Monday, 17 November 2014

APAKAH KAMU Percaya?, Khotbah Minggu 23 November 2014 Ujung Taon Parhuriaon/ Parningotan ni angka namonding

Yohanes 11,25-26 

Oleh ; Basar Simanjuntak


“Apakah kamu percaya?”
1. Hari ini saya mendengarkan kesaksian keluarga, tentang muzijat yang Tuhan nyatakan dalam hidup keluarga mereka. Pada usia delapan bulan kehamilan si ibu, dia terserang demam berdarah. Resiko adalah kematian ibu dan bayi bila trombosit di bawah 30rb. Namun Tuhan berkehendak lain, operasi boleh berjalan yang mustahil dilakukan pada orang yang memliki trombosit rendah, bayi yang divonis mati, beberapa saat kemudian, ketika keluarga sedang membicarakan acara penguburan, dokter menyatakan bahwa bayi itu hidup dan minta maaf karena sebelumnya telah dikatakan meninggal. Dokter itu tercengan, sambil menyandarkan tubuhnya di pintu kamar mayat berkata:’kog bisa ya?’.
2. Tuhanlah kebangkitan dan hidup, maka tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, semua boleh terjadi, kalau Tuhan telah menyatakan kuasa kehidupanNya.Bila kita berpikir bahwa kematian adalah akhir dari semua kehidupan. Mati stop atas hidup. Maka Yesus yang adalah kebangkita dan hidup berkata lain, bahwa di balik kematian itu, ada kehidupan.
3. Pada minggu ini, sesuai dengan kalender tahun gerejawi, sebagai kalender akhir tahun Gereja. Sebahagian Gereja Prostestan, khususnya yang berlatar belakang suku Batak, akhir tahun gereja ini dipakai juga sebagai saat mengenang orang-orang yang mendahului kita pergi ke rumah Bapak (“Parningotan ni angka na monding”). Dengan membacakan nama-nama yang meninggal sepanjang tahun gereja ((Nop-2008-Nop 2009) ini, hendak mengingatkan orang percaya bahwa kita juga akan meninggal seperti mereka. Im Memoriam: ingatlah akan hari kematianmu, benahi diri menyambut kedatanganNya.
4. Di akhir tahun Gereja ini banyak orang yang bersedih mengenang mereka yang dikasihinya, yang telah mendahului mereka, seperti Marta dan Maria, saudara Lazarus, di mana saudara lelaki mereka ini telah meninggal empat hari lalu saat Yesus mengunjungi mereka. Marta dan Maria meyakini bahwa Yesus sanggup memberi khidupan bagi Lazarus, seandainya Yesus lebih cepat datang. Kedua bersaudara itu juga percaya sebagaimana keyakinan Yahudi ortodoks bahwa ada kehidupan di balik kematian masa kini kita. Mereka berharap bukan kehidupan kelak, tapi kehidupan kini, seandainya Yesus bersama mereka.
5. Pernyataan mereka dijawab Yesus: dengan ‘"Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" Yesus tidak bermaksud bahwa semua orang akan hidup selamanya atau akan bangkit secara jasmaniah seperti Lazarus pada hari keempat, tapi suatu pemikiran tentang kehidupan ke dua, hidup dalam pemeliharaan Allah di rumah kekekalan. Orang kristen akan mengalami kematian jasmani seperti orang lain, tapi kita mengimani makna hidup di dalam Yesus melebihi arti yang jasmaniah.
6. Bila kematian adalah stop dari kehidupan dalam pemahaman duniawi kita, tapi bagi orang percaya kematian menjadi awal baru, awal kehidupan di rumah kekal. Maka tidak heran kalau Daud dalam mazmurnya (Mzm 23,6; 27,4) berkata: aku rindu berdiam di rumah Bapak, karena tujuan hidupnya bukanlah di dunia ini tapi ke rumah yang kekal.
7. Pemikiran Yesus tentang kematian, dalam dosa: “Jika seseorang mati di dalam dosa, dia akan kehilangan sesuatu yang berharga dalam kehidupan, Aku dapat menghidupkan ia kembali’. Firman ini meneguhkan kepercayaan kita bahwa kehidupan masa depan kita ditentukan oleh kemurahan Tuhan belaka. Kehidupan kita masa depan bukan hasil perjuangan kita, tetapi bagaimana kita merespon kebaikan Tuhan di masa kini dengan mengisi hidup kita dengan yang baik, sehingga kita boleh bersama orang yang percaya dan memenangkan pertarungkan di dunia bersekutu di depan takhta Bapak (bnd. Epistel: Wahyu 7,9-17).
8. Yesus berkata pada Marta dan Maria: “Akulah kebangkitan dan hidup”. Pernyataan ini menjamin hidup kita, tapi sekaligus mengingatkan kita supaya tidak menangisi kematian itu, sebab melalui Yesus masih ada pertemuan raya di rumah Bapak, sebagaimana nyanyia dalam BE ‘sai masipaidaan do na porsea i, dung sahat be langkana tu hasonangan i, tu hasonangan i...’. Kematian bukanlah akhir, walau kita stop melakoni hidup, tapi di balik kematian ada hidup, dan kita sampai ke tempat pertemuan itu melalui Yesus yang membawa keselamatan dengan kebangkitanNya sebagai awal kebangkita semua orang.
9. Im Memoriam: Ingatlah kematianmu, benahilah dirimu, sambutlah Dia, JuruSlamatmu! 
Sumber ; pertungkoan 

No comments:

Post a Comment