Sunday, 17 November 2013

Pesta Gotilon HKBP Wahidin Baru Medan 17 November 2013


Pesta Huria, sebagai Pesta Panen: Pesta Gotilon/( Panen ) Manghamauliatehon Denggan Basa ni Tuhani

Apakah Pesta Huria/gotilon dalam tradisi kekristenan di tanah Batak?
Pesta jemaat (gotilon) merupakan ungkapan syukur atas berkat dan kasih karunia Tuhan yang menjaga, memelihara kehidupan umatNya. Ucapan syukur ini dilakukan melalui pesta panen, sebagaimana Umat Israel yang diiringin nyanyian dan tarian. Selain pesta panen sebagai pesta besar di Israel, mereka juga mengenal pesta besar lainnya, yaitu pesta hari pengumpulan hasil/Hari Raya Pondok Daun.
Tulisan ini sengaja dibuat sebagai bahan perenungan, khususnya untuk jemaat HKBP Wahidin Baru Meda S, karena Hari ini Minggu 17 November 2013, HKBP Wahidin Baru Medan  merayakan pesta Huria/Gotilon , pada umumnya gereja-gereja Batak juga mengadopsi acara perayaan ini sebagai cara mengucapkan syukur pada Tuhan atas penyertaanNya sepanjang tahun dalam hidup dan pekerjaan umatNya. Bagi gereja Jawa atau Kristen yang tinggal di jawa merayakannya dengan pesta Pada waktu pesta panen, hasil pertama dari pemberian Tuhan (buah sulung dari tananam dan peliharaan, atau gaji) di bawa ke Bait Suci, Imam meletakkan persembahan buah sulung jemaat di altar. Hal ini mengingatkan bagaimana dahulu bagaimana dahulu Umat Israel mengalami kelaparan, yang membawa mereka ke Mesir, di sana mereka ditindas sebagai budak. Dari penindasan dan rasa lapar itulah Allah mendengar teriakan minta tolong mereka, Allah membebaskan mereka. Belas kasihan Allah terhadap umat yang menderita itu dinyatakan dengan janji akan memberi mereka tanah yang subur, penuh madu dan susu, tanah perjanjian tanah Isreal di Negeri kanaan. Peristiwa bersejarah inilah membuat setiap orang dan seisi rumahnya akan bersukaria dan sujud di hadapan Allah atas semua kebaikannya (Ulangan 16, 9-12; 26). Haruslah umat Tuhan bersukaria dan memberikan persembahan dengan sukarela, sesuai dengan berkat yang diberikan oleh Tuhan.
Hari Raya Pondok Daun (Pengumpulan hasil tanah) dikaitkan dengan masa pengembaraan umat Israel di Padang Gurun. Saat mereka belum mempunyai rumah tetap. Perayaan ini merupakan panen anggur (Ulangan 16,13-17), pengucapan syukur umat Tuhan atas panen mereka. Para perayaan ini, umat akan tingggal di pondok-pondok mencerminkan perlindungan Allah atas umat Israel selama mengembara di Padang Gurun (Imamat 23,39-43).
Tradisi pesta Huria/gotilon dilaksanakan HKBP dengan menyadari bahwa berbagai pemberian yang baik dan anugerah yang sempurna bersumber dari Tuhan. Dia memberkati manusia dengan berlimpah walau manusia itu sering membrontak padaNya. Tradisi ini diadopsi dari kebiasaan umat Tuhan, di mana persembahan yang di bawa dari hasil panen/kerjanya dibawa sebagai persembahan yang diterima para penatua (sintua) dan diletakkan di altar gereja (Altar gereja dipahami secara teologis sebagai areal sorgawi). Persembahan ini adalah persembahan kepada Allah (bnd. Kain dan Habel yang membawa persembahan kepada Allah dari hasil panen mereka).
Pada perayaan pesta gotilon, para ibu membawa hasil panen dari sawah/ladangnya, kaum bapak memberikan envelope berisi uang dari hasil penjualan panen atau ternaknya, pemuda/remaja dan sekolah minggu membawa ‘silua’ (persembahan berbentuk barang, seperti Orange chrush, limun, roti, dll.) setelah itu semua persembahan hasil panen (uang dan barang) didoakan dalam doa persembahan pesta gotilon. Barang-barang itu kemudian dikembalikan kepada jemaat dalam bentuk ‘lelang’.
Ada yang menarik dari peristiwa lelang ini, di mana bahan yang dilelang bukan masalah sesuai dengan selera jemaat barang yang dilelang atau sesuai harga pasar. Tetapi karena ini merupakan persembahan, secara teologis jemaat menerima hasil lelang dengan harga yang mahal dan barang yang belum tentu sesuai selera si pelelang. Artinya jemaat dengan sikap teologis menerima hasil lelang sebagai cara memberi persembahan meskipun berbeda dengan harga pasar dan selera.
Ketika warga jemaat digerakkan oleh Roh Kudus memberi sesuatu yang berguna bagi GerejaNya, maka itu terjadi dalam rangka memuliakan Tuhan sebagai sumber rejeki. Dalam pesta gotilon dengan melelang bahan-bahan dapat juga terjadi karena dipengaruhi tradisi ‘marsiadap-ari’ (saling menolong) dalam budaya kerja masyarakat Batak, di mana jemaat memahami bahwa untuk mendukung dana operasional gereja, jemaat saling memberi atau menukarkan barang-barang yang dipersembahkan dalam bentuk uang. Tradisi inilah sampai sekarang yang masih berlangsung dalam mendukung keuangan HKBP, di mana semua jemaat dari sekolah minggu hingga orang tuaberperan aktif menggali dana untuk keperluaan Gereja Tuhan di bumi. Maka HKBP boleh menjadi jemaat yang mandiri secara dana dan daya dengan tradisi yang melekat di hati jemaat, walau mungkin bagi orang yang tidak memahami tradisi ini melihat dari perspektif yang berbeda. Selain pesta lelang, jemaat juga akan makan bersama. Masing-masing keluarga akan membawa nasi dan minumamnya, sementara lauknya disediakan oleh Gereja (walaupun di HKBP yang diperantauan, gereja telah meyiapkan semua sajian makan siang jemaat).
Pesta huria/gotilon merupakan kesempatan yang indah bagi setiap warga jemaat untuk bersyukur kepada Tuhan, menyatakan kuasa Allah yang berlangsung dalam pekerjaan. Allah hadir saat menabur benih, menyiram dan memberi pertumbuhan. Dia lah yang memberi matahari, hujan dan embun untuk pertumbuhan tanam-tanaman. Oleh karena itu wajarlah jika manusia mempercayakan dirinya kepada Tuhan, sebab Dia yang mengawai dan mengakhiri tugas kita (BE 373,1-3:  Dan Ende 848 : 1-3 Diso adong Huboan Tuhan yang dinyanyikan setiap pesta gotilon sebagai ucapan syukur umat).
Pada minggu ini (17-11-2013) Jemaat HKBP Wahidin Baru merayakan pesta gotilon; Tuhan memberi ruang, menghayati iman atas karya Ilahi yang memberkati hidup jemaat dan pekerjaan umat sepanjang tahun 2013 ini. Ungkapan syukur yang bagaimanakah yang kita sampaikan pada Dias umber berkat kita? Apakah yang yang pantas kita berikan ke gerejaNya? Jemaat tidak lagi bertani atau beternak, tapi kasih Tuhan menghantar kita boleh tinggal dan hidup dengan berbagai jenis pekerjaan di Kota Medan  sekitarnya. Jemaat tidak lagi membawa persembahan berupa barang hasil panen, tapi jemaat diajak mengucap syukur dari seluruh kehidupannya: roh, jiwa, nyawa, hidup dan harta milikku semua. Kuserahkan padaMu untuk selama-lamnya (BE 204,2: Yang sekaligus lagu wajib dalam festival Koor). Para kaum ibu membawa tandok yang di motori oleh Pdt B Sianturi dan Pararikamis ( Ketua Pararikamis Ny Letkol Drs TR Sagala/Br Pangaribuan
Untuk boleh memahami pesta ini, jemaat harus tahu tentang teologia persembahan, di mana persembahan adalah ungkapan syukur dan pengakuan iman akan keberadaan Allah sebagai sumber segala sesuatu. Dia Tuhan pemilik kehidupan dan semua yang ada dalam hidup manusia. Bila masing-masing orang mengimani, menyadari dan mengaminkan kasih Tuhan dalam hidupnya, memberi persembahan sebagai ucapan syukur atau respon atas kebaikan Tuhan, maka itu jugalah dasar bagi kita ‘meminta’ dari Tuhan, karena kita telah benar-benar mengenal Dia. Karena itu, janganlah kita mempercayakan diri pada manusia, pada kuasa yang dimiliki manusia di dunia yang fana ini, tetapi percayakanlah hidupmu sepenuhnya pada Tuhan, dan Dia akan memberi jalan bagimu.

Selamat berpesta panen, Tuhan Yesus memberkati! Horas…….horas……horas…….. 
Marlasniroha do sude angka ruasi manghamauliatehon Denggan Basa ni Debata, Pestai di Uluhon Pdt Resort Wahidin Baru, Pdt A Aritonang SmTh, Juru Lelang St Drs H Siregar, 
Dalam Penjelasannya Cpdt B Sianturi menyatakan bahwa Pesta Gotilon adalah salah satu Tradisi Gereja yang tidak boleh dilupakan , Mauliate ma di sude angka Ruas naung mangalehon angka silua na manasai arga , mulai sian Singkola Minggu, NHKBP , Ina Debora, Punguan Ina Pararikamis, Maranatha, Mannen Immanuel, SEKTOR I- IV, marsangap ma goar ni Tuhanta disude panggulmiton ni ngolni ruas ni Huria HKBP Wahidin Baru Medan 
SYALOM HORAS :

No comments:

Post a Comment