BAHAN
SERMON PARHALADO HKBP
RESORT KISARAN
MINGGU
UJUNG TAON PARHURIAON, 20
NOPEMBER 2022
Nats
: 1 Korintus 15 : 50 - 58
ALLAH MEMBERIKAN KITA
KEMENANGAN OLEH YESUS KRISTUS
Bagian ini merupakan penghujung dari pembahasan Paulus tentang
kebangkitan orang-orang mati. Sebagian jemaat di Korintus menolak kebangkitan
orang mati atau kebangkitan tubuh (15:12) karena mereka terpengaruh dengan
pemikiran duniawi (15:32-33). Dari perspektif dualisme Yunani yang menganggap
tubuh (materi) sebagai elemen yang buruk, kebangkitan tubuh memang sukar untuk
dipahami, apalagi diterima. Mengapa sesuatu yang “buruk”
kelak perlu dikembalikan lagi? Bagaimana tubuh seperti sekarang bisa cocok
dengan dunia roh kelak?
Jawaban Paulus terhadap persoalan ini cukup
panjang (dari 15:1). Jawaban yang lebih spesifik dan konkrit mulai diberikan di
ayat 35 Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: “Bagaimanakah
orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?”).
Realitas sehari-hari menunjukkan bahwa perubahan wujud (“tubuh”)
sangat dimungkinkan (15:37-38). Allah sudah menyediakan tubuh yang khusus untuk
keberadaan yang khusus pula, termasuk kemuliaan yang khusus bagi masing-masing
tubuh (15:39-41). Hal yang sama berlaku pada tubuh kita. Dari Adam, kita
mewarisi tubuh alamiah yang bisa binasa; di dalam Kristus, kita akan
mendapatkan tubuh rohaniah yang kekal (15:42-49).
Teks khotbah ini membawa uraian Paulus lebih
maju selangkah. Ada pemikiran baru yang ditambahkan. Paulus menyadari kesulitan
yang dihadapi oleh jemaat Korintus seputar kebangkitan tubuh. Memang sukar
untuk membayangkan bahwa tubuh yang sekarang ini akan tetap ada sampai kita
kelak berada di surga dengan dimensi rohaninya. Paulus “mengamini”
pandangan mereka dengan berkata: “daging dan
darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak
mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa” (ayat 50).
Ayat ini berbentuk paralelisme sinonim. Frasa “daging dan
darah” sejajar dengan “yang
binasa”, sedangkan “Kerajaan
Allah” sama dengan “yang
tidak binasa”. Yang ingin disampaikan adalah ini:
tubuh kita yang sekarang, entah kita berada dalam keadaan hidup atau mati,
memang tidak cocok untuk Kerajaan Allah. Tidak masuk akal apabila sesuatu yang
dapat binasa bisa berada dan bertahan dalam suatu realitas yang tidak dapat
binasa.
Kalau demikian, bagaimana tubuh kebangkitan
dapat dimungkinkan? Di mata Paulus, kunci untuk persoalan ini merupakan sebuah
rahasia (ayat 51) yang merujuk pada sesuatu yang dahulu masih tersembunyi
tetapi di kemudian hari dibukakan. Pembukaan rahasia ini terletak pada karya
Kristus (ayat 45-49). Tanpa Kristus, misteri ini tidak akan terbuka dan
dipahami. Melalui kebangkitan Kristus, kita bisa mendapatkan gambaran yang
lebih jelas tentang perbedaan antara tubuh lama dan baru. Ada kesinambungan
dengan yang lama, namun tidak mungkin persis sama.
Bagaimana dan kapan perubahan tubuh terjadi?
Transformasi ini ditandai dengan beberapa karakteristik, yakni:
-
Terjadi melalui kuasa ilahi (ayat 51, 52). Bentuk pasif yang tanpa subjek
eksplisit menyiratkan suatu pekerjaan ilahi.
-
Terjadi dalam sekejap ( ayat 52). Kata ini merujuk pada sesuatu yang tidak bisa
dipecahkan lagi, berarti waktu tersingkat yang dapat dibayangkan. Dalam
ungkapan modern biasa disebut “dalam sekejap
mata”.
-
Terjadi pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali (ayat 52). Nafiri terakhir
biasanya berkaitan dengan tradisi eskhatologis.
-
ada kesinambungan antara tubuh lama dan tubuh baru (ayat 53). Ayat ini
menyediakan gambaran yang agak konkrit tentang transformasi tubuh. Tubuh yang
lama tidak dimusnahkan, hanya diberi “pakaian yang
baru” (lihat kata “mengenakan”
).
Perubahan ini pasti terjadi (ayat 54-55). Apa yang akan terjadi
sebenarnya sudah lama direncanakan oleh Allah. Momen itu akan menggenapi (ayat
54b). Pertanyaan retoris “Hai maut, di manakah kemenanganmu, hai
maut di manakah sengatmu?” berasal dari Hosea 13:14. Dalam
konteks asli, dunia orang mati (Sheol) dan kematian (maut) berkaitan dengan
penghukuman bagi kejahatan Efraim. Dari perspektif kebangkitan Kristus,
kejahatan dan maut telah dikalahkan. Apa yang sebelumnya merupakan berita
penghukuman bagi umat Tuhan, sekarang justru berubah menjadi ejekan bagi maut
sendiri. Kristus sang Terang, menerangi kegelapan. Di dalam Kristus dan
karyaNya yang sempurna membuat apa yang masih tersamar dalam Perjanjian Baru
menjadi terang-benderang, termasuk tentang kematian dan segala yang berhubungan
dengan kematian.
Minggu akhir tahun gerejawi biasanya dipakai sebagai momen untuk
mengenang saudara/saudari (jemaat) yang meninggal dalam satu tahun terakhir.
Hal ini dilakukan untuk mengingatkan bahwa kita yang masih hidup juga pada
saatnya akan mengalami hal itu.
Melalui
khotbah kita hari ini, kita diingatkan untuk:
1.
Tetap takut akan Allah walaupun kadang cara kerja Allah tidak dapat kita
mengerti.
2. Kristus
membuat keselamatan menjadi terang
3. Apa yang
telah dilakukan Kristus diresponi dengan tetap setia kepadaNya ( I Kor 15:58 )
No comments:
Post a Comment