Evangelium:
BILANGAN 24: 15-17
Epistel:
Wahyu 22: 16-20
1.
Kitab keempat dari lima kitab Taurat ini
melanjutkan sejarah umat Israel yang keluar dari Mesir dan yang sedang
diper-siapkan untuk masuk ke Tanah Perjanjian, Tanah Kanaan. Di empat pasal
pertama, kita bertemu dengan beberapa pengaturan umat di sekitar perkemahan
mereka di kaki Gunung Sinai. Ada sensus umum yang menghitung jumlah laki-laki
berumur 20 tahun ke atas yang dianggap sanggup berperang, dari masing-masing
suku kecuali suku Lewi, yang dikhususkan untuk pelayanan kemah suci (ps. 1).
Dilanjutkan dengan sensus khusus suku Lewi dan pembagian tugas pelayanan
masing-masing puak di ps. 3-4. Pasal dua membicarakan pengaturan perkemahan
mereka yang dipusatkan pada bangunan Kemah Suci.
Kitab
Bilangan unik karena mengandung beragam genre/jenis sastra. Ada
peraturan-peraturan Taurat baik yang bersifat ritual maupun aturan-aturan
sehari-hari yang dijabarkan dengan rinci (ps. 5-6, 7, 8, 27-30). Ada daftar
sensus masing-masing suku (ps. 1, 26). Ada narasi perjalanan Israel dan
berbagai hambatan ketika hendak menuju Tanah Kanaan (ps. 10-25). Ada
puisi-puisi di dalam penceritaan narasi tersebut (ps. 23-24). Ada daftar
kota-kota atau daerah-daerah yang disinggahi Israel dalam perjalanan mereka di
padang gurun menuju Tanah Kanaan (ps. 33). Beberapa peraturan baru dicatatkan
pada pasal-pasal terakhir kitab ini. Secara sejarah, kitab ini mengisahkan
generasi pertama Israel yang keluar dari Mesir akhirnya tak dapat masuk ke
Tanah Perjanjian karena ketakpercayaan dan pemberontakan mereka terhadap Tuhan.
Sedangkan generasi kedua, yang ketika keluar dari Mesir masih di bawah 20
tahun, dipersiapkan untuk masuk ke Tanah Kanaan.
Secara
teologis, kitab ini menyajikan hukuman dan anugerah Tuhan kepada umat yang
bebal. Generasi pertama dihukum tidak menerima warisan Tanah Perjanjian.
Generasi kedua yang sama bebalnya, dianugerahi kesempatan untuk menikmati
warisan tersebut. Pemeliharaan Allah nyata atas umat yang sebenarnya tak layak
menerimanya, tetapi pada saat yang sama mereka tetap bertanggung jawab untuk
setia dan bersandar pada Tuhan.
2.
Bileam bin Beor bukanlah orang Israel melainkan ia
berasal dari Petor di tepi sungai Efrat (Bilangan 2:6). Ia dikatakan sebagai
nabi palsu yang membawa kesesatan dan perusak bagi umat TUHAN (Bil. 31:16, bnd.
Wahyu 2:14,15), namun demikian ia mengenal TUHAN Allah (Bil. 22:8). Nama Bileam
di dalam Bilangan 22-24 memberikan isyarat yang sangat penting yaitu TUHAN yang
tetap menjaga janji-Nya kepada nenek moyang Israel dan keturunannya sebagai
umat perjanjian-Nya, mereka akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa, dan bangsa-bangsa
yang berusaha untuk menggagalkan tujuan itu akan dikutuk. TUHAN tidak akan
mengijinkan Bileam mengutuki Israel karena permintaan Balak raja Moab.
Demikianlah Bileam memandang Israel sebagai sebuah bangsa yang diam di antara
bangsa-bangsa lain dan Israel pada akhirnya ada di dalam kemakmurannya (Bil.
23:9-10). Bahkan melalui wahyu-Nya TUHAN, Bileam melihat ke depan suatu pribadi
yang akan datang yaitu bintang dari Yakub dan ia akan menghancurkan
musuh-musuhnya dan memerintah atas bangsa-bangsa (Bil. 24:17,19).
3.
Nubuatan Mesias di dalam ucapan Bileam.
Di dalam Bilangan 23-24 ada
tujuh ucapan Bileam yang dicatat, di mana ketujuh ucapan Bileam tersebut
berkenaan dengan nasib bangsa Israel dan nasib bangsa-bangsa lain. Beberapa di
antaranya yang merupakan garis besar struktur dari ucapan Bileam di dalam
Bilangan 23-24, yaitu:
a.
Ucapan Bileam pertama (Bil. 23:7-10)
Ucapan
Bileam yang pertama ini menekankan akan keunikan berkat yang dimiliki Israel
yang berbeda dengan bangsa lain dan ucapan kutuk atas Israel yang diminta Balak
raja Moab tidak akan mungkin terjadi karena TUHAN yang berdaulat atas Israel.
b.
Ucapan Bileam kedua (Bil. 23:18-24)
Tema
dari ucapan Bileam kedua ini menekankan bahwa TUHANlah yang menjadi sumber
berkat bagi Israel bukan manusia. Allah berbeda dengan manusia dan Firman-Nya
berbeda dengan perkataan manusia. Dia yang membebaskan Israel dari Mesir dan
memberi kekuatan bagi umat Allah. Karena Allah, umat Allah mengalami
kemenangan.
c.
Ucapan Bileam ketiga (Bil. 24:3-9)
Bagian
ini menekankan bahwa berkat atas Israel adalah sesuatu yang mutlak (absolut).
Ia menubuatkan ke depan akan gambaran kemuliaan Israel di tanah perjanjian dan
Allah menyatakannya itu melalui visi yang Allah berikan kepada Bileam.
d.
Ucapan Bileam keempat (Bil. 24:15-19)
Adalah
klimak dari ucapan Bileam pada Bilangan 23-24. Klimak berkat atas Israel
berpusat kepada dia yang akan datang sebagai pembebas bagi umat Allah.
e.
Akhir dari Ucapan Bileam (Bil. 24:21-23)
Di
akhir ucapan Bileam ini ada tiga ucapan Bileam dicatat pada Bilangan
24:21-23, di mana ketiga ucapan Bileam ini menubuatkan akan kejatuhan
bangsa-bangsa lain sebagai penghakiman Allah atas mereka.
Dari
salah satu ucapan Bileam di atas yaitu ucapan Bileam yang keempat melalui visi yang
TUHAN Allah bukakan kepada Bileam, janji kedatangan seseorang yang akan
membebaskan umat Allah dan menghancurkan musuh-musuhnya akan datang dari Yakub.
Bagi
bapak gereja mula-mula maupun pandangan Yahudi mula-mula melihat bahwa
”bintang” yang dikatakan terbit dari Yakub dan ”tongkat” kerajaan timbul dari
Israel ditujukan hanya kepada Mesias bukan kepada Daud (dalam beberapa
penafsiran, terjadi perdebatan para teolog tentang “bintang” dan “tongkat”
dalam ay. 17. Ada yang mengatakan bahwa itu hanya menghunjuk kepada Daud dalam
kerajaannya, ada yang menghunjuk kepada kedatangan Mesias, yaitu Yesus Kristus).
Berikut
salah satu pandangan bapak gereja mula-mula yaitu Justin Martir di dalam
perkataannya mengenai Bilangan 24:17 dikaitkan dengan Yesaya 11:1, 51:5 “…A
star shall rise out of Jacob, and a flower will come forth from the root of
Jesse, and upon his arm will the nations hope. The shining star has risen and
the flower has grown from the root of Jesse–this is Christ. For he was by the
power of God conceived by a virgin of the seed of Jacob, who was the father of
Judah, the father of the Jews, as been explained; Jesse was his ancestor,
according to the oracle, and he was the son of Jacob and Judah by lineal
succession”. Justin, the Martyr, “The First Apology,” The Library of
Christian Classics, Vol. I. Early Christian Fathers, trans. and ed. by Cyril C.
Richardson (Philadelphia: The Westminster Press, 1953).
(terjemahan
bebas: “… Sebuah bintang akan bangkit keluar dari Yakub, dan bunga akan muncul
dari akar Isai, dan pada lengannya bangsa-bangsa akan berharap. Bintang yang
bersinar telah bangkit dan bunga telah tumbuh dari akar Isai – ini adalah
Kristus. Karena Dia oleh kuasa Tuhan dikandung oleh seorang perawan dari
keturunan Yakub, yang adalah ayah Yehuda, ayah dari orang Yahudi, sebagaimana
dijelaskan; Jesse leluhurnya, menurut ramalan, dan dia adalah anak Yakub dan
Yehuda sesuai dengan garis suksesi”).
Akan
tetapi di antara para studi Perjanjian Lama sendiri mereka memiliki pandangan
atau penafsiran yang berbeda ketika mereka mengartikan siapakah bintang terbit
dari Yakub? Mereka mempertentangankan hal ini dan menyebutkan bahwa janji itu
hanya tertuju kepada Daud dan tidak secara jelas ditujukan kepada Mesias. Salah
satunya adalah David W. Kerr di dalam bukunya ”Numbers”, The Bible Expositor:
The Living Theme of the Great Book menuliskan sebagai berikut: “It is better
to see the fulfillment of this prophecy in David, the king of Israel who did
actually crush both Moab and Edom. The ideal can be transferred to the Messiah
only in the sense that the throne of David prefigured the rule of Jesus Christ
over an infinitely greater kingdom”).
(terjemahan
bebas, “Lebih baik untuk melihat pemenuhan nubuat ini dalam Daud, raja
Israel yang melakukan benar-benar menghancurkan baik Moab dan Edom. Idealnya
hal itu menghunjuk hanya kepada Mesias dalam arti bahwa takhta Daud sebagai
“prefigured” Yesus Kristus atas kerajaan yang jauh lebih besar”).
Ucapan
Bileam yang mengatakan akan terbit bintang dari Yakub dan tongkat kerajaan
timbul dari Israel adalah menunjuk kepada Mesias karena sekalipun ”bintang” dan
”tongkat” sebagai simbol kerajaan dapat menunjuk kepada Daud akan tetapi
penggenapannya hanya tertuju kepada figur yang lebih besar dari Daud yaitu
Mesias. Dua kata benda ini ”bintang” dan ”tongkat” lambang kekuasaan dan
menjadi metafora untuk seorang raja tidak dapat dikatakan menjadi milik dinasti
Daud melainkan kepada Mesias, karena kalimat itu tidak disebutkan untuk suatu
keluarga kerajaan melainkan kepada satu pribadi yaitu Daud atau Mesias. Oleh
karenanya kalimat ini jelas hanya menunjuk kepada Mesias sebagaimana halnya
nabi-nabi selalu mengharapkan penaklukan atas bangsa-bangsa ada di dalam era
Mesianik (Yes. 16:13; 25:9-10; Yer. 48:24; Yeh. 25;12; Maz. 137:7).
Maka
Bileam seorang penyembah berhala melalui wahyu-Nya TUHAN melihat bahwa Israel
akan memiliki pembebas yang akan datang yaitu Dia yang adalah ”bintang” dari
Yakub dan ”tongkat” kerajaan ada padanya akan membawa kemenangan bagi umat
TUHAN atas musuh-musuhnya. Kepada Dia yang akan datang itu umat TUHAN akan
menemukan pengharapannya untuk menikmati berkat yang telah dijanjikan itu.
Moab, Edom, dan bangsa-bangsa lain tidak dapat mengutuki bahkan menghancurkan
umat perjanjian-Nya melainkan bangsa-bangsa lain akan dihakimi dan
dihancurkan. Dia yang akan datang itu tidak hanya menghancurkan Moab dan
keturunan Set serta berkuasa atas Edom melainkan juga penghukuman dan
kekuasaannya berpengaruh hingga atas bangsa-bangsa lain.
4.
Bileam kemudian mengucapkan sanjaknya
yang menjadi Nas Evangelium pada Minggu Advent I, tanggal 29 November 2009 ini.
Bileam menggambarkan dirinya sebagai ”orang yang mendengar firman Allah, dan
yang beroleh pengenalan akan Yang Mahatinggi, yang melihat penglihatan dari
Yang Mahakuasa, sambil rebah, namun dengan mata tersingkap”.
Perkataan
Bileam ini mengumumkan kedatangan seorang raja yang besar dari Israel (Bil.
24:15-19), setelah dia memperkirakan kekalahan Amalek, Kenite, dan Asyur dan
Eber (24:20-25). Bileam berkata bahwa “dia melihatnya, tapi tidak sekarang,”
dan “dia memandangnya, tapi tidak dari dekat” (24:17). Kata kerja yang sama
(“see”) di sini digunakan juga dalam 23:9, 21a. Di sini Bileam berbicara tidak
di masa itu, tapi mengenai masa depan. Perkiraan Bileam mengenai kebangkitan kerajaan
Daud. ‘Bintang’ merujuk pada Daud yang mengalahkan orang Moab (Bil. 24:17; 2
Sam. 8:2) dan orang Edom (Bil. 24:18; 2 Sam. 8:13, 14; 1 Raja 11:15, 16; 1 Taw.
18:12, 13). Nubuat ini menjanjikan bakal bangkitnya bangsa Israel, sebuah
tongkat dan bintang dari Yakub/Israel. Ini adalah lambang untuk pemerintahan
raja-raja, menunjukkan pada kerajaan Daud (Kej. 49:10). Di bawah kepemimpinan
Daud orang Israel berlimpah dan bangsa-bangsa di sekitarnya tunduk dan
membawakan upeti (mis. 2 Sam. 8:2, 6). Tapi, nubuatan tidak selesai sampai di
sini, penggunaan istilah ‘bintang’ lebih dari sekedar merujuk pada seorang
penguasa, tapi menghubungkan penguasa itu dengan realitas kelahiran Yesus
Kristus. KelahiranNya dihubungkan dengan peristiwa perbintangan (Mat 2:2) dan
dia menerima nama “Surya Pagi” (Luk. 1:78-79; Why. 22:16) dalam hubungan dengan
keturuannya dari garis keturunan Daud. Jadi Jelas Bileam mengabarkan, bahwa
dalam tangan TUHAN ada masa depan yang lebih baik.
Tidak
ada kekuatan apa pun yang dapat menghalangi gerak maju Allah dalam mewujudkan
rencana-Nya di dunia ini, khususnya dalam kehidupan umat-Nya!
Untuk
ketiga kalinya Allah menaruh ucapan berkat ke dalam mulut Bileam, yang
sebenarnya dibayar oleh Balak untuk memberondongkan kutuk dari kekuatan
tenungnya. Dalam ucapan ketiga (3-9), Bileam memuji-muji keindahan, kelimpahan,
dan kekuatan Israel (5-7a).
Dengan menggunakan gambaran kemah, lembah, pohon gaharu, pohon aras dan air,
hal tersebut ia paparkan karena Allah sendiri menjadi pembebas, pelindung (8),
dan pemberdaya Israel. Janji Allah kepada Abraham kini diteguhkan ulang oleh
Allah melalui nubuat Bileam (9b, bnd. Kej. 12:3).
Sesudah
dimarahi oleh Balak untuk kesekian kali, Bileam lalu tunduk pada kedaulatan
Allah. Mengalirlah ujaran kelima sampai ketujuh (15-19, 20, 21-22, 23-24).
Dalam nubuat keempat yang menjadi inti dan puncak dari rangkaian nubuat Bileam,
Allah membentangkan tindak penyelamatan yang akan Dia lakukan. Nubuat tersebut
kita kenal sebagai nubuat mesianis, sebab membicarakan tentang bintang dan
tongkat kerajaan yang akan keluar dari keturunan Yakub (17).
Hal itu akan terjadi jauh di depan zaman Bileam (17a). Kini kita tahu bahwa
Yesus Kristus, Sang Mesias, yang dibicarakan di sini.
Sesudah mengucapkan nubuat mesianis, Bileam kembali diberi Tuhan kata-kata yang
membentangkan kejayaan Israel dalam zaman tersebut. Israel akan berhasil
menaklukkan tanah perjanjian karena Tuhan. Bangsa-bangsa akan takluk pada
tindakan-tindakan Allah dalam sejarah (20-24).
Dalam
kitab Bilangan pasal 24:17, Tuhan memelintir mulut Bileam sehingga ia
mengucapkan firman yang bukan kutuk melainkan nubuatan tentang kedatangan Sang
Mesias. Katanya, “Aku melihat dia (Mesias) tetapi bukan sekarang; Aku memandang
dia tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul
dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab dan menghancurkan semua anak
Set.
Bileam
adalah seorang yang dihinggapi Roh Allah. Kata-katanya diterima sebagai
kebenaran terlebih oleh orang Moab. Pastilah apa yang telah terjadi antara Balak
dan Bileam menjadi buah bibir turun-temurun. Sangatlah gampang untuk
menafsirkan nubuatan Bileam bahwa nanti akan datang seorang pemimpim bangsa
Yahudi yang memiliki kemampuan membinasakan semua anak Set. Nubuatan Bileam
mengenai seorang yang akan datang, “aku melihatnya tetapi bukan sekarang,”
Seorang pemimpin yang kelahirannya ditandai dengan bintang.
Sangatlah
masuk akal untuk menafsirkan bahwa orang Majus dari Timur itu adalah orang Moab
yang telah sangat terkesan dengan nubuatan Bileam, orang yang semua
perkataannya sangat mereka hormati. Lagi pula Bileam sendiri tentu lebih
terkesan lagi karena ia rasakan sendiri bagaimana ia terkendali secara illahi
dalam mengucapkan nubuatan tersebut.
Ia
pasti akan mengulanginya dan menegaskannya kepada masyarakat bahwa jika mereka
melihat bintang yang ajaib maka itu sebuah pertanda kelahiran seorang raja
Yahudi yang akan menguasai seluruh dunia. Terhadap dia lebih baik kita
mengantar upeti daripada mencari gara-gara.
Di dalam Perjanjian Baru apa yang menjadi nubuatan
Bileam bagi umat TUHAN dan juga bagi bangsa-bangsa telah menemukan
penggenapannya di dalam peristiwa kelahiran Kristus di kota Betlehem.
Kelahiran-Nya ditandai dengan ”bintang” dari Timur sebagai lambang atau simbol
bagi seorang raja. Walaupun ”bintang” ini (Mat. 2:2) tidak secara pasti apakah
identik sama dengan ”bintang” yang Bileam katakan (Bil. 24:17) akan tetapi
tetap Dia yang dimaksudkan di dalam perkataan Bileam yaitu Mesias yang akan
datang itu telah digenapi di dalam peristiwa kelahiran Kristus di kota Betlehem
dan orang-orang Majus bertanya-tanya ”Dimanakah Dia, raja orang Yahudi yang
baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang
untuk menyembah Dia”. Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia
beserta seluruh Yerusalem (Matius 2:2-3). Kelahiran-Nya yang ditandai dengan
”bintang” Betlehem sungguh menggentarkan hati orang-orang Majus akan tetapi
kegentaran hati orang-orang Majus menjadi sukacita mereka atas kelahiran-Nya.
Namun bagi Herodes maupun bagi bangsa-bangsa lain yang meragukan kedatangan-Nya
itu tetap menggentarkan hati mereka akan tetapi kegentaran hati mereka
sesungguhnya menjadi penghakiman atas mereka. Mesias yang dinantikan itu,
raja dari keturunan Yehuda yang dijanjikan bagi umat perjanjian-Nya sungguh
menjadi sukacita bagi umat TUHAN yang ada di dalam kekelaman yang kini digenapi
di dalam peristiwa kelahiran-N