Wednesday, 12 February 2014

Apakah Itu Hikmat Dalam Perjanjian Baru






HIKMAT DALAM PB (MATIUS- KOLOSE
HIKMAT

Akar Kata Hikmat (sopia)          
Kata hikmat yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani (sopia) merupakan kata tertinggi dari segala macam pengetahuan mencakup pengertian penuh dari kebaikan mental, pengetahuan plus kebaikan, diiringi dengan sikap dan dan tindakan. Kata ini hanya dialamatkan untuk orang benar. Orang berhikmat (sopia) adalah orang baik dan berpengetahuan, sedangkan orang pintar (gnoses) belum tentu menunjuk untuk orang yang baik walaupun dia berpengetahuan.
Hikmat menurut Injil Sinoptik:
Hikmat dalam Injil sinoptik merupakan hikmat yang ditujukan kepada Yesus. Dalam hal ini injil-injil sinoptik lebih mengedepankan Yesus dalam hal ajaran dan mujizatnya yang dikategorikan sebagai hikmat dari Allah yang dimiliki-Nya.
Konsep Hikmat dalam Injil Matius
Konsep hikmat dalam Matius memperlihatkan bahwa kata hikmat menuju kepada Yesus, yang mana hikmat itu dipersonifikasikan dalam diri Yesus melalui perkatan dan perbuatanNya. Perkataan dan perbuatannya yang berkuasa itulah yang merupakan hikmat tersebut (13:54), yaitu pada saat Yesus selesai mengajar di sinagoge.Perwujudan akan hikmat Yesus bukan hanya mengenai indentifikasi akan hikmat itu saja, tetapi juga peran Yesus dalam pekerjaannya sebagai nabi yang mengagumkan, dan hal tersebutlah yang menjadi penggambaran yang retoris akan hikmat dalam injil Matius yang menunjuk kepada Yesus, di mana Yesus melakukan pengklaiman terhadap dirinya yang merupakan hikmat itu sendiri (12:42). Dua kali Yesus mempersonifikasikan hikmat dengan cara yang mengingatkan orang pada Amsal; Mat 11:19 (bdg. Luk 7:35) dan Mat 23:34 (bdg. Luk 11:49). Dalam kedua ayat itulah dapat terlihat bahwa Yesus mengacu pada diriNya sendiri sebagai hikmat Bahkan penulis Matius memperlihatkan kepada pembaca bahwa Yesus memiliki pengetahuan yang unik tentang Allah (Mat 11:25). Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep hikmat dalam Injil Matius lebih mengarah kepada pengajaran dan tindakan Yesus.
Apa tujuan dari kata hikmat dalam Injil Matius
Penulis Injil Matius yang merupakan Matius sendiri ingin memperlihatkan kepada pembaca kitab Matius yang adalah orang Yahudi, bahwa para pemuka agama Yahudi (ahli taurat, dan orang Farisi) yang mempunyai status sebagai orang-orang berhikmat ternyata tidak sebagai orang yang berhikmat, karena mereka tidak mempunyai kuasa dalam mengajar , bertindak serta melakukan mujizat seperti halnya Yesus.] Hal ini ditunjukan oleh penulis kitab Matius pada saat Yesus selesai mengajar di bait Allah, bagaimana orang-orang yang berada di Bait Allah tersebut termasuk di dalamnya para pemuka agama Yahudi takjub mendengar kuasa Yesus saat mengajar mereka.
Konsep Hikmat dalam Injil Markus
Injil Markus tidak terlalu memberikan tempat yang terlalu banyak untuk konsep hikmat itu sendiri. Hal ini dibuktikan hanya satu pasal saja yang mencantumkan kata hikmat, yaitu (Mark 6:2) yang padanan teks ini terdapat dalam (Mat 13: 53-58; Luk 9:1-6).  Kata hikmat dalam pasal ini memperlihatkan otoritas dari Yesus sendiri yang memiliki daya pikat dalam mengajar dan melakukan muzizat. Kata hikmat di sini mempunyai pengertian implicit yang menggaris bawahi akan suatu sikap yang kontras antara kata-kata yang luar biasa dan perbuatan Yesus dan rasa tidak percaya orang-orang yang takjub kepada Yesus, hal ini dapat terlihat dari kalimat
"Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?
Tiga pertanyaan yang diajukan oleh orang Yahudi di sinagoge merupakan masalah yang digugat mereka kepada Yesus, sebab ia tidak pernah sekolah teologi Yahudi seperti para pemuka agama Yahudi, selama sekian tahun Yesus hanya bekerja sebagai tukang, serta keluargaNya yang sangat dikenal baik sehhingga orang-orang Nazaret tidak melihat sesuatu yang istimewa pada keluarga tersebut, khususnya pada Yesus sendiri yang menjadi terkenal dengan cara mendadak, maka dari ini semualah muncul 3 pertanyaan yang saling berkaitan yang dirangkum dalam kata Hikmat.Kata takjub di sini sejajar dengan kata “heran”, “tercengang” (1:27). Dalam hal ini mereka tercengang bukan dikarenakan mereka melihat Yesus yang supranatural melainkan karena perasaan iri hati sekaligus rasa malu mereka terutama para pemuka agama Yahudi yang pada saat itu juga hadir di sinagoge.
Apa tujuan dari kata hikmat dalam Injil Markus.
Teks Mark 6:2 hikmat (sopia) ini, mempunyai tujuan bukan untuk mencakup orang-orang Yahudi tetapi ditujukan kepada orang kristen di Roma, tetapi bukan orang Kritsen Yahudi yang tinggal di Roma, melainkan kepada komunitas orang Kristen Roma serta Yunani. Hal ini diperkuat dengan adanya ungkapan-ungkapan seperti talitakum atau efata (Mark. 5:41; 7:34) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani demi kepentingan para pembaca Markus, juga terdapat sejumlah istilah teknis bahasa latin dalam Injil Markus (4:21; 12:42; 14:65; 15:19), dan kebiasaan-kebiasaan orang Yahudi juga diterangkan sedemikian rupa sehingga memberi kesan bahwa kebiasaan-kebiasaan tersebut tidak dikenal (Mark 7:3-4). Sehingga teks ini bertujuan untuk membenturkan pengetahuan orang Kristen Roma serta Yunani dengan hikmat Yesus, juga ingin memperlihatkan kepada orang Roma dan Yunani (gentiles) Kristen bahwa Yesus dapat melakukan mujizat lebih dari pada dewa-dewa orang Roma dan Yunani.
Hikmat menurut Paulus
Pengantar
Surat Roma
Roma merupakan salah satu surat yang  berbicara mengenai hikmat Allah. Dalam hal ini, Paulus menjelaskan bahwa hikmat yang dimiliki oleh orang-orang Yahudi merupakan suatu kebodohan. Orang-orang Yahudi bertindak seolah-olah mereka memiliki hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh (lih. Roma 1:22) oleh karena perbuatan mereka. Menurut Paulus, orang Yahudi yang ada di Roma telah melalukan kebodohan karena mereka telah gagal mengenal siapa Allah yang sesungguhnya. Saat itu, mereka tidak mempercayai dan meyakini Allah sebagai kebenaran. Sebaliknya, mereka menyembah kepada berhala-berhala dan mengganti kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, mengganti kebenaran Allah dengan dusta dan dengan melupakan Allah sebagai penciptanya yang harus dipuji dan dimuliakan (lih. Roma 1:23-25). Namun demikian, Allah tetap berkenan untuk menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil tentang kebangkitan Kristus di kayu salib (band. 1Kor. 1-21).(Friedrich, 1971, 521).
Kemudian, di akhir uraian sejarah pemilihan Allah terhadap umat Israel, dalam Roma 9-11 paulus juga menghubungkan konsep pemilihan Allah dengan hikmat. Saat itu, Paulus menghadapi persoalan yang mendesak dari kaum sebangsanya yang tidak percaya kepada Yesus Kristus. Dalam hal ini, Paulus diperhadapkan oleh pertanyaan, yaitu “Apakah Allah tetap menyelamatkan umat Israel?”. Untuk menjawab pertanyaan ini, Paulus menghubungkan sejarah pemilihan itu dengan hikmat yang berbentuk hymne dalam gaya bertanya, yaitu “siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?”.(Hakh, 2010,146) Jawabannya ialah tidak ada seorangpun yang dapat melakukan seluruh hal ini. Namun demikian, pertanyaan dapat dijawab dengan menggunakan pribadi hikmat. Pribadi hikmat itu tersembunyi dan Ia telah ada sebelum penciptaan dunia. Dengan demikian, hikmat itu mengetahui seluruh rencana dan rahasia Allah.(Hakh, 2010, 146)
Dalam Roma 11: 33-36 Paulus memberikan pujian terhadap seluruh rangkaian penyelamatan Allah dalam ungkapan dan gagasan hikmat. Pada saat itu, orang-orang Yahudi masih mempertahankan hukum taurat sebagai aturan yang harus dipatuhi agar mereka dapat diselamatkan oleh Allah. Hukum Taurat itu memang baik dan suci namun hukum itu tidak dapat menyelamatkan dan membenarkan manusia di hadapan Allah.(Hakh, 2010, 204-205). Menurut Paulus, keselamatan adalah pembebasan dari dosa yang telah memisahkan mereka dari Allah.(Hunter, 2002, 87) Oleh karena dosa hubungan manusia dengan Allah menjadi terputus. Sehingga, mereka melupakan Allah sebagai pencipta alam semesta ini. Oleh karena itu, Paulus memberitakan kepada mereka bahwa sesungguhnya Kristuslah yang menjadi penggenap hukum taurat. Ketika manusia beriman dan percaya kepada Kristus maka diselamatkan. Dengan demikian, kriteria untuk manjadi anggota umat Allah yang diselamatkan adalah iman.(Samadi, 2010, 146) Oleh karena Allah, maka manusia beroleh kasih karunia dan kemuliaan dari Allah. Paulus mengatakan bahwa meskipun orang kafir, asal mereka mengikuti iamnnya dengan baik dan bertindak seturut kehendak Allah maka mereka akan beroleh keselamatan dari Allah (lih, Roma 2, 14). (SCJ, 1992, 96)
Surat Filipi
Sama halnya di Kolose dan Roma, Paulus juga menyampaikan hikmat di jemaat Filipi dalam bentuk himne. Konteks yang melatarbelakangi penyampaian ini ialah karena terjadinya perseteruan antara dua pemimpin di jemaat Filipi, yaitu Eoudia dan Sintikhe. Pada saat itu, para pemimpin saling berselisih tegang sehingga peristiwa ini berdampak pada perpecahan di dalam jemaat Filipi. Bahkan hal ini juga menghambat kemajuan injil di sana. Hingga akhirnya, Paulus meminta kepada mereka untuk menyelesaikan perselisihan tersebut. Tujuannya ialah agar persekutuan jemaat tidak pecah tetap dapat bersatu. Paulus berpendapat bahwa perselisihan ini terjadi karena kurangnya kerendahan hati di antara mereka.
Dalam menghadapai permasalahan ini Paulus memberikan nasihat kepada mereka untuk saling merendahkan diri dan mengakhiri perselisihan tersebut. Tujuannya agar Paulus dapat bermegah pada hari Kristus (Fil 2: 16b). Saat itu Paulus menyapa mereka sebegai “saudara-saudara” (adelfoi, Fil 3: 17). Untuk memperkuat nasihatnya maka Paulus menyampaikan hikmat dalam bentuk himne. Hikmat yang dimaksud dalam himne ini ialah menjelaskan tentang Yesus Kristus yang telah merendahkan diriNya untuk mati di kayu salib. Namun demikian, Allah meninggikanNya dan memilih Dia sebagai satu-satunya jalan keselamatan. Oleh karena itu, kematian Yesus di kayu salib menunjukan kemenangan atas maut. Hal ini diperlihatkan Paulus melalui madah pujian yang biasa dibawakan dalam ibadah jemaat mula-mula (lih. Filipi 2:6-11). Apabila diberhatikan, pola yang nampak dalam hymne ini ialah bahwa Yesus pada mulanya bersama dengan Allah, Ia adalah wakil dari Allah pada waktu penciptaan, yang sunguh-sungguh menjadi manusia, yang mati di kayu salib, bangkit dan namun ke sorga, Ia adalah penguasa di atas sebaga penguasa, dan sumber dari perdamaian dunia.(Edward, 1995, 33-34) Hymne ini menggambarkan iman orang-orang percaya kepada Yesus yang telah bangkit dari antara orang mati dan diberikan kuasa untuk menyelamatkan dunia ini. Selain itu, melalui hymne ini juga membuktikan tentang masa sebelum Yesus. Hal ini bertujuan untuk menjelaskan tentang Yesus yang telah merendahkan diriNya menjadi sama dengan manusia.
Dengan demikian, melalui surat Paulus kepada jemaat di Filipi ingin menunjukan tentang masa sebelum Yesus sebagai hikmat Allah yang telah ada sebelum segala sesuatu ada. (Samadi, 2010, 147) Oleh karena itu, melalui konsep ini Paulus ingin menyampaikan kepada jemaat di Filipi agar pada jemaat dapat saling merendahkan diri  sama seperti Yesus yang telah merendahkan diriNya hingga ia ditinggikan Allah. Dengan demikian, ketika jemaat saling memiliki kerendakan diri maka jemaat menjadi satu tubuh Kristus yang utuh.
Surat Kolose
Ungkapan tentang hikmat juga dijesakan Paulus kepada jemaat di Kolose. Namun demikian, dengan latar belakan yang berbeda, yaitu untuk menentang ajaran guru-guru palsu dari kelompok Gnostik yang menyusup ke dalam jemaat di Kolose. Para guru palsu itu memberikan pengajaran tentang sesuatu hikmat, seperti filsafat yang bersifat logis dan spekulatif. Hikmat yang diajarkan ialah berhubungan dengan tradisi asal usul manusia, ritus-ritus dan pengetahuan tantang pewahyuan. Ajaran ini bersifat religius dan sangat bertentangan dengan hikmat Allah. Para guru palsu juga mengajarkan kepada jemaat di Kolose tentang kuasa roh-roh alam, seperti bintang-bintang di langit (Kol. 2:8). Benda-benda tersebut dipahami memiliki pengaruh besar di dalam kehidupan dan nasih manusia. Mereka mengajarkan untuk menyembah dan memberikan persembahan kepada roh-roh ini. Hal ini dilakukan karena para guru paslu itu sangat mempercayai bahwa melalui hubungan yang dekat dan baik kepada roh-roh alam maka manusia akan memperoleh kepenuhan pengalaman Ilahi. Salah satu bukti untuk memperkuat ajarannya mereka menyatakan kepada jemaat bahwa mereka memiliki kuasa penglihatan khusus dari Ilahi (Kol. 2: 18).
Oleh karena itu, Paulus menolak ajaran-ajaran tersebut dengan mengatakan bahwa tia-tiap orang yang mengajar dalam pemberitaan gereja harus mengajar dengan segala hikmat untuk memimpin orang kepada kesempurnaan di dalam Kristus (Kol. 1: 28). Selain itu, Paulus juga mengatakan bahwa hikmat, seperti filsafat yang diajarkan dipandang sebagai ajaran yang kosong, tanpa dasar, tanpa kebenaran, tanpa kekuatan apapun.  Paulus memberitakan kepada jemaat di Kolose agar berhati-hati dengan berbagai jenis ajaran yang diajarkan oleh guru-guru palsu tersebut. Paulus melawan ajaran guru-guru dengan menjelaskan hikmat Ilahi, yaitu Kristus. Paulus mengajarkan bahwa Kristus adalah hikmat Ilahi yang sesungguhnya (band. 1 Kor. 11:2; 2 Tes.2:15; 3:6). Kristus adalah “rahasia Allah maka di dalam dia tersembunyi segala kekayaan hikmat dan pengetahuan. Kristus adalah pemenuhan Allah ialah berada di dalam Kristus.











No comments:

Post a Comment