Sunday, 29 December 2024

AMA SONGON MALIM DI TONGA NI BAGAS BAPA ADALAH IMAM DI TENGAH KELUARGA

 

AMA SONGON MALIM DI TONGA NI BAGAS

BAPA ADALAH IMAM DI TENGAH KELUARGA



BAPAK SEBAGAI IMAM

Pemahaman teologis tentang Imam adalah seorang yang ditugaskan mempersembahkan kurban dihadapan Allah. Dengan kata lain ia dipilih untuk berdiri mewakili umat dihadapan Allah. Dalam dimensi kepemimpinan seorang bapak didalam rumah tangga seperti ungkapan diatas, maka sebagai imam seorang bapak bertanggung jawab untuk menuntun dan memperkenalkan seluruh keluarganya kepada Alllah yang memelihara mereka. Itu berarti bersedia meluangkan waktu untuk berkumpul/mengumpulkan keluarganya untuk bersama sama mendengarkan kehendak Tuhan lewat firmanNYA. Menjadi pemimpin yang membuka dan menutup hari dengan doa. Akrab dengan firman Tuhan, tidak menjauhkan diri dari persekutuan baik dirumah maupun ditengah kehidupan berjemaat.Ia harus berdiri mewakili keluarganya dihadapan Allah, ia bertanggung jawab penuh atas tindak tanduk kehidupan keluarganya, khususnya perkembangan anak anak yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Pada dimensi persekutuan jemaat (keluarga Allah) dimana sang bapak itu berada, hal yang sama juga seharusnya terjadi. Kaum bapak harus berperan lebih aktif lagi ditengah kegiatan persekutuan, pelayanan, kesaksian dan pembianaan warga gereja/jemaat. Ini tidak berarti kita mengesampingkan peran peran kaum ibu, pemuda dan pejabat gereja dalam tugas dan tanggung jawab tersebut. Sebagaimana layaknya seorang laki laki ia harus menjadi pelopor / pionir dalam usaha usaha menyaksikan tanda kasih kemurahan Allah  bagi penyelamatan umat manusia dan dunia.

 

PERAN Yang Harus Dimiliki BAPAK

Dalam keberadaanya seperti disebut diatas maka peran Bapak dapatlah kita lihat antara lain sebagai berikut :

§  Pemimpin Keluarga.

            Sebagai pemimpin ia bukan penguasa. Karena penguasa dan kepala rumah tangga itu sebenarnya ialah Yesus Kristus. Sehingga ia tidak berhak menguasai kehidupan keluarganya. Namun dengan arif dan bijaksana ia harus mengemudikan biduk rumah tangganya seperti seorang nahkoda kapal.

Seorang Bapak adalah pemimpin yang tegas tetapi penuh kasih dan terbuka terhadap keluarganya (komonikatif). Ia juga adalah seorang ‘Gembala’ yang menuntun kawanan domba gembalaanya dan menentukan arah perjalanan mereka (domba). Ia mencari dan membawa dombanya untuk mendapatkan makanan dan minuman, menjaga dan mengayomi, merawat dan mengasihi domba-dombanya (Maz 23 ; Yes 40 : 11 ; Yeh 34& Yoh.10 ).

Kepemimpinan seorang Bapak tidak dapat ditumpahkan semuanya kepada istrinya, apalagi pembantu rumah tangganya. Karena dengan demikian ia sebenarnya sedang melakukan proses pembentukan seorang pemimpin masa depan melaui ‘ teladan ‘ yang dinyatakan lewat pikiran, perkataan dan perbuatannya (Ef. 4 : 17-32) kepada anak-anaknya. Disinilah keberadaan bapak sebagai  “ pemberi hidup “.

§  Sebagai sahabat sejati

Kita mengerti bahwa seorang bapak haruslah menyayangi keluarganya. Menyayangi bukan hanya memberikan kecukupan makan, minum, sandang, pangan, papan dan kebutuhan lainnya.tetapi ia haruslah merupakan seorang kekasih yang sejati bagi istrinya ( I Pet 3 : 7 ), yang tak segan berbagi dan mengasihi istrinya (Ef 5 : 25 )

Ia adalah sahabat sejati bagi anaknya, pelindung yang selalu memperhatikan anak-anaknya ( Maz 103 : 13 ). Dengan demikian sebagai pemelihara seorang bapak bertanggung jawab untuk selalu memelihara cinta kasih, memelihara waktu, hubungan, perasaan dan ketertiban serta kebersamaan keluarganya. Hadiah terpenting bagi keluarga kita adalah‘ waktu dan kepedulian ‘ kita terhadap keadaan dan masalah mereka.

§  Sebagai pendidik yang baik

Harta terbaik yang dapat kita wariskan kepada anak-anak kita adalah pendidikan. Oleh karena itu seorang bapak haruslah memperjuangkan agar anak anaknya mendapatkan didikan yang baik dan benar ( Amsal 3 : 12-15 ). Agar dengan demikian ia mendapatkan pengetahuan yang benar dengan berkhidmat kepada Allah Tuhannya. Bapak adalah bapak yang dapat dipegang perkataanya, tidak senang berdusta tetapi senang berkata benar ( Ef 4 : 25 ). Tegas dan penuh disiplin ( Ibr 12 : 10 ) tetapi dengan penuh kasih mendidik anak anaknya ( Ef 6 : 4 )

 

 

PERAN DAN FUNGSI BAPA DALAM KELUARGA

Banyak yang bilang peran seorang ibu lebih penting dibandingkan dengan seorang ayah. Ternyata, faktanya peran ayah juga tidak kalah penting dalam sebuah keluarga. Seperti yang dikatakan oleh psikolog anak dan keluarga, bahwa peran ayah sebenarnya sangat berat. Selain memiliki tanggung jawab yang besar, seorang ayah harus menjadi panutan bagi anak dan istri. Seorang ayah berperan sebagai pengayom, imam, pendidik, dan teladan dalam keluarga. Seorang Ayah memiliki tanggung jawab penuh di sana. Ia juga menambahkan bahwa, seorang ayah harus memiliki andil yang besar dalam memberikan norma-norma keagamaan dan kebaikan di dalam keluarga.

Berbicara tentang fungsi dan peran seorang ayah dalam keluarga Kristen, sesungguhnya mempunyai banyak keterkaitan dan sangat luas untuk dijabarkan. Dari awal Allah sendiri yang berinisiatif untuk menghadirkan seorang ayah ketika Allah menciptakan Manusia (Kej. 1 : 26 – 28). Dan sesungguhnya, seorang ayah itu berasal dari Adam dan Adam merupakan ciptaan Allah (Luk. 3 : 38). Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa seorang ayah itu sesungguhnya berasal dari Allah sendiri. Adapun beberapa fungsi dan peran seorang ayah dalam keluarga, menurut Alkitab, adalah sebagai berikut:

1. Sebagai seorang Imam di tengah-tengah keluarga (Kel. 19 : 6,Hak. 17 : 7,10a)

Tugas dan fungsi keimaman bagi seorang ayah adalah menjadi teladan kebenaran dan kekudusan (iman dan perbuatan, kesetiaan dan ketaatan). Seorang Ayah harus bertanggung jawab mengarahkan, mengajar, mendidik dan membimbing (berjalan bersama) keluarga untuk bertumbuh ke arah Kristus. Seorang Ayah dalam keluarga harus memastikan bahwa keluarga hidup takut akan Allah serta mendoakan dan memimpin keluarga kepada persekutuan dengan Tuhan secara pribadi, keluarga dan jemaat.

 

2. Sebagai seorang Pemimpin bagi keluarga (1 Tim. 3 : 4-5; Ef. 5 : 23a)

Tugas ayah Kristen sebagai pemimpin antara lain menetapkan, mengarahkan, menuntun keluarga kepada visi dan misi berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, dengan berakar pada kehendak Allah. Sebagai pemimpin bagi keluarga ayah bertanggung jawab mengawasi, menjaga dan melindungi keluarga serta memberikan rasa aman dan nyaman. Seorang ayah juga harus dapat mengenali karunia yang dimiliki setiap anggota keluarga, mengarahkan dan berupaya memfasilitasi guna pemberdayaannya. Tidak kalah pentingnya sebagai seorang pemimpin , seorang ayah harus dapat mempersatukan keluarga, menjadi teladan bagi keluarga dan bertanggung jawab atas seluruh aspek kehidupan keluarga

 

3. Seorang Pencari Nafkah bagi Keluarga (Kej. 2 : 15, 3 : 19)

Setelah kejatuhan Adam ke dalam dosa, Allah memperbaharui hukum kerja yang telah diberikan kepadanya di Taman Eden. Alkitab mengatakan: “Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu….” Hukum yang baru inilah yang diwariskan oleh Adam kepada semua ayah yang ada di dunia ini yaitu kerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tetapi harus disadari sebagai ayah tidak hanya bekerja untuk mencari nafkah tetapi sekaligus memberi teladan kepada anak-anak bahwa demikianlah tanggung-jawab seorang ayah. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi seorang ayah untuk malas bekerja mencari nafkah. Karena kalau kita malas berarti kita telah menempa generasi penerus kita untuk malas (Ams. 20:13; 6:6; 10:21 b). Seorang Ayah memiliki tanggung-jawab penuh bagi keluarganya. Itulah sebabnya seorang seorang ayah disebut kepala keluarga dan juga sebagai pemimpin. Karena ayah memiliki peran penting dalam keluarga menjadi nakhoda bahtera keluarga, yang sedang berlayar mengarungi lautan luas dengan gelombang besar dan kecil, untuk menuju pelabuhan abadi yaitu surga yang kekal (Why. 21:11-21). Dalam memasuki tahun baru 2016 yang dicanangkan menjadi tahun keluarga, kiranya keluarga kita menjadi cermin keluarga Kristen yang benar, rukun dan sejahtera serta selalu memuliakan Tuhan dalam keluarga.

Status Ama dan Ina dalam Keluarga

Posisi dan peranan suami dan isteri dalam keluarga masih dominan dipengaruhi adat budaya Batak yang sifatnya patriarchat dan sangat androsentrik – sifat yang selalu mengutamakan laki-laki. Dengan demikian sikap diskriminatif masih mewarnai prilaku masyarakat Batak terhadap laki-laki dan perempuan. Sikap diskriminatif itu sangat jelas kelihatan dalam masyarakat Batak. Misalnya, kematian suami secara Adat Batak disebut sebagai peristiwa maponggol ulupatah dan terputus kepala dari tubuh. Kalau hal itu terjadi tentu tidak dapat diganti lagi. Sedangkan bila isteri yang meninggal cukup disebut matompas tataring – dipan, tempat tungku memasak roboh, runtuh, yang dapat diganti kapan saja, bahkan mungkin penggantinya dapat yang lebih baik dari yang sebelumnya.

Pemahaman tentang status suami dan isteri di sini jelas dibedakan. Dalam pola pikir adat Batak, ada prapaham bahwa isteri tidak diperbolehkan mencari pengganti suami yang telah meninggal dunia. Sedangkan suami diperbolehkan bahkan sering dianjurkan untuk mencari pengganti isteri yang sudah meninggal dunia. Implikasi pemahaman ini melahirkan penghargaan yang lebih rendah terhadap isteri dan perempuan dari pada kepada suami dan laki-laki. Oleh karena itu, pemahaman terhadap status dan posisi suami dan laki-laki, demikian juga terhadap isteri dan perempuan perlu direstorasi, direvisi, diperbaharui dan diluruskan sesuai dengan harkat, martabat dan kodrat kemanusiaan.    

Ama Na Marsahala, Ina Soripada, Anak Sioloi Poda

Salah satu pokok dari tujuan restorasi kehidupan keluarga adalah pembentukan ama na marsahala–bapak yang berwibawa, ina soripada­–isteri teladan dan anak sioloi poda – anak yang patuh pada nasihat orangtua. Melihat keadaan dan kondisi keluarga masa kini, sudah sangat jauh dari pola hidup dan karakter sebagai ama na marsahala, ina soripada dan anak sioloi poda. Berbagai hal yang menjadi penyebabnya. Salah satunya adalah ekses negatif dari era globalisasi, yang melahirkan industrialisasi, kemajuan teknologi dan kecanggihan perangkat-perangkat teknologi informasi.

Kini sudah menjadi kenyataan dan dapat dilihat secara kasat mata, bahwa so many fathers and mothers, but so few parents – sungguh banyak yang menjadi bapak dan ibu, tetapi sangat sedikit yang menjadi orangtua. Menjadi seorang bapak itu mudah, cukup menjalankan fungsinya sebagai suami, yaitu menjadi ama parsinuan. Menjadi seorang ibu itu mudah, cukup dengan menjalankan fungsinya sebagai ina pangintubu. Akan tetapi menjadi ama parsinuan dan menjadi ina pangintubu belum tentu dapat berfungsi sebagai orangtua bagi anak-anaknya. Makanya, restorasi kehidupan suami isteri perlu diadakan agar mereka kembali sebagai pendidik, pembimbing, pengayom dan figur teladan kepada anak-anaknya. ( Pdt Dr Darwin Lumbantobing)

 

TOROP DO AMA NA BOI GABE AMA –AMA, ALAI OTIK DO NA BOI GABE AMA NA BURJU

TUA NI NAMARAMPANG , ALA MARPANGARUGARUAN, TUA NI NAMARAMA ALA ADONG PANGALUALUAN

MAKNA “SUAMI” BAPAK DALAM BUDAYA BATAK TOBA

Makna Suami" dalam budaya Batak yaitu:

1.          Sirongkap ni Tondi: suami, belahan jiwa/sukma, yang tercinta, yang sehati sepikiran. Ak rongkap:  jodoh, sehati, serasi dan tondi: daya hidup, sukma, jiwa.

2.          Tunggane Doli, suami, laki-laki /pasangan yang sepadan/ serasi. Ak. gana: rupa, bentuk dan Doli: laki-laki, 

3.          Siraja Nialuna: suami, tempat curahan hati, menyampaikan keluhan, bertukar pikiran, pengayom, tempat perlindungan. Ak. Alu: mengadu, menyampaikan sesuatu, menyampaikan keluh kesah.

4.          Parhalang Ulu, Halang Ulu: suami, pelindung keluarga, memberi rasa aman dan nyaman di keluarga. Ak.halang: ganjal; dan ulu: kepala. Halang ulu: bantal kepala, tempat terbaik di rumah Batak di sebelah dinding.

5.          Dongan Saripe: suami; pendamping/pasangan hidup berkeluarga. Asal kata ripe:  keluarga, family. Dongan:  temandan saripe: sekeluarga.

6.           Amang Raja: suami; kepala keluarga, pemimpin rumah tangga, yang harus dihormati.

7.          Tuan Doli: suami, laki-laki yang dihormati/dituakan dalam keluarga inti. Ak. tuan yang dihormati, dituakan; doli: laki-laki.

8.           Anak ni Raja: suami, putra raja, laki-laki terhormat. Asal kata anak ni Raja:  putra seorang Raja. Seorang suami idealnya mempunyai sifat dan perilaku yang santun, anggun, serta senantiasa dapat menjaga dan membela kehormatan keluarga dan orangtuanya.

9.          Siadopan, Amang Siadopan: suami, laki-laki yang selalu dihadapi, yang selalu berhadap-hadapan.  Ak. adop: berhadapan; amang: bapak.  Seorang suami adalah teman bertukar pikiran, tempat curahan hati dan kasih sayang, laki-laki yang selalu diperhatikan, dan laki-laki yang selalu siap berbuat terbaik kepada istri, bagai seorang bapak kepada anak.

10.      Sinonduk, sinonduk mangan: suami, Ak.sonduk: sendok; mangan: makan. Pencari nafkah keluarga.

11.      Hamulian: suami, yang menikahi, yang menerima perempuan, memberikan nafkah lahir batin. Ak. muli: menikah. 

 

 

 

 

KESIMPULAN

Dari sajian di atas dapat disimpulkan bawha Bapak sangat memiliki peran penting dalam Gereja dan tanggung jawab atas pertumbuhan Iman anak. Sebagai seroang bapak juga harus bisa menjalani tanggung jawabnya dan menjadi Imam serta teladan di tengah-tengah keluarga dan gereja. Karena apabila seorang bapak tidak bisa menjadi Imam yang baik di tengah-tengah kelurga, maka anak akan menjadi factor penghambat dalam pertumbuhan Iman anak.

Dengan aktifnya bapak didalam persekutuan yang ada di Gereja, secara tidak langsung bapak telah mengajarka kepada anak bahwa pentingnya bersekutu dengan Tuhan Allah bersama warga Gereja. Sehingga dapat menambah motivasi seorang anak akan pertumbuhan Iman mereka.

Dalam hal ini juga gereja harus memiliki peran penting dalam membina persekutuan yanga da didalam gereja. Karena gereja adalah sebagai wadah/ tempat berkumpulnya orang-orang percaya kepada Tuhan Allah.

Oleh Karena itu Gereja Harus memikirkan bagaimana untuk membangun persekutuan kaum bapa di dalam gereja  pelayan gereja dan berbagai metode dan bentuk pelayanan yang tepat bagi kaum bapak. Jika ada paduan suara kaum bapak di dalam suatu gereja hal ini telah menjadi basis membina persekutuan kaum bapak, maka harus ditambahkan pula dengan melakukan pendalaman alkitab bagi kaum bapak didalam gereja.

Dan Gereja juga harus segera mengambil sikap untuk Membangun persekutuan kaum bapak, karena pada dasarnya bertujuan untuk membantu dan menolong kaum bapa agar mampu menjadi kepala keluarga yang baik sebagaimana pesan Alkitab. Tentu sebagai bapa, mereka memiliki tanggung jawab yang besar seperti; memenuhi kebutuhan keluarga, memberikan perlindungan bagi keluarganya dan menciptakan komunikasi yang harmonis di dalam rumah tangga mereka masing-masing. Dalam menjalankan tanggungjawab yang besar ini kaum bapa harus memiliki iman yang kokoh.

 

No comments:

Post a Comment