunan Daud untuk melaksanakan keadilanNya (Yer 33: 14-16, tahun C).
Apabila pembacaan Alkitab diambil
dari Surat Rasuli diambil dari:
- Roma 13: 11-14 yaitu tentang saatNya telah tiba untuk bangun dari tidur, sebab itu telah dekat (tahun A);
- 1 Kor 1: 3-9, tentang “tidak kekurangan dalam suatu karuniapun sambil menantikan penyataan Tuhan, (tahun B);
- 1 Tesalonika 3: 9-13, tentang semakin dekatnya masa penantian itu dan memelihara hidup kudus, (tahun C).
Dan apabila pembacaan diambil dari
kitab Injil, yang dibacakan adalah:
- tentang berjaga-jaga akan kedatangan Tuhan kedua kali: Mat 24: 36-44, (tahun A),
- Markus 13: 24-37 (tahun B = khotbah pada minggu Adven I) dan
- Lukas 21: 25 – 36 (tahun C). Semuanya tentang berjaga-jaga sebab kamu tidak tahu saat hari penghakiman.
- Adven II : Thema utama pada Adven kedua ialah pertobatan menuju langit baru dan bumi baru bagi segala bangsa, seluruh umat manusia, sesuai dengan keadilanNya. Berita itu disampaikan dari Perjanjian Lama :
- Yesaya 11:1-10 (tahun A) yaitu tentang berita keselamatan akan datang dari tunggul Isai, keadaan akan menjadi damai (syalom).
- Berita itu akan dikongkretkan pada tahun B dengan bacaan Yesaya 40: 1-11 = khotbah pada Minggu Adven II) dan
- Maleaki 3: 1-4 pada tahun C tentang berita kedatangan Tuhan yang disampaikan oleh utusanNya yakni tentang kembalinya umat Allah dari pembuangan sebagai wujud penyelamatan.
Apabila dari Surat-surat Rasuli,
yang dibacakan adalah:
- Roma 15: 4-12 (tahun A),
- 2 Petrus 3: 8-15a) (tahun B) dan
- Filipi 1:3-11 (tahun C).
Dan apabila pembacaan Alkitab dari
surat-surat Injil, maka bahan bacaan adalah :
- Mateus 3: 1-12 (tahun A),
- Markus 1: 1-8 (tahun B) dan
- Luk 3: 1-6 (tahun C), semua ayat-ayat tersebut berisi tentang ajakan untuk bertobat.
- Adven III : Minggu Adven ke tiga merupakan ajakan untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan. KedatanganNya tidak sejajar dengan kelahiranNya, namun dapat dilihat sebagai kedatanganNya yang kedua kali. Pembacaan dari kitab Perjanjian Lama, yaitu:
- Yesaya 35: 1-10 (tahun A) yaitu tentang berita pembebasan yang disambut dengan sorak sorai.
- Yesaya 61 1-4, 8-11 (tahun B) yakni mempertegas sukaria pada tahun pembebasan dan tahun rahmat.
- Zefanya 3: 14-20 (tahun C), tentang pembebasan kini telah tiba dan tak ada lagi cela atas umat.
Apabila pembacaan dari Kitab Rasuli,
maka bacaan adalah
- Yakobus 5:7-10 (tahun A) yaitu tentang sikap umat yang harus menanti dengan sabar.
- 1 Tessalonika 5:16-24 (tahun B) yaitu tentang doa, dan
- Flp 4: 4-7 (tahun C) yaitu tentang damai sejahtera.
Dan Apabila pembacaan dari kitab
Injil maka bahan bacaan dari :
- Mateus 11: 2-11, (tahun A) yaitu tentang penyataan Yohanes tentang Yesus sang Pembebas yang dinantikan.
- Yoh 1: 6-8, 19-28 (tahun B = khotbah pada Minggu Adven III) yaitu tentang kesaksian Yohanes Pembabtis akan Yesus yang dinantikan.
- Luk 3: 7-18 (tahun C), yaitu tentang respon umat menyambut Tuhan dengan pekerjaan baik dalam tanggungjawab social dan moral.
- Adven IV : Fokus kebaktian pada Minggu Adven keempat mengarah kepada kelahiran Tuhan di Betlehem. Para Nabi memberitakannya melalui pembacaan dari Perjanjian Lama, yaitu:
- Yesaya 7: 10-16 (tahun A) yaitu tentang seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki.
- 2 Samuel 7: 1-11, 16 (tahun B), yaitu nubuatan tentang kerajaan akan kokok selamanya atas keluarga Daud.
- Mikha 5: 2-5a (tahun C) yaitu tentang pengulangan janji secara lebih terfokus bahwa dari Betlehem akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Isral.
Dan apabila pembacaan dari surat
Rasuli maka bahan bacaan adalah :
- Roma 1: 1-7 (tahun A) yaitu anakNya yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud.
- Roma 16: 25-27 (tahun B) yaitu pengungkapan suatu rahasia pemberitaan tentang Yesus Kristus yang didiamkan secara berabad-abad,
- Ibrani 10:5-10 (tahun C) yaitu ucapan Yesus sendiri :Aku datang untuk melakukan kehendakMu.
Pembacaan dari Perjanjian Lama dan
surat-surat Rasuli berpuncak pada Injil yaitu:
- Mateus 1: 18-25 (tahun A) yaitu pemberitahuan tentang Kelahiran Yesus pada Yusuf.
- Lukas 1: 26-38 (tahun B = khotbah pada Minggu Adven IV) dan
- Lukas 1: 39-55 (tahun C).
Demikianlah diaturkan thema-thema
minggu Adven dan ayat-ayat bacaan yang menjadi khotbah setiap 3 tahun berputar
menurut liturgy gerejani. Ada tiga hal makna thema-thema minggu Adven yang
selalu dirayakan oleh gereja-gereja, yaitu: pertama: Mengingat waktu
dulu ketika Yesus dilahirkan di Betlehem. Kedua: Menyambut
kedatanganNya pada masa kini dengan sikap yang berjaga-jaga dan bertobat.
Dan ketiga adalah menantikan kedatanganNya kembali dalam kemuliaan
dengan perbuatan-perbuatan baik dalam tanggung jawab social dan moral.
II. LINGKARAN ADVENT: LAMBANG DAN
MAKNANYA
Pada Masa Adven, banyak orang
Kristen memasang Lingkaran Adven di gereja. Selain hiasan-hiasannya yang tampak
semarak serta membangkitkan semangat, ada banyak sekali lambang yang terkandung
di dalamnya, yang belum diketahui banyak orang.
Pertama, karangan tersebut selalu
berbentuk lingkaran. Karena lingkaran tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai
akhir, maka lingkaran melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir.
Lingkaran Adven selalu dibuat dari
daun-daun evergreen. Dahan-dahan evergreen, sama seperti namanya “ever green” –
senantiasa hijau, senantiasa hidup. Evergreen melambangkan Kristus, Yang mati
namun hidup kembali untuk selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa
kita. Kristus datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tanpa akhir bagi
kita. Tampak tersembul di antara daun-daun evergreen yang hijau adalah
buah-buah beri merah. Buah-buah itu serupa tetesan-tetesan darah, lambang darah
yang dicurahkan oleh Kristus demi umat manusia. Buah-buah itu mengingatkan kita
bahwa Kristus datang ke dunia untuk wafat bagi kita dan dengan demikian menebus
kita. Oleh karena Darah-Nya yang tercurah itu, kita beroleh hidup yang kekal.
Empat batang lilin diletakkan
sekeliling Lingkaran Adven, tiga lilin berwarna ungu dan yang lain berwarna
merah muda. Lilin-lilin itu melambangkan keempat minggu dalam Masa Adven, yaitu
masa persiapan kita menyambut Natal. Setiap hari, dalam bacaan Liturgi
Perjanjian Lama dikisahkan tentang penantian bangsa Yahudi akan datangnya Sang
Mesias, sementara dalam Perjanjian Baru mulai diperkenalkan tokoh-tokoh yang
berperan dalam Kisah Natal. Pada awal Masa Adven, sebatang lilin dinyalakan,
kemudian setiap minggu berikutnya lilin lain mulai dinyalakan. Seiring dengan bertambah
terangnya Lingkaran Adven setiap minggu dengan bertambah banyaknya lilin yang
dinyalakan, kita pun diingatkan bahwa kelahiran Sang Terang Dunia semakin
dekat. Semoga jiwa kita juga semakin menyala dalam kasih kepada Bayi Yesus.
Warna-warni keempat lilin juga
memiliki makna tersendiri.
- Lilin ungu sebagai lambang pertobatan. Dinyalakan pada Hari minggu Adven I dan II. Warna ungu mengingatkan kita bahwa Adven adalah masa di mana kita mempersiapkan jiwa kita untuk menerima Kristus pada Hari Natal.
- Lilin merah muda dinyalakan pada Hari Minggu Adven III yang disebut Minggu “Gaudete”. “Gaudete” adalah bahasa Latin yang berarti “sukacita”, melambangkan adanya sukacita di tengah masa pertobatan karena sukacita Natal hampir tiba.
- Warna merah muda dibuat dengan mencampurkan warna ungu dengan putih, dinyalakan pada Hari Minggu Advent ke- IV. Artinya, seolah-olah sukacita yang kita alami pada Hari Natal (yang dilambangkan dengan warna putih) sudah tidak tertahankan lagi dalam masa pertobatan ini (ungu) dan sedikit meledak dalam Masa Adven.
- Pada Hari Natal, keempat lilin tersebut digantikan dengan lilin-lilin putih – masa persiapan kita telah usai dan kita masuk dalam sukacita yang besar
Pada Masa Adven, banyak orang
Kristen memasang Lingkaran Adven di gereja. Selain hiasan-hiasannya yang tampak
semarak serta membangkitkan semangat, ada banyak sekali lambang yang terkandung
di dalamnya, yang belum diketahui banyak orang.
Pertama, karangan tersebut selalu
berbentuk lingkaran. Karena lingkaran tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai
akhir, maka lingkaran melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir.
Lingkaran Adven selalu dibuat dari
daun-daun evergreen. Dahan-dahan evergreen, sama seperti namanya “ever green” –
senantiasa hijau, senantiasa hidup. Evergreen melambangkan Kristus, Yang mati namun
hidup kembali untuk selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita.
Kristus datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tanpa akhir bagi kita.
Tampak tersembul di antara daun-daun evergreen yang hijau adalah buah-buah beri
merah. Buah-buah itu serupa tetesan-tetesan darah, lambang darah yang
dicurahkan oleh Kristus demi umat manusia. Buah-buah itu mengingatkan kita
bahwa Kristus datang ke dunia untuk wafat bagi kita dan dengan demikian menebus
kita. Oleh karena Darah-Nya yang tercurah itu, kita beroleh hidup yang kekal.
Empat batang lilin diletakkan
sekeliling Lingkaran Adven, tiga lilin berwarna ungu dan yang lain berwarna
merah muda. Lilin-lilin itu melambangkan keempat minggu dalam Masa Adven, yaitu
masa persiapan kita menyambut Natal. Setiap hari, dalam bacaan Liturgi
Perjanjian Lama dikisahkan tentang penantian bangsa Yahudi akan datangnya Sang
Mesias, sementara dalam Perjanjian Baru mulai diperkenalkan tokoh-tokoh yang
berperan dalam Kisah Natal. Pada awal Masa Adven, sebatang lilin dinyalakan,
kemudian setiap minggu berikutnya lilin lain mulai dinyalakan. Seiring dengan
bertambah terangnya Lingkaran Adven setiap minggu dengan bertambah banyaknya
lilin yang dinyalakan, kita pun diingatkan bahwa kelahiran Sang Terang Dunia
semakin dekat. Semoga jiwa kita juga semakin menyala dalam kasih kepada Bayi
Yesus.
Warna-warni keempat lilin juga
memiliki makna tersendiri.
Lingkaran Adven diletakkan di tempat
yang menyolok di gereja. Para keluarga memasang Lingkaran Adven yang lebih
kecil di rumah mereka. Lingkaran Adven kecil ini mengingatkan mereka akan
Lingkaran Adven di Gereja dan dengan demikian mengingatkan hubungan antara
mereka dengan Gereja. Lilin dinyalakan pada saat makan bersama. Berdoa bersama
sekeliling meja makan mengingatkan mereka akan meja perjamuan Tuhan di mana mereka
berkumpul bersama setiap minggu untuk merayakan perjamuan Ekaristi – santapan
dari Tuhan bagi jiwa kita.
Jadi Lingkaran Adven hendak
mengingatkan kita akan perlunya persiapan jiwa sehingga kita dapat sepenuhnya
ambil bagian dalam sukacita besar Kelahiran Kristus, Putera Allah, yang telah
memberikan Diri-Nya bagi kita agar kita beroleh hidup yang kekal.
Lingkaran
Adven diletakkan di tempat yang menyolok di gereja. Para keluarga memasang
Lingkaran Adven yang lebih kecil di rumah mereka. Lingkaran Adven kecil ini
mengingatkan mereka akan Lingkaran Adven di Gereja dan dengan demikian
mengingatkan hubungan antara mereka dengan Gereja. Lilin dinyalakan pada saat
makan bersama. Berdoa bersama sekeliling meja makan mengingatkan mereka akan
meja perjamuan Tuhan di mana mereka berkumpul bersama setiap minggu untuk
merayakan perjamuan Ekaristi – santapan dari Tuhan bagi jiwa kita.
Jadi
Lingkaran Adven hendak mengingatkan kita akan perlunya persiapan jiwa sehingga
kita dapat sepenuhnya ambil bagian dalam sukacita besar Kelahiran Kristus,
Putera Allah, yang telah memberikan Diri-Nya bagi kita agar kita beroleh hidup
yang kekal
2. Perkembangan tradisi advenDalam bentuk awalnya, yang bermula dari Perancis, Masa Adven merupakan masa persiapan menyambut Hari Raya Epifani, hari di mana para calon dibaptis menjadi warga Gereja; jadi persiapan Adven amat mirip dengan Prapaskah dengan penekanan pada doa dan puasa yang berlangsung selama tiga minggu dan kemudian diperpanjang menjadi 40 hari.
Pada tahun 380-381, Konsili lokal Saragossa, Spanyol menetapkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Diilhami oleh peraturan Prapaskah, Konsili lokal Macon, Perancis, pada tahun 581 menetapkan bahwa mulai tanggal 11 November (pesta St. Martinus dari Tours) hingga Hari Natal, umat beriman berpuasa pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Lama-kelamaan, praktek serupa menyebar ke Inggris. Di Roma, masa persiapan Adven belum ada hingga abad keenam, dan dipandang sebagai masa persiapan menyambut Natal dengan ikatan pantang puasa yang lebih ringan. Gereja secara bertahap mulai lebih membakukan perayaan Adven. The Gelasian Sacramentary, yang menurut tradisi diterbitkan oleh Paus St. Gelasius I (wafat thn 496), adalah yang pertama menerapkan Liturgi Adven selama lima Hari Minggu. Praktek adven semakin melembaga sejak abad ke 7, yakni pada saat Paus Gregorius Agung berkuasa (590-604). Adven ditetapkan berlangsung selama 4 minggu dan diisi dengan puasa. Sekitar abad kesembilan, Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun penanggalan Gereja.
3. Tradisi adven
Pada awalnya tradisi adven sebenarnya tidak
berasal dari Gereja Katolik Roma, tetapi merupakan tradisi Gereja
Timur untuk mempersiapkan Epifani, yang jatuh pada tanggal 6
Januari. Pada peristiwa tersebut kanak-kanak Yesus dikunjungi oleh orang majus
dari timur. Bagi Gereja Timur itulah Natal.
Maka mereka merayakannya secara meriah. Tradisi
Katolik menghayati masa adven dengan melakukan ibadat bersama
dan puasa. Selain itu juga mulai diciptakan simbol-simbol yang
disebut dengan Korona Adven (lingkaran Adven). Kebiasaan
membuat Korona Adven berasal dari Eropa Utara, khususnya dari Skandinavia.
Korona Adven berbentuk sebuah lingkaran yang
diuntai dengan daun-daun pinus atau cemara dan diatasnya dipasang empat
lilin (tiga lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah); selain
itu juga masih diberi asesoris lain seperti pita berwarna ungu dan merah.
Apa makna dari Korona Adven tersebut?
Korona Adven adalah symbol yang mau menunjukkan pesan-pesan tertentu, yakni:
a. Korona Adven berbentuk suatu
lingkaran. Lingkaran adalah suatu bentuk tanpa awal dan akhir. Lingkaran
ini melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir. Kita
juga diajak untuk merenungkan bagaimana kehidupan kita, di sini dan sekarang
ini, ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah yang kekal dan bagaimana
kita berharap dapat ikut ambil bagian dalam kehidupan kekal di
kerajaan surga.
b. Lingkaran Adven terbuat
dari tumbuh-tumbuhan segar, sebab Kristus datang guna memberi
kita hidup baru melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Warna hijau
merupakan symbol pengharapan. Selain itu juga dipilih daun pinus
atau cemara yang tidak kunjung putus. Warna hijau juga
melambangkan Kristus, Yang mati namun hidup kembali untuk
selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita.
Kristus datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tahan pada
bermacam-macam musim. Daun cemara tidak rontok dan tetap hijau pada musim gugur
dan musim dingin. Ungkapan pengharapan yang tanpa akhir bagi
kita.
c. Tiga batang
lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah muda. Warna
ungu melambangkan tobat, keprihatinan, matiraga atau berkabung,
persiapan dan kurban; warna ini juga dipakai pada masa Prapaskah, tidak hanya
untuk warna lilin, tetapi juga pakaian liturgi lain. Warna
merah muda melambangkan hal yang sama, tetapi dengan menekankan Minggu
Adven Ketiga, Minggu Gaudate, saat kita bersukacita karena
persiapan kita sekarang sudah mendekati akhir. Selain itu warna merah
juga merupakan tanda cinta kasih.
d. Lilin juga sebagai simbol
terang. Terang itu sendiri melambangkan Kristus, yang
datang ke dalam dunia untuk menghalau kuasa gelap kejahatan dan menunjukkan
kepada kita jalan kebenaran. Gerak maju penyalaan lilin (setiap
minggu satu lilin) menunjukkan semakin bertambahnya kesiapan kita untuk
berjumpa dengan Kristus. Persiapan, kerinduan dan harapan kita tidak terjadi
serta merta, tetapi tahap demi tahap. Kerinduan kita yang
semakin besar akan Yesus yang datang sebagai Terang Dunia, dilambangkan dengan
menyalakan lilin satu demi satu. Penyalaan lilin secara bertahap ini rupanya
juga dipengaruhi oleh tradisi Yahudi, khususnya pentahbisan
Bait Allah (Hanukkah). Pesta Hanukkah dirayakan selama delapan hari.
Delapan lilin dinyalakan satu per satu setiap hari hingga genap delapan lilin
pada hari ke delapan. Jumlah lilin ada 4 batang mengungkapkan lama masa adven
berlangsung, yakni 4 minggu .
e. Selain Korona Adven,
Gereja Katolik juga tidak mengumandangkan madah kemuliaan atau
Gloria; madah yang berkaitan dengan nyanyian para malaikat saat kelahiran
Yesus, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera
di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk 2, 14). Madah ini
akan dikidungkan pada saat Natal. Maka juga tidak tepat kalau
umat Katolik merayakan Natal pada masa adven.
.
SUMBER:
Benediktus
XVI. ” Homili, Perayaan Vesper pada hari Minggu Pertama Adven. ” Vatikan
Basilika, 2006. Online melalui website Vatikan yang tersedia. Diakses November
2010.
Mershman,
F. “Adven” Dalam The Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company,
1907.
sumber : “The Symbolism of the
Advent Wreath” by Father Peffley; Father Peffley’s Web Site;