Pengantar
Pada pertemuan ini pengajar membimbing
peserta memahami proses muncul dan berkembangnya kredo-kredo atau
pengakuan-pengakuan iman gereja, yang berfokus pada Pengakuan Iman
Rasuli. Sesuai dengan konteks munculnya dan penggunaannya dalam gereja
sekarang ini, peserta diajak untuk mengkritisi fungsi dan kegunaan kredo
atau pengakuan iman dalam hidupnya sebagai warga GPIB.
Uraian Materi Pembelajaran
Pengakuan iman adalah ungkapan yang digunakan untuk menerjemahkan istilah Latin, credo (Inggris creed, di-Indonesia-kan dengan “kredo”), yang berarti “Aku percaya” Istilah
kredo atau pengakuan iman ini digunakan untuk menunjuk pada pernyataan
iman, pokok-pokok ringkas kepercayaan Kristen, yang diterima umum oleh
semua gereja. Atas dasar itu, kredo (pengakuan iman) tidak
digunakan untuk pernyataan iman yang berkaitan dengan suatu denominasi
gereja. Pernyataan iman suatu denominasi gereja lazimnya disebut konfesi (confession).
Jadi, kredo (pengakuan iman) mengacu pada keseluruhan gereja
(oikumenis), yang berisi pernyataan-pernyataan kepercayaan yang diterima
oleh semua gereja. Sebuah kredo (pengakuan iman) telah diterima sebagai
suatu ringkasan pokok-pokok iman Kristen yang formal dan universal.
Di kalangan gereja pada masa patristik (bapa-bapa gereja, 100-451) kata Yunani symbolum atau Latin symbola
(: simbol, lambang, tanda pengenal) digunakan untuk menunjuk pada kredo
(pengakuan iman) yang diterima gereja dan wajib dipegang oleh semua
orang Kristen. Ada tiga kredo atau pengakuan iman dari gereja masa itu
yang diterima secara universal di seluruh gereja, dan karena itu disebut
ketiga simbol oikumenis. Ketiga simbol oikumenis itu adalah: Symbolum Apostolicum (Pengakuan Iman Rasuli) yang lahir di Gereja Barat (Eropa Barat kuno dan berbahasa Latin, Symbolum Niceano-Constantinopolitanum (Pengakuan Iman Nicea-Konstatinopel) yang lahir di Gereja Timur (Eropa Timur kuno dan berbahasa Yunani) tahun 381, dan Symbolum Athanasianum (Pengakuan Iman Athanasius) yang juga disebut menurut kata pertama dalam bahasa Latin Symbolum “Quicunque” (Pengakuan Iman “Barangsiapa”).
Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Iman Necea-Konstantinopel mempunyai latar belakang pembaptisan. Di gereja mula-mula punya kebiasaan untuk membaptis mereka yang bertobat menjadi Kristen pada hari raya Paskah, menggunakan masa Sengsara (Prapaskah)
sebagai masa persiapan dan pengajaran bagi pengakuan iman di depan umum
dan komitmen para petobat itu. Persyaratan dasar bagi para petobat baru
yang mau dibaptis ialah, bahwa mereka diharuskan menyatakan imannya di
depan umum. Kredo atau pengakuan iman itu nampaknya muncul sebagai
pernyataan iman yang seragam yang harus diucapkan oleh para petobat baru
yang mau dibaptis. Baptisan itu sendiri awalnya dilayankan bagi
orang-orang dewasa. Orang-orang yang akan dibaptis harus menyatakan
lebih dahulu apa yang dipercayai oleh gereja dalam bentuk tanya-jawab. Tanya-jawab ini di kemudian hari berkembang menjadi apa yang kini kita sebut katekese atau katekisasi (Yunani, katekhein). Pengakuan-pengakuan iman ini konteks awalnya adalah pengajaran untuk persiapan baptisan bagi para calon baptis (katekumen).
Konteks baptisan itu nampak dari strukturtrinitas pengakuan pengakuan
iman itu. Baptisan dilayankan dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
dan karena itu pengakuan iman disusun sesuai dengan ketiga unsur itu.
Rumusan-rumusan pengakuan iman mulai
menjadi tetap pada abad ke-2. Menurut Bernhard Lohse, dalam bukunya
Pengantar Sejarah Dogma Kristen, pengakuan-pengakuan iman paling tua
yang ditetapkan dalam gereja adalah Pengakuan Iman Baptisan Romawi yang tua, yang umum disebut sebagai Romanum. Bentuk mula-mula dari pengakuan iman ini adalah sebagai berikut:
- “Aku percaya di dalam Allah Bapa, (yang) Mahakuasa;
- Dan di dalam Yesus Kristus, satu-satunya Anak-Nya, diperanakkan,Tuhan kita,
- Dan di dalam Roh Kudus, gereja yang kudus, kebangkitan daging.”
Rumusan yang sangat sederhana itu
aslinya terdiri dari penegasan-penegasan yang bersisi tiga. Mungkin
menjelang akhir abad ke-2, definisi-definisi yang lebih tepat
ditambahkan pada unsur-unsur yang kedua dan ketiga, sehingga terbaca
sebagai berikut :
- -“Aku percaya di dalam Allah Bapa, (yang) Mahakuasa;
- -Dan di dalam Yesus Kristus, satu-satunya Anak-Nya yang diperanakkan, Tuhan kita, yang oleh Roh Kudus, dari perawan Maria, yang disalibkan di bawah Pontius Pilatus dan dikuburkan;pada hari yang ketiga bangkit dari yang mati, naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Bapa; dari mana ia akan datang untuk menghakimi yang hidup dan yang mati;
- -Dan di dalam Roh Kudus, gereja yang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan daging”
Pengakuan-pengakuan iman seperti inilah yang beredar di kebanyakan jemaat-jemaaat Kristen di Barat. Mula-mula dalam bentuk tanya-jawab (responsoris),
dan kemudian pada abad ke-3 dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Bentuk
yang menjadi baku dalam Gereja Barat adalah apa yang kini kita kenal
dalam Pengakuan Iman Rasuli. Pengakuan iman ini disusun mulai abad ke-4
hingga abad ke-10. Bentuknya seperti yang kita kenal sekarang muncul
dalam suatu tulisan di Perancis Selatan kira-kira tahun 750. Di Gereja
Timur ada pelbagai pengakuan iman yang muncul, namun yang dikenal dan
diterima umum adalah apa yang kita kenal dengan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel.
Menurut para ahli, pengakuan iman ini sebenarnya berasal dari jemaat
Yerusalem, yang kemudian ditambahkan dengan beberapa unsur yang
menegaskan keilahian Kristus dan Roh Kudus., dan ditetapkan dalam Konsili Kontantinopel (kini Istambul di Turki) thun 381. Pengakuan iman ini harus dibedakan dengan pengakuan iman Gereja Timur lainnya, yaitu Pengakuan Iman Nicea, yang sebenarnya berasal dari kota Kaesarea dan ditetapkan dalam Konsili Nicea (kini Iznik, juga di Turki) tahun 325.
Pengakuan Iman Rasuli kemungkinan besar
adalah bentuk pengakuan iman yang paling dikenal di Gereja Barat.
Pengakuan iman ini terdiri dari tiga bagian utama, yang berhubungan
dengan Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus. Ada juga bahan-bahan yang
berhubungan dengan gereja, penghakiman dan kebangkitan. Sedangkan
Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel adalah pengakuan iman yang bentuknya
lebih panjang, yang memasukkan bahan-bahan tambahan berhubungan dengan
pribadi Kristus dan karya Roh Kudus. Dalam menjawab kontroversi tentang keilahian Kristus,
Pengakuan Iman Necea-Kontantinopel memasukkan penegasan-penegasan kuat
tentang kesatuan-Nya dengan Allah, termasuk ungkapan-ungkapan “Allah
dari Allah” dan “sehakikat dengan Bapa.”
Pengakuan Iman Rasuli. Pengakuan
iman ini disebut “rasuli” karena isinya mengungkapkan pokok-pokok
pengajaran para rasul sebagaimana yang diajarkan para rasul seperti
tercermin dalam Alkitab (PB). Di kalangan gereja di Indonesia,
Pengakuan Iman Rasuli juga dikenal dengan sebutan “Dua Belas Pasal
Pengakuan Iman.” Disebut demikian karena memang pengakuan iman ini
terdiri dari dua belas pasal atau artikel, namun sebenarnya tidak
diketahui alasan persisnya. Sebutan Pengakuan Iman Rasuli pertama
diperkenalkan oleh Rufinus (seorang penulis kuno yang mati sekitar tahun
410) dalam sebuah bukunya. Ada cerita yang mengatakan bahwa pengakuan
iman itu terdiri dari dua belas artikel, karena tiap rasul mengucapkan
satu artikel. Akan tetapi, hal ini sulit untuk dibuktikan.
Mari kita perhatikan bagian-bagian besar dari Pengakuan Iman rasuli itu.
Bagian I berbunyi : Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi.
Bagian ini hendak menyatakan bahwa Allah
adalah Allah yang mahakuasa, Pencipta langit, bumi dan segala isinya,
serta yang memelihara dan memerintahnya.
………………………………………………………………………………………………
Bagian II berbunyi : Dan
kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung
daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, yang menderita di bawah
pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke
dalam kerajaan maut; pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara
orang mati, naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang
Mahakuasa, dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup
dan yang mati.
Bagian ini hendak mengatakan bahwa Yesus
Kristus adalah Anak Allah yang melalui kehidupan, kematian dan
kebangkitan-Nya – berkarya menyelamatkan semua manusia dan juga kita;
Dialah Tuhan kehidupan.
……………………………………………………………………………………………………………
Bagian III berbunyi : Aku
percaya kepada Roh Kudus; gereja yang kudus dan am; persekutuan orang
kudus; pengampunan dosa; kebangkinan daging; dan hidup yang kekal.
Bagian ini hendak mengatakan bahwa Roh
Kudus-lah yang membuat karya penyelamatan Kristus efektif dalam hidup
orang percaya, yang telah diampuni dan diberikan hidup kekal.
……………………………………………………………………………………………………………
Kepustakaan :
- Alister E. McGrath, Christisn Thology: An Introduction, second edition, Massachusetts: Blackwell Publisher Inc., reprinted 1997.
- Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, terjemahan. A.A. Yewangoe, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. Ke-4, 2001.
- Ch. De Jonge, Gereja Mencari Jawab: Kapita Selekta Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. Ke-4, 2000.
- Harun Hadiwijono, Inilah Sahadatku, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.
- Tony lane, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristen, terjemahan Corry Item-Corputty, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. Ke-4, 2001.
No comments:
Post a Comment