Sunday, 24 November 2013

Terimakasih Guru ku, HUT PGRI 25 November 2013





Oleh : Budianto Sianturi 
GURU ; Garam Untuk Rakyat Umum
Arti penting dan Mulianya pendidikan, harus memperkuat akses layanan pendidikan untuk tahun 2045 . Merekalah yang akan memmpin bangsa ini, Memberikan Pelayanan pendidikan sedini mungkin . Demikian kata sambutan Menteri Pendidikan yang dibacakan Kepala Sekolah SD HKBP Maranatha Wahidin Baru Rusmina Sagala S.Pd Hari Guru yang diperingati setiap tahun pada tanggal 25 November mempunyai dua makna. Pertama merupakan pengakuan terhadap profesionalisme guru. Kedua merupakan refleksi terhadap apa yang telah dicapai oleh organisasi guru dan individu guru dalam menjalankan tugasnya, sekaligus merupakan “antisipasi” terhadap langkah yang harus diambil bagi guru dan organisasi guru untuk menegaskan prefisionalisme guru ke depan.. Guru Harus mampu mengembangkan Motivasi, inovatif dan kode etik yang harus di junjung tinggi.
Dalam perspektif pedagogis guru merupakan suatu konsep yang menggambarkan sosok pribadi mulia yang menjalankan peran mengajar. Dalam tulisan ini mengajar mempunyai dua arti yaitu transferring dan transforming. Mengajar dalam arti transferring yaitu “memindahkan” informasi yang disebut ilmu pengetahuan kepada para siswa yang diajarnya, sedangkan mengajar dalam arti transforming yaitu menamkan nilai budaya positif kepada para siswa yang diajarnya. Dalam menjalankan peran kedua, guru tidak hanya mengajarkan tetapi sekaligus menjadi suri tauladan bagi siswanya. Kedua peran ini diekspresikan secara puitik dalam lirik Hymne Guru sebagai berikut:
     “Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
      Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan”
Tentunya saja kita tidak bisa, atau bahkan tidak berhak,  menilai bahwa peran transfering lebih penting daripada peran transforming, atau sebaliknya peran transforming lebih penting daripada peran trasnfering. Keduanya mempunyai peran yang setara karena membentuk keseimbangan antara kompetensi nalar dan kompetensi kepribadian bagi para siswa. Keduanya terangkum dalam hasil pendidikan yang sekarang ini menjadi topik pembicaraan yaitu siswa berkarakter.
Dalam konotasi guru seperti yang diketengahkan di atas, maka sosok guru tidak hanya berarti figur yang berdiri di depan ruang kelas dalam suatau lembaga yang disebut dengan sekolah, tetapi juga mereka yang melakukan fungsi mengajar meskipun tidak berada di dalam gedung sekolah. Mereka adalah tutor yang bertugas mengajar anak-anak yang terdaftar pada Kelompok Belajar (Kejar) Paket A dan B. Mereka yang mengajar anak-anak jalanan juga berhak mendapat predikat sebagai guru meskipun mereka melaksanakan tugas mengajarnya di bawah kolong jembatan. Predikat guru juga berhak disandang oleh mereka yang mengajar anak-anak dengan berkebutuhan khusus. 
Perbedaan konteks tempat mengajar tidak membedakan predikat mereka sebagai guru. Hal ini lain menjadikan mereka sama-sama berhak menyandang predikat sebagai guru karena dua faktor yaitu dedikasi dan profesionalisme. Dedikasi tidak hanya diukur dengan waktu yang dicurahkan untuk mengajar, tetapi pada kesetiaan mereka untuk melakukan peran mengajar.
Profesionalisme secara epistimologis berarti melakukan pekerjaan sesuai dengan kriteria professi. Profesionalisme guru adalah kompentensi untuk melakukan tugas mengajar secara efektif. Dalam melakukan tugasnya guru tidak boleh membedakan siswa berdasarkan agama, suku bangsa, dan latar belakang ekonomi orangtua. Namun demikian membedakan berdasarkan minat dan bakat siswa merupakan keniscayaan bagi seorang guru untuk melakukan tugas mengajarnya. Membedakan berdasarkan  minat dan bakat tidak dianggap sebagai tindakan diskrimantif.
Profesionalisme jabatan guru tidak bersifat statis, tetapi dinamis. Implikasi dari hal ini adalah guru perlu senantiasa  meningkatkan kompetensinya. Untuk menjaga profesonalisme, setiap guru harus selalu mengembangkan kompetensinya. Kapan harus berhenti meningkatkan kompetensinya?. Pada saat tidak lagi menjadi guru. Pada dasarnya peningkatan kompetensi tidak ada batasnya, sepanjang masih menjadi guru, selama itu kompetensi perlu terus ditingkatkan.
Jika kita menyimak media massa, terutama media cetak banyak sekali kritik dilontarkan kepada guru. Dari sudut pandang positive thinking, lontaran kritik tersebut bukan bersifat pribadi dan bukan ungkapan rasa benci, tetapi sebaliknya justru karena penghargaan terhadap profesi guru. Anggota masyarakat justru merasa bahwa peran guru yang sangat startegis untuk menghantarkan generasi sekarang ke masa depan bangsa yang lebih cermerlang.
Tahun 2045 merupakan tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia. Pada tahun itu, bangsa Indonesia tidak hanya merayakan 100 tahun terbebas dari penjajahan, tetapi Bangsa Indonesia juga dengan lantang menyatakan kemandiriannya baik secara ekonomi maupun politik. Generasi yang sekarang, terutama yang berada pada jenjang pendidikan dasar, akan menjadi generasi yang memimpin pada tahun 2045. Mereka menanti uluran tangan guru profesional untuk berdiri tegak sejajar dengan bangsa lain.
               
GURU ; Gagasan, Usaha, Rasa dan Usaha
Peringatan hari guru yang jatuh pada tanggal 25 Nopember bisa dijadikan memontum untuk merefleksi apa yang telah dilakukan para guru ataupun para calon guru selama ini. Guru yang dalam bahasa jawa bisa difilosofiskan sebagai seorang yang bisa digugu dan ditiru yang maksudnya dipercaya, dianut dan ditauladani. Maka timbul pertanyaan sudahkah sebagai seorang guru ataupun calon guru saat ini tutur kata atau sikap sudah bisa  dipercaya, dianut dan ditauladani?
Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani yang artinya  di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan adalah sebuah kalimat yang dicetuskan Ki Hajar Dewantara bapak pendidikan Indonesia. Kalimat tersebut memang seharusnya menjiwai semangat mengajar dan mendidik para guru pada era sekarang.
GURU itu sendiri yaitu gagasan, usaha, rasa dan utama. Sebagai sorang guru harus dipenuhi dengan gagasan atau ide kreatif untuk menjadikan peserta didiknya lebih berkembang. Ide tersebut harus disertai dengan usaha yang maksimum untuk mewujudkannya. Ide dan usaha tersebut harus dilandasi dengan rasa atau empati sehingga ilmu yang dimiliki akan mengarah ke jalan yang positif. Kalau ketiganya sudah berjalan dengan baik maka keutamaan yang akan didapat.
Terimakasih Untuk Para Ibu Guru ku yang telah mengajar kami, DI Sekolah , Di Gereja
Puisi ; Oh Guruku
Guruku…….. Sosokmu begitu bijaksana bagiku Kesederhanaanmu membuatku mengerti Dedikasimu begitu tinggi Rasa kasih sayangmu begitu besar Oh guruku…………………… Sikapmu………………………………. Ucapanmu…………………………………… Sapamu………………………………………………… Canda tawamu……………………………………… Senyumanmu………………………………………… Selalu menjadikan aku semangat untuk maju Terima kasih wahai engkau guruku Engkau tlah relakan waktu dan tenagamu untukku Engkau mengajari ku dengan ikhlas Terima kasih …………………………………………………… Sujudku mohon maaf dan do’amu
Terimakasih Untuk Guru guruku : Dari SD –SMP-SMA-PERGURUAN TINGGI
HIMNE GURU
Terpujilah wahai Ibu Bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir didalam hatiku
S'bagai prasasti terimakasihku 'ntuk pengabdianmu
Engkau bagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa

No comments:

Post a Comment