HIKMAT
DALAM PB (MATIUS- KOLOSE
HIKMAT
Akar Kata Hikmat (sopia)
Kata hikmat yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Yunani (sopia) merupakan
kata tertinggi dari segala macam pengetahuan mencakup pengertian penuh dari
kebaikan mental, pengetahuan plus kebaikan, diiringi dengan sikap dan dan
tindakan. Kata ini hanya dialamatkan untuk orang benar. Orang berhikmat (sopia) adalah orang baik dan berpengetahuan, sedangkan orang
pintar (gnoses) belum tentu
menunjuk untuk orang yang baik walaupun dia berpengetahuan.
Hikmat menurut
Injil Sinoptik:
Hikmat dalam Injil sinoptik merupakan hikmat yang
ditujukan kepada Yesus. Dalam hal ini injil-injil sinoptik lebih mengedepankan
Yesus dalam hal ajaran dan mujizatnya yang dikategorikan sebagai hikmat dari
Allah yang dimiliki-Nya.
Konsep Hikmat
dalam Injil Matius
Konsep hikmat
dalam Matius memperlihatkan bahwa kata hikmat menuju kepada Yesus, yang mana
hikmat itu dipersonifikasikan dalam diri Yesus melalui perkatan dan
perbuatanNya. Perkataan dan perbuatannya yang berkuasa itulah yang merupakan
hikmat tersebut (13:54), yaitu pada saat Yesus selesai mengajar di sinagoge.Perwujudan akan hikmat Yesus bukan
hanya mengenai indentifikasi akan hikmat itu saja, tetapi juga peran Yesus
dalam pekerjaannya sebagai nabi yang mengagumkan, dan hal tersebutlah yang
menjadi penggambaran yang retoris akan hikmat dalam injil Matius yang menunjuk
kepada Yesus, di mana Yesus melakukan pengklaiman terhadap dirinya yang
merupakan hikmat itu sendiri (12:42). Dua kali Yesus mempersonifikasikan hikmat
dengan cara yang mengingatkan orang pada Amsal; Mat 11:19 (bdg. Luk 7:35) dan
Mat 23:34 (bdg. Luk 11:49). Dalam kedua ayat itulah dapat terlihat bahwa Yesus
mengacu pada diriNya sendiri sebagai hikmat Bahkan penulis
Matius memperlihatkan kepada pembaca bahwa Yesus memiliki pengetahuan yang unik
tentang Allah (Mat 11:25). Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep hikmat dalam
Injil Matius lebih mengarah kepada pengajaran dan tindakan Yesus.
Apa tujuan dari
kata hikmat dalam Injil Matius
Penulis Injil
Matius yang merupakan Matius sendiri ingin memperlihatkan kepada pembaca kitab
Matius yang adalah orang Yahudi, bahwa para pemuka agama Yahudi (ahli taurat,
dan orang Farisi) yang mempunyai status sebagai orang-orang berhikmat ternyata
tidak sebagai orang yang berhikmat, karena mereka tidak mempunyai kuasa dalam
mengajar , bertindak serta melakukan mujizat seperti halnya Yesus.] Hal ini ditunjukan oleh penulis kitab
Matius pada saat Yesus selesai mengajar di bait Allah, bagaimana orang-orang
yang berada di Bait Allah tersebut termasuk di dalamnya para pemuka agama
Yahudi takjub mendengar kuasa Yesus saat mengajar mereka.
Konsep Hikmat
dalam Injil Markus
Injil Markus tidak terlalu memberikan tempat yang terlalu banyak untuk
konsep hikmat itu sendiri. Hal ini dibuktikan hanya satu pasal saja yang
mencantumkan kata hikmat, yaitu (Mark 6:2) yang padanan teks ini terdapat dalam
(Mat 13: 53-58; Luk 9:1-6). Kata hikmat
dalam pasal ini memperlihatkan otoritas dari Yesus sendiri yang memiliki daya
pikat dalam mengajar dan melakukan muzizat. Kata hikmat di sini mempunyai
pengertian implicit yang menggaris bawahi akan suatu sikap yang kontras antara
kata-kata yang luar biasa dan perbuatan Yesus dan rasa tidak percaya
orang-orang yang takjub kepada Yesus, hal ini dapat terlihat dari kalimat
"Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa
pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah
dapat diadakan oleh tangan-Nya?
Tiga pertanyaan yang diajukan oleh orang Yahudi di sinagoge merupakan
masalah yang digugat mereka kepada Yesus, sebab ia tidak pernah sekolah teologi
Yahudi seperti para pemuka agama Yahudi, selama sekian tahun Yesus hanya
bekerja sebagai tukang, serta keluargaNya yang sangat dikenal baik sehhingga
orang-orang Nazaret tidak melihat sesuatu yang istimewa pada keluarga tersebut,
khususnya pada Yesus sendiri yang menjadi terkenal dengan cara mendadak, maka
dari ini semualah muncul 3 pertanyaan yang saling berkaitan yang dirangkum
dalam kata Hikmat.Kata takjub di sini sejajar dengan
kata “heran”, “tercengang” (1:27). Dalam hal ini mereka tercengang bukan
dikarenakan mereka melihat Yesus yang supranatural melainkan karena perasaan
iri hati sekaligus rasa malu mereka terutama para pemuka agama Yahudi yang pada
saat itu juga hadir di sinagoge.
Apa tujuan dari
kata hikmat dalam Injil Markus.
Teks Mark 6:2 hikmat (sopia) ini,
mempunyai tujuan bukan untuk mencakup orang-orang Yahudi tetapi ditujukan
kepada orang kristen di Roma, tetapi bukan orang Kritsen Yahudi yang tinggal di
Roma, melainkan kepada komunitas orang Kristen Roma serta Yunani. Hal ini
diperkuat dengan adanya ungkapan-ungkapan seperti talitakum atau efata (Mark.
5:41; 7:34) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani demi kepentingan para
pembaca Markus, juga terdapat sejumlah istilah teknis bahasa latin dalam Injil
Markus (4:21; 12:42; 14:65; 15:19), dan kebiasaan-kebiasaan orang Yahudi juga
diterangkan sedemikian rupa sehingga memberi kesan bahwa kebiasaan-kebiasaan
tersebut tidak dikenal (Mark 7:3-4). Sehingga teks ini bertujuan untuk
membenturkan pengetahuan orang Kristen Roma serta Yunani dengan hikmat Yesus,
juga ingin memperlihatkan kepada orang Roma dan Yunani (gentiles) Kristen bahwa
Yesus dapat melakukan mujizat lebih dari pada dewa-dewa orang Roma dan Yunani.
Hikmat menurut Paulus
Pengantar
Surat Roma
Roma merupakan salah satu surat yang berbicara mengenai hikmat Allah. Dalam hal
ini, Paulus menjelaskan bahwa hikmat yang dimiliki oleh orang-orang Yahudi
merupakan suatu kebodohan. Orang-orang Yahudi bertindak seolah-olah mereka
memiliki hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh (lih. Roma 1:22) oleh karena
perbuatan mereka. Menurut Paulus, orang Yahudi yang ada di Roma telah melalukan
kebodohan karena mereka telah gagal mengenal siapa Allah yang sesungguhnya.
Saat itu, mereka tidak mempercayai dan meyakini Allah sebagai kebenaran.
Sebaliknya, mereka menyembah kepada berhala-berhala dan mengganti kemuliaan
Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana,
mengganti kebenaran Allah dengan dusta dan dengan melupakan Allah sebagai
penciptanya yang harus dipuji dan dimuliakan (lih. Roma 1:23-25). Namun
demikian, Allah tetap berkenan untuk menyelamatkan mereka yang percaya oleh
kebodohan pemberitaan Injil tentang kebangkitan Kristus di kayu salib (band.
1Kor. 1-21).(Friedrich, 1971, 521).
Kemudian, di akhir uraian sejarah pemilihan Allah terhadap
umat Israel, dalam Roma 9-11 paulus juga menghubungkan konsep pemilihan Allah
dengan hikmat. Saat itu, Paulus menghadapi persoalan yang mendesak dari kaum
sebangsanya yang tidak percaya kepada Yesus Kristus. Dalam hal ini, Paulus
diperhadapkan oleh pertanyaan, yaitu “Apakah Allah tetap menyelamatkan umat
Israel?”. Untuk menjawab pertanyaan ini, Paulus menghubungkan sejarah pemilihan
itu dengan hikmat yang berbentuk hymne dalam gaya bertanya, yaitu “siapakah
yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?
Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus
menggantikannya?”.(Hakh, 2010,146) Jawabannya ialah tidak ada
seorangpun yang dapat melakukan seluruh hal ini. Namun demikian, pertanyaan
dapat dijawab dengan menggunakan pribadi hikmat. Pribadi hikmat itu tersembunyi
dan Ia telah ada sebelum penciptaan dunia. Dengan demikian, hikmat itu
mengetahui seluruh rencana dan rahasia Allah.(Hakh, 2010, 146)
Dalam Roma 11: 33-36 Paulus memberikan pujian terhadap
seluruh rangkaian penyelamatan Allah dalam ungkapan dan gagasan hikmat. Pada
saat itu, orang-orang Yahudi masih mempertahankan hukum taurat sebagai aturan
yang harus dipatuhi agar mereka dapat diselamatkan oleh Allah. Hukum Taurat itu
memang baik dan suci namun hukum itu tidak dapat menyelamatkan dan membenarkan
manusia di hadapan Allah.(Hakh, 2010, 204-205).
Menurut Paulus, keselamatan adalah pembebasan dari dosa yang telah
memisahkan mereka dari Allah.(Hunter, 2002, 87)
Oleh karena dosa hubungan manusia dengan Allah menjadi terputus. Sehingga,
mereka melupakan Allah sebagai pencipta alam semesta ini. Oleh karena itu,
Paulus memberitakan kepada mereka bahwa sesungguhnya Kristuslah yang menjadi
penggenap hukum taurat. Ketika manusia beriman dan percaya kepada Kristus maka
diselamatkan. Dengan demikian, kriteria untuk manjadi anggota umat Allah yang
diselamatkan adalah iman.(Samadi, 2010, 146)
Oleh karena Allah, maka manusia beroleh kasih karunia dan kemuliaan dari Allah.
Paulus mengatakan bahwa meskipun orang kafir, asal mereka mengikuti iamnnya dengan
baik dan bertindak seturut kehendak Allah maka mereka akan beroleh keselamatan
dari Allah (lih, Roma 2, 14). (SCJ, 1992, 96)
Surat
Filipi
Sama
halnya di Kolose dan Roma, Paulus juga menyampaikan hikmat di jemaat Filipi
dalam bentuk himne. Konteks yang melatarbelakangi penyampaian ini ialah karena
terjadinya perseteruan antara dua pemimpin di jemaat Filipi, yaitu Eoudia dan
Sintikhe. Pada saat itu, para pemimpin saling berselisih tegang sehingga
peristiwa ini berdampak pada perpecahan di dalam jemaat Filipi. Bahkan hal ini
juga menghambat kemajuan injil di sana. Hingga akhirnya, Paulus meminta kepada
mereka untuk menyelesaikan perselisihan tersebut. Tujuannya ialah agar
persekutuan jemaat tidak pecah tetap dapat bersatu. Paulus berpendapat bahwa
perselisihan ini terjadi karena kurangnya kerendahan hati di antara mereka.
Dalam
menghadapai permasalahan ini Paulus memberikan nasihat kepada mereka untuk
saling merendahkan diri dan mengakhiri perselisihan tersebut. Tujuannya agar
Paulus dapat bermegah pada hari Kristus (Fil 2: 16b). Saat itu Paulus menyapa
mereka sebegai “saudara-saudara” (adelfoi,
Fil 3: 17). Untuk memperkuat nasihatnya maka Paulus menyampaikan hikmat dalam
bentuk himne. Hikmat yang dimaksud dalam himne ini ialah menjelaskan tentang
Yesus Kristus yang telah merendahkan diriNya untuk mati di kayu salib. Namun
demikian, Allah meninggikanNya dan memilih Dia sebagai satu-satunya jalan
keselamatan. Oleh karena itu, kematian Yesus di kayu salib menunjukan
kemenangan atas maut. Hal ini diperlihatkan Paulus melalui madah pujian yang
biasa dibawakan dalam ibadah jemaat mula-mula (lih. Filipi 2:6-11). Apabila
diberhatikan, pola yang nampak dalam hymne ini ialah bahwa Yesus pada mulanya
bersama dengan Allah, Ia adalah wakil dari Allah pada waktu penciptaan, yang
sunguh-sungguh menjadi manusia, yang mati di kayu salib, bangkit dan namun ke
sorga, Ia adalah penguasa di atas sebaga penguasa, dan sumber dari perdamaian
dunia.(Edward, 1995, 33-34) Hymne ini
menggambarkan iman orang-orang percaya kepada Yesus yang telah bangkit dari
antara orang mati dan diberikan kuasa untuk menyelamatkan dunia ini. Selain
itu, melalui hymne ini juga membuktikan tentang masa sebelum Yesus. Hal ini
bertujuan untuk menjelaskan tentang Yesus yang telah merendahkan diriNya menjadi
sama dengan manusia.
Dengan
demikian, melalui surat Paulus kepada jemaat di Filipi ingin menunjukan tentang
masa sebelum Yesus sebagai hikmat Allah yang telah ada sebelum segala sesuatu
ada. (Samadi, 2010, 147) Oleh karena itu,
melalui konsep ini Paulus ingin menyampaikan kepada jemaat di Filipi agar pada
jemaat dapat saling merendahkan diri
sama seperti Yesus yang telah merendahkan diriNya hingga ia ditinggikan
Allah. Dengan demikian, ketika jemaat saling memiliki kerendakan diri maka
jemaat menjadi satu tubuh Kristus yang utuh.
Surat
Kolose
Ungkapan
tentang hikmat juga dijesakan Paulus kepada jemaat di Kolose. Namun demikian,
dengan latar belakan yang berbeda, yaitu untuk menentang ajaran guru-guru palsu
dari kelompok Gnostik yang menyusup ke dalam jemaat di Kolose. Para guru palsu
itu memberikan pengajaran tentang sesuatu hikmat, seperti filsafat yang
bersifat logis dan spekulatif. Hikmat yang diajarkan ialah berhubungan dengan
tradisi asal usul manusia, ritus-ritus dan pengetahuan tantang pewahyuan. Ajaran
ini bersifat religius dan sangat bertentangan dengan hikmat Allah. Para guru
palsu juga mengajarkan kepada jemaat di Kolose tentang kuasa roh-roh alam,
seperti bintang-bintang di langit (Kol. 2:8). Benda-benda tersebut dipahami
memiliki pengaruh besar di dalam kehidupan dan nasih manusia. Mereka
mengajarkan untuk menyembah dan memberikan persembahan kepada roh-roh ini. Hal
ini dilakukan karena para guru paslu itu sangat mempercayai bahwa melalui
hubungan yang dekat dan baik kepada roh-roh alam maka manusia akan memperoleh
kepenuhan pengalaman Ilahi. Salah satu bukti untuk memperkuat ajarannya mereka
menyatakan kepada jemaat bahwa mereka memiliki kuasa penglihatan khusus dari
Ilahi (Kol. 2: 18).
Oleh
karena itu, Paulus menolak ajaran-ajaran tersebut dengan mengatakan bahwa
tia-tiap orang yang mengajar dalam pemberitaan gereja harus mengajar dengan
segala hikmat untuk memimpin orang kepada kesempurnaan di dalam Kristus (Kol.
1: 28). Selain itu, Paulus juga mengatakan bahwa hikmat, seperti filsafat yang
diajarkan dipandang sebagai ajaran yang kosong, tanpa dasar, tanpa kebenaran,
tanpa kekuatan apapun. Paulus
memberitakan kepada jemaat di Kolose agar berhati-hati dengan berbagai jenis
ajaran yang diajarkan oleh guru-guru palsu tersebut. Paulus melawan ajaran
guru-guru dengan menjelaskan hikmat Ilahi, yaitu Kristus. Paulus mengajarkan
bahwa Kristus adalah hikmat Ilahi yang sesungguhnya (band. 1 Kor. 11:2; 2
Tes.2:15; 3:6). Kristus adalah “rahasia Allah maka di dalam dia tersembunyi
segala kekayaan hikmat dan pengetahuan. Kristus adalah pemenuhan Allah ialah
berada di dalam Kristus.
No comments:
Post a Comment