Sunday, 13 October 2013

SKRIPSI


KELUARGA KRISTEN YANG BERTANGGUNGJAWAB

Suatu tinjauan Etis Teologis dan Implikasinya bagi Gereja Masa Kini

KARYA TULIS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi dan memenuhi
Syarat-syarat untuk kelulusan Sekolah Pendeta HKBP
Oleh
BUDIANTO SIANTURI
NIM : 129.06.2009
Disetujui Oleh :

Pembimbing I                                              Pembimbing II

(Pdt. M.S.P. Sitorus, M.Th)                                   (Pdt. Pahala J. Simanjuntak, M.Th)

Direktur

(Pdt. Pahala J. Simanjuntak, M.Th)
SEKOLAH PENDETA HKBP SEMINARIUM SIPOHOLON
2012




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Alasan Memilih Judul
Judul Tulisan ini adalah: KELUARGA KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB, SUATU TINJAUAN ETIS TEOLOGIS  DAN IMPLIKASINYA BAGI GEREJA MASA KINI. Keluarga adalah lembaga yang pertama yang ada di dunia ini. semua bermula dari keluarga,  baik itu pendidikan, ilmu atau iman.  Keluarga Kristen adalah bagian integral dari keluarga-keluarga dalam masyarakat yang plural. Dalam hal ini tentunya keluarga Kristen juga memiliki hak dan tanggungjawab dalam pembangunan masyarakat yang madani, adil dan sejahtera. Tentunya hal ini harus senantiasa di bangun atas dasar kesadaran dan apresiasinya akan eksistensinya sebagai ciptaan Allah yang istimewa. Ada tanggungjawab dalam setiap keluarga Kristen untuk memberi kontribusi positif dalam pembentukan masyarakat yang teratur, damai dan sejahtera.
            Alkitab (secara khusus kitab Kejadian) dengan tegas dan lugas mendeskripsikan eksistensi manusia. Pendeskripsian ini dimulai dari proses penciptaan hingga pada pengingkaran manusia kepada Allah (dosa). Dalam proses penciptaan dinyatakan bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang istimewa. Keistimewaan ini terletak pada penciptaan manusia yang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (Imago Dei) dan juga diciptakan dengan sikap proaktif Allah. Keistimewaan manusia ini pada akhirnya menimbulkan suatu tanggungjawab manusia kepada Allah. Pertanggungjawaban manusia kepada Allah nyata dalam mandat Allah kepada manusia untuk menaklukkan dan menguasai segenap ciptaan. Dengan kata lain, keutuhan dan bahkan kesejahteraan seluruh ciptaan adalah tanggungjawab manusia. Manusia harus senantiasa proaktif untuk mewujudkan dunia yang diwarnai dengan keteraturan, kedamaian dan kesejahteraan sebagai konsekwensi keistimewaan itu.
            Paling tidak ada dua hal yang harus diperlihatikan setiap keluarga Kristen dalam penyataan kontribusi positifnya dalam pembentukan tatanan masyarakat yang teratur, damai dan sejahtera. Pertama: Setiap keluarga Kristen harus senantiasa sadar akan keistimewaannya sebagai ciptaan, yang pada akhirnya membawanya pada sikap yang sadar bahwa ia bertanggungjawab atas keteraturan, kedamaian dan kesejahteraan masyarakat dimana ia berada. Kesadaran ini di implementasikan dalam kepeduliaan terhadap sesama dan lingkungan. Ada peran yang senantiasa diperlihatkan keluarga Kristen dalam masyarakat dimana ia berada. Jadi tanggungjawab tersebut tidaklah bersifat abstrak.

Kedua : Kesadaran akan hal di atas kemudian dinyatakan terlebih dahulu secara internal melalui pola hidup pribadi dan keluarga yang layak untuk diteladani oleh orang lain. Teladan yang dimaksud di sini tentunya berpusat pada firman Allah yang senantiasa dijadikan sebagai orientasi hidup. Artinya, keteladanan itu adalah buah dari kedekatan dan ketaatannya kepada firman Allah. Dari kedua hal di atas kita melihat bahwa setiap keluarga Kristen harus peka dan peduli pada realitas masyarakat dan ia harus mampu menjadi teladan positif dalam masyarakat. Dan itu diekspresikan pertama-tama dari pribadi, kemudian keluarga sebagai buah kedekatan dan ketaatannya kepada Allah.
            Keluarga Kristen dalam masyarakat dewasa ini diperhadapkan dengan multi pergumulan. Dalam ranah sosial, realitas yang ada adalah kemiskinan dan kelaparan; kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebagai bias budaya patriakhat; tingginya angka kematian ibu dan anak sebagai buah dari rendahnya kesadaran akan pola hidup sehat dalam masyarakat. Pemanasan global (global warming), tingginya angka kriminalitas anak dan remaja, meningkatnya angka perceraian dan keluarga yang tidak harmonis, dan ragam masalah sosial sebagai bias dari kemajuan teknologi dan informasi yang merusak moral, spiritual dan tatanan masyarakat. Dan dalam ranah kepercayaan/ iman, realitas yang terbentang juga tak kalah ragamnya. Maraknya model dan corak kepercayaan yang berkembang tidak jarang membuat keluarga dan masyarakat kehilangan iman, terjebak pada pola keberimanan yang cenderung pragmatis, semu dan ekstrim. Dinginnya minat dan kontribusi anggota keluarga dalam pelayanan, dan lain lain. Inilah ragam tantangan yang harus dijawab setiap keluarga Kristen di tengah-tengah masyarakat dewasa ini.
Keluarga Kristen yang adalah ciptaan yang istimewa dan bertanggungjawab sudah selayaknya  menunjukkan sikap yang proaktif menanggapi semua realitas tersebut. Bukanlah sikap yang bertanggungjawab jika dalam realitas yang ada kita masih berpangku tangan, duduk diam menjadi penonton yang budiman. Sekaranglah saatnya setiap keluarga Kristen menampilkan dirinya sebagai sosok teladan yang senantiasa peduli dan bereaksi serta memberi kontribusi positif untuk menanggapi segala persoalan yang ada. Keluarga Kristen diharapkan mampu mempromosikan nilai-nilai positif ditengah-tengah masyarakat. Hal ini tentunya dimulai dari pribadi dan keluarga yang layak untuk diteladani.
Keluarga adalah tempat yang begitu indah untuk berbagi dan bertumbuh. Tanpa keluarga, kita tidak akan tetap tegar dalam menjalani hari-hari kita. Saat kita susah, senang, gagal, ataupun berhasil, keluargalah yang paling setia menemani dan menerima kita. Tidak ada seorang pun yang ingin terpisah dari keluarga. Namun, ada kalanya kita harus pergi meninggalkan keluarga karena studi atau pernikahan. Akan tetapi, hal ini tidak berarti kita putus hubungan dengan keluarga.  Allah menetapkan keluarga sebagai wadah untuk menyatakan rencana-Nya bagi dunia. Allah sebagai pembentuk keluarga memiliki misi agar keluarga menjadi komunitas yang memancarkan rencana dan kasih-Nya bagi dunia. Dalam tujuan ini Allah membentuk keluarga serta mengikatnya oleh persekutuan yang berbasis iman dan tentunya memiliki kasih dalam setiap relasi yang dibangun.
Di dunia yang kacau dan sedang tidak menentu ini, adalah lebih penting daripada sebelumnya untuk menjadikan keluarga  pusat dari kehidupan kita dan prioritas tertinggi kita. Keluarga menjadi inti dalam rencana Bapa Surgawi kita. Pernyataan dalam “Keluarga: Pernyataan kepada Dunia” menegaskan tanggung jawab orang tua bagi keluarga mereka: Supaya anak-anak mereka tidak Terjerat oleh kemajuan zaman yang menyuguhkan berbagai situasi yang cepat menarik perhatian muda/i Kristen  sehingga mereka bisa terjebak pada hal-hal yang tidak di inginkan semisal NAPZA, NARKOBA, SEKS BEBAS, PERGAULAN BEBAS dan lain sebagainya.
“Suami dan istri memiliki tanggung jawab kudus untuk mengasihi dan memelihara satu sama lain dan anak-anak mereka. ‘Anak-anak adalah milik pusaka daripada Tuhan’ (Mazmur 127:3). Orang tua memiliki kewajiban kudus untuk membesarkan anak-anak mereka dalam kasih dan kebenaran, menyediakan kebutuhan fisik dan rohani mereka, mengajar mereka untuk saling mengasihi dan melayani, untuk mematuhi perintah-perintah Allah, mereka menjadi penduduk yang mematuhi hukum di mana pun mereka tinggal. Para suami dan istri, para ibu dan ayah akan bertanggung jawab di hadapan Allah untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut.”
Menurut pengalaman dan penglihatan penulis banyak keluarga Kristen sekarang ini yang mengalami kehancuran, akibat perceraian, perselingkuhan, kenakalan anak anak bisa membawa pertikaian/permasalahan dalam keluarga. Banyak suami- suami yang tidak memahami peranannya dalam keluarga, fungsi dan tugasnya, demikian sebaliknya isteri tidak memahami hakekat dan makna, fungsi dan peranannya dalam keluarga dan rumah tangga. Anak tidak patuh dan hormat lagi kepada orang tua yang merawat dan membesarkannya.
Menurut pengamatan penulis alangkah mudahnya seorang bapak (suami) yang nota bene adalah kepala keluarga sering nongkrong di kedai (lapo) sampai larut malam, duduk santai dan minum sampai mabuk mabukan, sangatlah janggal apabila seorang ayah menyuruh anaknya pergi ke sekolah minggu, sedangkan dia tak pernah sekalipun pergi ke Gereja kecuali pada waktu natalan atau tahun baruan, pembabtisan dan sidi.  sangatlah tidak enak apabila seorang isteri tidak memenuhi tugasnya sebagai isteri semisal terlalu banyak ngerumpi dengan teman-temannya tanpa memperdulikan bagaimana anak-anaknya pergi dan pulang sekolah, makan atau tidak makan. Demikian juga dengan anak yang sesukanya bolos dan tawuran padahal orang tuanya susah payah mencari nafkah untuk kepentingan dan biaya sekolahnya.
Maka dari itu penulis merasa perlu menuliskan dan menguraikan perlunya keluarga Kristen yang bertanggung jawab, baik tanggung jawab sebagai orang tua, Isteri dan anak, dewasa ini semakin diperlukan jiwa jiwa yang penuh tanggungjawab baik di masyarakyat, sosial terlebih di dalam Gereja, maka dengan demikian akan membuat Iman semakin dewasa dan makin bertanggung jawab di segala bidang. Dan dapat mengimplementasikan Imannya dalam Gereja masa kini.
            Pertanggungjawaban manusia sebagai ciptaan yang unik dan istimewa berpusat kepada Allah. Dan yang menarik dalam hal ini adalah, kekuatan dan kesanggupan manusia dalam pelaksanaan tanggungjawab tersebut juga tergantung kepada Allah sebagai pemberi tanggungjawab. Dengan demikian perlu ada komunikasi dan koordinasi yang kontiniu antara manusia dengan Allah dalam perwujudan dunia yang diwarnai keteraturan, kedamaian dan kesejahteraan itu. Manusia akan mampu menata dunia dan seluruh ciptaan sesuai dengan kehendak Allah apabila dalam diri manusia tersebut terkandung dimensi ketaatan kepada Allah. Inilah yang menjadi faktor penentu kesuksesan manusia dalam pelaksanaan tanggungjawabnya sebagai ciptaan yang istimewa di hadapan Allah
            Dalam pembentukan keluarga Kristen, kesadaran akan tanggungjawab manusia sebagai perpanjangan tangan Allah dalam pembentukan tatanan dunia yang teratur, damai dan sejahtera menjadi variabel yang sangat menentukan. Bahkan itulah yang seharusnya menjadi titik berangkat pembentukan keluarga Kristen. Setiap keluarga Kristen dibangun dari pribadi yang bertanggungjawab kepada Allah sebagai alat pembentukan tatanan dunia (keluarga) yang teratur, damai dan sejahtera. Kesadaran yang demikian akan membentuk anggota keluarga yang juga bertanggungjawab terhadap anggota keluarga lainnya sebagai bagian dari dunia ciptaan Allah. Anggota keluarga yang memberi apresiasi terhadap pemahaman yang demikian niscaya akan memandang setiap anggota keluarga sebagai pribadi yang harus dihormati dan dibahagiakan. Dan itu dinyatakan atas kesadaran dan tanggungjawabnya sebagai ciptaan Allah yang istimewa. Keluarga adalah lembaga tertua didunia sejak Tuhan menciptakan langit dan bumi. Keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena melalui keluargalah dapat terbentuk suatu masyarakyat yang maju, Greja yang Misioner. Keluarga merupakan jantung masyarakat dan didalamnya tercipta awal dari semua gagasan, sikap, keyakinan dan kasih.[1].
1.2. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya  tulis ini, penulis memakai metode studi literature, yaitu dengan memilih, membaca, dan mempelajari buku-buku yang sesuai dengan judul, artikel, artikel atau tulisan yang berkaitan dengan judul yang dapat mendukung penyelesaian tulisan ini.
1.3. Sistematika Penulisan
Dalam karya tulis ini, penulis membahas mengenai tanggungjawab keluarga Kristen dan dan implementasinya dalam Gereja masa kini, penulis sadar bahwa topik ini amatlah luas cakupannya. Dengan demikian supaya penulis lebih mudah mengetahui inti pokok dari karya tulis ini, maka penulis membuat suatu batasan secara bab demi bab
BAB I:            Dalam bab ini penulis menguraikan : Pendahuluan tentang                                               permasalahan, alasan memilih judul, metode penulisan, serta                             sistematika penulisan.
BAB II:           Dalam bab ini penulis menguraikan: pengertian keluarga, tinjauan                                    Budaya Batak tentang keluarga, dan keluarga dalam Perjanjian Lama,              dan Perjanjian Baru
BAB III:         Dalam bab ini penulis menguraikan peranan orang tua dalam  keluarga, peranan ayah sebagai imam dalam keluarga, tanggungjawab ibu dan anak dalam keluarga
BAB IV:         Dalam bab ini penulis menguraikan keluarga Kristen harus mampu                     sebagai Garam dan Terang dunia, tugas dan tanggung jawab Kristen                       dan implikasinya dalam Gereja masa kini
BAB V:           Bab ini merupakan kesimpulan dari seluruh pembahasan serta saran-                 saran




BAB II

TINJAUAN BUDAYA /ALKITAB MENGENAI KELUARGA

2.1. Pengertian Keluarga
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Keluarga di artikan dengan[2] : (1)Ibu, Bapak dengan anak-anaknya; seisi rumah, (2) Orang seisi rumah yang menjadi tanggungan, (3) satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Dari pengertian tersebut muncullah istilah keluarga,  keluarga besar yang berarti tidak hanya terdiri atas suami, istri, dan anak tapi juga mencakup adik, kakak ipar, keponakan dan sebagainya.
Kelurga : Berasal dari Bahasa Sansekerta"kulawarga"; "ras" dan "warga" yang berarti "anggota" adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, dan tanggung jawab
Selain itu juga muncul istilah berkeluarga yang berarti berumah tangga; mempunyai Keluarga, bersanak keluarga, berkerabat mempunyai istri dan suami, dalam banyak hal, keluarga merupakan organisasi yang terpenting. Menurut James Starhan, keluarga adalah kelompok sosial yaitu suatu hasil dari proses sosial Dalam masyarakat dan merupakan unsur terkecil dalam pembentukan masyarakat.[3]
Keluarga adalalah: Yang terdiri dari ayah, ibu yang dipersatukan seumur hidup dalam pernikahan yang monogamy, sekelompok manusia yang mempunyai hubungan erat satu sama lain[4].

Keluarga adalah kelompok sosial dari hasil proses sosial masyarakyat dan merupakan unsur terkecil dalam pembentukan masyarakat. Keluarga secara umum dapt dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu.

  1. Keluarga Batih/inti (Nucleur Family) yaitu kelompok yang teridiri dari ayah, ibu dan anak-anak atau tanpa anak yang belum memisahkan diri dari keluarga.

  1. Keluarga Besar (Extention Family/Great Family) yaitu kelompok kekerabatan yang berdasarkan atas garis keturunan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak,  mertua, menantu, cucu, cicit dan sebagainya.
  2. Keluarga Jauh (College Family) yaitu “kolega”, guru, anak didik, organisasi dan sebaginya.

  1. Keluarga Orientasi (Orientasi Family) yaitu keluarga dimana individu-individu bergabung dalam satu keturunan, dalam arti keluarga yang terdiri dari segolongan yang hidup bersama.[5]

Hakekat Keluarga adalah kesatuan dari semua anggota keluarga dimana ayah, ibu dan anak dipersatukan disalam persekutuan sesungguhnya. Masing masing mereka mereka merasakan bahwa mereka adalah bagian integral (utuh yang tidak dapat terpisahkan) satu dengan yang lain. Keluarga merupakan tempat pembentukan pribadi seseorang. Akan tetapi setiap orang yang telah dibentuk dalam keluarga juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
ML Thomson menyatakan suatu defenisi tentang keluarga dalam kerangka iman, yakni “Sebagai saudara dalam keluarga Allah, kita menerima setiap orang sebagai keluarga tanpa membeda-bedakan, baik mereka yang dihubungkan dengan hasil perkawinan, adopsi, mereka yang memilih hidup sendiri atau menjadi anggota keluarga di luar kelarga mereka sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan Keluarga merupakan pemberian Tuhan dan Dia sendirilah sebagai pusta atau kepala keluarga melalui anakNya Yesus Kristus (Ef 5:23)[6]

Soemadi Tciptojoewono mengatakan tentang pentingnya keluarga, setiap orang belajar dari lingkungan keluarga, dan keluargalah yang perta sekali menikmati jika seseorang itu berhasil dalam hidupnya. Demikian sebaliknya, bila ada yang gagal maka keluarga itulah yang palin menderita, artinya di dalam keluarga ada hubungan timbal balik diantara sesama.[7]

Ny. Singgih D.Gunarsah mendefenisikan Keluarga adalah bagian dariMasyarkat yang mempunyai hubungan dalam perkembangan Zaman. Keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan saja. Keluarga yang teridir dari Ayah, ibu, anak dan sanak famili harus saling mengisi, dan memberi. Keluarga merupakan sumber dari pendidikan utama, pengetahuan, kecerdasan anggotanya. Keluarga merupakan produsen dan konsumen  sekaligus, dan harus mempersiapkan dan menyediakan segala kebutuhan sehari-hari seperti sandang, pangan dan papan. Setiap anggota keluarga dibutuhkan dan saling membutuhkan satu sama lain, supaya mereka dapat hidup lebih senang dan tenang. Hasil kerja mereka harus dinikmati bersama.[8]
Keluarga adalah Unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan, saling berhubungan melalui pertalian darah yang mempunyai kedekatan dan konsistensi hubungan yang erat

2.2 Pandangan Orang Batak terhadap Keluarga
Salah satu Falsafah Orang Batak adalah 3 H, Hamoraon (Harta kekayaan), Hagabeon (anak dan keturunan) dan hasangapon (Kedudukan dan kehormatan) hal ini masih berlaku hingga saat ini. Keluarga dalam pandangan orang Batak mempunyai ruang lingkup yang cukup luas yaitu mencakup ayah (Among), inong (Ibu) Anggi ( adik) Haha (abang) ito (Saudara perempuan), parumaen (Menantu perempuan) Hela (menantu laki-laki), Pahompu (Cucu) haha doli dan anggi boru, Tulang (Paman) saudara laki laki dar ibu, Namboru (Bibi) saudara perempuan dari ayah , Lae, Tunggane (Saudara dari isteri). Keluarga dalam masyarakat batak dikenal dengan istilah “Tutur (Famili).[9]
            Hagabeon (kesuburan, memiliki banyak turunan) adalah satu dari antara tiga      cita-cita atau filsafat hidup terpenting Batak. Dua lagi adalah: hamoraon (memiliki    banyak harta) dan hasangapon (sangat dihormati). Ketiga hal itu, sering disingkat 3 (tolu) H, dianggap sebagai “tiga serangkai” nilai yang menjadi falsafah atau orientasi hidup masyarakat Batak. (dalam lagu Alusi ahu ciptaan Nahum Situmorang ke tiga nilai itu sudah disebut sebagai cita-cita banyak orang Batak). Namun menurut penulis, sadar atau tidak sadar, banyak rang Batak sebenarnya menganggap hagabeon itulah yang paling penting atau bahkan satu-satunya yang makna hidup di dunia ini[10].
Umpasa dibawah ini adalah salah satu yang  mengungkapkan Bahwa Orang Batak    rindu akan Keluarga dan anak.
Bintang na  rumiris ombun na sumorop
Anak pe riris boru pe torop.
Lili ma di ginjang hodong ma di toru
Riris ma jolma di ginjang torop ma pinahan di toru.
Andor halumpang togu-togu ni lombu
Sai saur matua ma ho paabing-abing pahompu.
Harangan ni Pansur batu hatubuan ni singgolom
Maranak ma hamu sampulu pitu marboru sampulu onom.
Sahat-sahat ni solu sai sahat tu bontean
Leleng hita mangolu sai sahat ma tu panggabean
Sai tubuan laklak ma tubuan singkoru
Sai tubuan anak ma hamu tubuan boru.
Tinampul bulung ni salak laos hona bulung singkoru[11]

Dalam kebudayaan Batak dikenal istilah Dalihan Natolu (tungku nan tiga), Dalihan natolu adalah satu kerangka yang meliputi hubungan-hubungan perkawinan yang menghubungkan sauatu kelompok kekerabatan yang terdiri daripara pria yang seketurunan dengan, pada satu pihak pria yang seketurunan, yang telah mengawinkan anak wanita mereka dengan pria kelompok kekerabatan pertama, Lebih dalam lagi mengaplikasikan kawan satu marga adalah keluarga.
Marga adalah kelompok orang-orang yang merupakan keturunan dari seorang kakek bersama) dan garis keturunan diperhitungkan melalui bapak yang bersifat patrinileal. Dalihan natolu mencakup Hula-hula (Pihak dari Isteri dan Ibu), Dongan tubu, pihak dari laki-laki, Boru pihak dari saudari perempuan, juga disebut  pihak keluarga.[12]. Dari situ dapat kita simpulkan bahwa pengertian keluarga bagi orang batak sudah mencakup luas, bukan hanya sebatas antara hubungan anak, ayah, ibu lagi.

2.3 Keluarga dalam Perjanjian Lama
Dalam Alkitab, Teologi Penciptaan (Kej 1-2) keluarga yang diawali dengan perkawinan disebut dengan persekutuan yang dipersatukan oleh Allah. Apa yang telah dipersatukan oleh Allah tidak dapat diceraikan dan dipisahkan oleh manusia kecuali oleh karena kematian dan Zinah (band Mat 19:5-9) didalam Perjanjian Lama pengertian keluarga dihubungkan dengan seluruh anggota keluarga, baik dari masa lalu hingga masa kini, yang masih hidup dan yang sudah mati. Istilah yang sering dipergunakan dalam menyebut keluarga adalah “syebet” artinya suku “mispakha” artinya kaum dan bayi yang artinya keluarga.(Yos 7:16-18).

Keluarga dalam Perjanjian Lama berada dalam kerangka dasar umat Allah, Kehidupan keluarga tidak terlepas dari identitas bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah. Keluarga merupakan pusat perjanjian bangsa Israel dengan Allah. Dengan menjadi anggota keluarga, yang lahir dan bertempat tinggal di Israel, maka orang tersebut sudah menjadi umat Allah. Di dalam Tradisi Israel kuno, diyakini bahwa anak merupakan anugerah dari Tuhan yang mendatangkan sukacita dalam keluarga. Dalam Keluarga Israel, kehadiran anak sangatlah penting hal ini dikaitkan dengan pemeliharaan warisan lelhur. Ketika anak lahir orangtuanya memberi nama, dan pemberian nama kepada anak menurut tradisi Israel kuno berkaitan dengan otoritas yang di miliki orang tua. Dalam menjalin hubungan, keluarga mendapat penekanan untuk saling berbagi diantara sesama anggota keluarga: suami-isteri, orangtua-anak. Orang tua mempunyai peran yuridis yang sangat besar.[13]

Manusia merupakan karya ciptaan Allah yang terbesar, mahkota ciptaan, hanya manusialah yang dapat memasuki hubungan persekutuan dengan Allah pencipta dan juga dengan ciptaan lainnya. Manusia sebagai ciptaan Tuhan mempunyai kewajiban mematuhi segala ketetapan Allah. Salah satu ketetapan itu adalah ketetapan di dalam keluarga, sebagaimana manusia harus patuh kepada Allah demikian juga keluarga harus patuh pada Tuhan, dengan demikian setiap anggota keluarga dsitekankan untuk hidup persektuan yang harmonis dengan sesame anggota keluarga. Artinya harus ada keseimbangan dalam hubungan dengan Allah dan juga dengan sesama manusia.[14]

Keluarga adalah lembaga yang tertua di dunia sejak Tuhan menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya (Kej 2:24), dan sekaligus merupakan unit sosial terkecil dalam masyarkata. Alkitab menyaksikan bahwa Allah sendirilah yang membentuk manusia menjadi satu keluarga. Sehubungan dengan hal tersebut, Allah memberi peraturan dan ketentuan yang harus di tata oleh setiap anggota  keluarga, sekaligus memperingatkan mereka untuk melanggar ketentuan tersebut (bnd Ef 5:22-26;6:1-4).[15]
Deretan bentuk organisasi keluarga terjadi dari Suku atau marga (bahasa Ibraninya: “Schebet” naskah iman menyebut matte, batang/tongkat, golongan(clan), keluarga besar dan keluarga rumah tangga(famili). Keluarga adalah pertalian darah yang didasarkan pada persekutuan (Kel 1:9) dan “Persekutuan darah: (Im 17:10). Demikian juga dengan ke 12 suku atau Marga Israel disebut sebagai keluarga Israel[16]

Persekutuan atau pertemuan keluarga terjadi dapat kita temui misalnya dalam keluarga Abraham dan Lot, di mana Abraham berpisah dengan Lot sanak saudaranya itu (Kej 13:5,13), tetapi menjadi tugas Abraham menjaga ersekutuan keluarga apabila Lot diancam oleh musuhnya(Kej 14:12-16) segera ia dating menolong karena hukum kekeluargaan.[17]

2.4 Keluarga dalam Perjanjian Baru

Didalam Perjanjian Lama pengertian keluarga dihubungkan dengan seluruh anggota keluarga, baik dari masa lalu hingga masa kini, yang masih hidup dan yang sudah mati. Dalam Perjanjian Baru istilah yang dipakai adalah “narpia” yang menekankan asal-usul keluarga yang menunjuk pada bapak leluhurnya (band Lukas 2:4; Kis 3:25). Istilah lain yang digunakan adalah “oikos” yang artinya rumah tangga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak dan juga para hamba, budak, pelayan dan sesama (bnd Mat 21:33; Kis 10:7)[18].
Keluarga Sebagai anggota Tubuh Kristus terbuka kepada keluarga lainnya dengan saling mengasihi dan saling menghargai.1 Kor 10:16-17, Ef 5:10. Dalam Efesus fatsal yang ke 6 secara sederhana pengertian keluarga dapat dirumuskan : Keluarga dimana ayah, ibu dan anak-anaknya percaya kepada Yesus Tuhan sebagai Juruselamatnya, artinya seluruh anggota keluarga mengikuti ajaran Kristus dan mngamalkannya dalam kehidupan seharihari. Hal senada juga di ungkapkan Oleh Roy Lessin : Keluarga merupakan gagasan Allah bukan gagasan manusia, tetapi Tuhanlah yang menentukanNya. Ia mempersatukan laki-laki dan perempuan yang pertama dalam pernikahan. Bertitik tolak dari pemahaman ini, Lessin membuat paradigma sebagai berikut :
Ayah- Iteri- Anak
Dari kiri ke kanan menunjukkan ketundukan
Dari kanan ke kiri menunjukkan pelayanan

Demikianlah hubungan antara anggota kel;uarga diatur sehingga berjalan dengan harmonis[19]. Selanjutnya pemahaman yang serupa di nyatakan oleh Hadisubrata dengan membentangkan 4 bagian besar yang disebut sebagai keluarga orang Kristen

Fondasi kehidupan keluarga Kristen dan seluruh kerangka hidupnyaberoperasi dalam Kasih Kristus (Ef 5:22-6:9). Semua anggota keluarga dalam posisi apapun harus saling mengasihi sebagai landasan hidup harmonis, baik secara pribadi dan rumah tangga.

-          Suami adalah kepala, ia harus berperan sebagai kepala rumah tangga, bukan pemerintah.

-     Isteri adalah penolong/pendamping suami yang harus berperan   sebagai             penopang, buka sebagai pengatur kebijakan rumah     tangga.

-          Anak adalah milik bersama, dan suami adalah penanggung jawab utama bersama isteri dalam membina anak-anak agar hidup dalam Ketaatan kepada Allah dan orang tua

Dari penjelasan di atas maka dapat kita ketahui bahwa keluarga Kristen adalah Keluarga yang menerima baptisan dari Allah Bapa, Allah Anak, dan Roh Kudus. Segala tindakan-tindakan dalam keluarga Kristen berpatokan pada Pengajaran Tuhan Yesus.[20]

Kata “oikos” artinya “rumah” banyak terdapat dalam masyarakat Yunani dan Romawi (Kurios atau despotes), istri, anak dan hamba-hamba, tapi juga beberapa tanggungan seperti para pelayan, pekerja dan bahkan budak-budak tebusan atauu teman-teman yang sukarela menggabungkan diri dalam persekutuan yang timbal balik Mat 21:33. Jemaat digambarkan sebagai satu keluarga Allah (Ef 2:19) atau keluarga iman (Gal 6:10)[21]

Dalam 1 Korintus 3:11 dikatakan “Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus” Artinya Yasus kristuslah yang menjadi dasar dan pemimpin setiap keluarga.








BAB III

PERANAN ORANG TUA DALAM KELUARGA KRISTEN

3.1 Peranan orang Tua

Kata peranan tidak asing lagi bagi kehidupan dan aktifitas manusia, setiap individu memiliki “peran” dan memiliki “peranan” untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa: Peranan adalah seperangkat tingkat yang diharapkan, dimilik oleh orang yang berkedudkan dalam masyarakat[22].

Arti peranan dalam hal ini adalah merupakan tugas dan tanggungjawab yang harus dilaksanakan. Poerwadarminta menjelaskan bahwa : Peranan berasal dari kata peran yang berarti tokoh atau pelaku, oleh karena itu peranan merupakan salah satu bagian yang terpenting[23]

Peranan orang tua sangat penting dalam kehidupan rumah tangga, maju mundurnya keluarga terletak pada orangtua dalam hal ini kita sebut ayah dan ibu. Anak anak dipandang sebagai anugerah Tuhan yang dipercayakan pada orang tua. Pemberian kasih, disiplin dan latihan diwujudkan dengan peranan orang tua, orang tua sebagai pelatih, penasehat dan sebagai pendamping anak setiap hari, membri petunjuk, anjuran dan menegur.  Sehingga anak-anaknya mampu bertumbuh dewasa . Kemajuan anak- anak terletak pada peran orang tua[24]

Peranan orang tua di tinjau dar berbagai segi

1. Segi Etika Kristen
Pandangan etis oleh seorang ahli yang bernama Bienert yang adalah seorang Teolog yang kemudian dikutip oleh J Verkuil dalam bukunya Etika Kristen mengatakan bahwa : Pekerjaan Allah adalah sumber pekerjaan manusia, artinya Allah sebagai sumber dan pemula kerja, kemudian diteruskan kepada manusia sebagai ciptaanNya. Setelah manusia diciptakan oleh Allah, Ia memberikan mandate kepada manusia untuk menguasai dan menahlukkan bumi. Manusia dalam hal ini adalah laki-laki dan perempuan (orang tua), adalah mahlukk pekerja secara khusus untuk anak-anak.[25]

2. Segi Sosiologi
Pandangan Sosiologi mengatakan bahwa keluarga merupakan jantung masyarakat, dikatakan demikian karena di dalam keluarga sebuah keluarga terjadi awal dari segala sesuatu gagasan, sikap, keyakinan, dan perasaan. Apa yang terjadi dalam keluarga akan menentukan apa yang akan terjadi dalam Gereja, di sekolah, di dalam masyarakat atau di dalam suatu bangsa atau negara[26].
Dari keterangan datas maka dapat di rangkum bahwa keluarga adalah masyarakat sosial, dan suami isteri (orang tua) harus mampu untuk memimpin keluarganya (anak-anaknya) dan segala aktifitas keluarga dengan baik.

3.  Segi Psikologi
Pandangan Psikologi tentang peran orang tua dalam keluarga sangatlah mutlak dalam Psikologi Perkembangan/anak orang tua adalah prioritas utama dalam satu keluarga. Orang tua harus bisa memenuhi kebutuhan anaknya, menjalin keakraban dan hubungan yang erat. Mampu memupuk kepercayaan diri anak dan perasaan amang untuk dapate berdiri dan bergaul dengan teman-temannya. Memberi kasih sayang, mendukung perkembangan anak serta melindungi mereka. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya,  Memperhatikan dan mempersiapkan anak anaknya untuk mandiri. Mengavaluasi sifat dan sikap anak-anaknya dan terutama mendidik anaknya kea rah yang lebih baik, peran orang tua adalah menenteramkan jiwa anak anaknya.[27]

4. Segi Teologis(Alkitab) Di dalam Ulangan 6:6-9  dikatakan
6:6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,

6:7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.

6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,

6:9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.
Nas ini mengatakan tanggung jawab orang tua kepada anak-anaknya, Kewajiban orang tua untuk mengajarkan Firman Tuhan pada anaknya, melalui pembiasaan, pemahaman serta penghayatan akan Firman Tuhan agar dilaksanakan di dalam satu keluarga di bawah bimbingan orang tua.
Gagasan atau konsep tersebut memiliki makna penting untuk dipergumulkan dan diterapkan, yakni membangun persekutuan dalam keluarga Kristen yang diperankan oleh orang tua.

Persekutuan keluarga yang dipimpin orang tua adala organisma terkecil dari Gereja, melalui persekutuan tersebut akan tercipta iman, cinta dan kasih sayang, norma dan etika yang berlaku dalam keluarga dan Gereja yang bertujuan untuk meningkatkan kwalitas spritualitas anak. Orang tua merupakan perpanjangan tangan Tuhan yang bertanggungjawab untuk mensejahterakan keluarga. Orang tua memiliki peran dalam bidang ekonomi, pendidikan, social dan rohani anak.

Tokoh Reformasi Marthin Luther “Hendaknya orang tua harus mempersiapkan sejak dini anak-anaknya untuk menjadi seorang Kristen yang baik. Orang tua harus mengingat bahwa pesan dan hokum atau perintah dari Allah, wajib mereka ajarkan pada anak-anaknya.[28] Pendapat tersbut dapat disimpulkan bahwa salah satu profil orang tua yang baik adalah mendidik anak-anaknya dalam ajaran dan nasehat Tuhan agar menjadi orang Krsiten yang takut akan Tuhan (Ams 1:7)[29]



Tanggungjawab dan tugas orang tua

  1. Menjadi penasehat utana dalam rumah tangga bagi anak-anak dalam kebutuhan rohani. Menata komunikasi yang baik terutama tentang pengajaran Firman Tuhan.

  1. Penegak disiplin dalam keluarga seperti Allah menerapkan disiplin kepada anak-Nya atau umat-Nya (Ibr 12:5-11). Allah menggunakan metode pemeliharaandan teguran sebagai disiplin dan peringatan (Ul 11:1)[30]

Dalam Ef 6:4 terdapat perintah yang sangat penting, bahkan merupakan kewajiban orang tua untuk melatih anak dalam pendidikan disiplin hidup Kristen (Paldeia: pendidikan dengan disiplin dan Nouthesia ; pendidikan dengan lisan. Alkitab meletakkan tanggung jawab untuk pendidikan religius pada orang tua[31]






3.2 Peranan Bapak sebagai Imam   dalam keluarga
Perkataan imam berasal dari bahasa Arab yang artinya pemimpin sembahyang (shalat) oramh Yahudi sering menhubungkan imam dengan imamat. Imamat dalam bahasa Ibrani Wayyiqra yang artinya Dia memanggil.[32]
Dengan demikian dapat diketahui bahwa Imam adalah orang yang di panggil Tuhan dalam pelayanan khusus. Para imam bertanggungjawab atas segala acara dan upacara dalam persembahan di Bait atau tempat suci. Imam adalah bapa dan penasehat umat Allah[33].

Seorang laki-laki tua adalah perwujudan (penjelmaan) dari suatu pengalaman yang panjang (Ul 32:7; Mzm 37:25) dalam melaksanakan tugas atau nasehat/ kebijakan mereka sangat berhati-hati ( 1 Raja 12:6-8;13) oleh karena itu seorang laki-laki tua harus memiliki kualifikasi yang baik untuk dapat menjabat sebagai penatua atau tua-tua. [34]

Dalam keluarga kaum bapak adalah merupakan Imam atau pimpinan yang bertanggungjawab dalam hal membina spiritualitas anak untuk mengenal Tuhan.Dalam 1 Petrus 2:9 di bentangkan bahwa semua orang percaya menjadi imamat yang rajani bangsa yang kudus kepunyaan allah sendiri,serta
Bertugas untuk memberitakan perbuatan perbuatan yang besar dari Dia. Melalui ayat ini seorang bapak harus memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang dialaminya kepada anak anaknya. Dengan memberikan pengajaran secara terus menerus akan menjadikan spritualitas anak yang baik.

 Menurut Einar Sitompul bapak sebagai imam memiliki tanggung jawab dan kewajiban social religius. Bapak harus menjalankan ketetapan agama atas nama keluarga ia harus mempersembahkan korban bakaran untuk Tuhan (Kej 17:27) Ayub mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan untuk menguduskan keluarga dan anak-anaknya (Ayub 1:5) dia bertanggung jawab atas kebutuhan rohani keluarganya kesalahan anak-anaknya menjadi beban dalam dirinya[35]

Keluarga harus mencerminkan prinsip Kerajaan Allah. Bila cermin pemerintahan Allah ada dalam suatu rumah tanggga, berarti Yesus ada di atas suami. Dalam hal ini wewenang yang dimiliki suami bukan wewenang untuk digunakan semena-mena. Tetapi wewenang yang dibungkus dengan kasih Kristus demi kemuliaan Allah dan tegaknya rumah tangga Allah atau pemerintahan Allah dalam keluarga. Untuk ini seorang suami harus menjadi imam. Dalam hal ini harus ditegaskan bahwa hubungan suami istri dapat menjadi lambang hubungan Kristus dengan jemaat (Efesus 5:32).

Allah menentukan suami harus menjadi imam dalam keluarga. Seperti Kristus berkorban untuk jemaat, demikian pula suami harus berkorban bagi keluarga. Hal ini juga ditegaskan oleh Allah Bapa dalam Kejadian 3:19, bahwa manusia (laki-laki) akan berpeluh dalam mencari nafkah. Sebagai "penolong", istri dapat membantu suami mempertahankan ekonomi keluarga, tetapi suami tidak boleh menjadikan istri "sapi perahan" guna menunjang kebutuhan keluarga.

Dalam Efesus 5:25, disebutkan bahwa suami harus mengasihi istri seperti "Kristus mengasihi jemaat". Dalam hal ini, suami harus melihat kasih Kristus sebagai prototype atau teladan kasih yang harus dikenakan terhadap istri. Untuk itu kita harus mengerti tempat Kristus bagi jemaat. Kristus adalah kepala atau pemimpin yang memimpin kepada kebenaran[36]

3.2.1 Sebagai Teladan
Bapak yang baik adalah teladan dan merupakan harapan ibu dan anak-anaknya didalam keluarganya. Menjadi bapak yang teladan dalam rumah tangga bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, karena kelangsungan keluarga berada di pundak bapak. Seorang bapak bertanggungjawab memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Ketaatan seorang bapak dalam melaksanakan ibadah akan menunjukkan keteladanan yang baik bagi anggota keluarganya. Menghormati Isteri dan anak –anak merupakan suatu sikap dan moral yang baik, Paulus menekankan agar bapak (Suami) harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri (Ef 5:28)[37]

Peranan bapa dalam keluarga adalah sebagai wakil kepada Allah Bapa yang Maha Tinggi. Tanggungjawabnya adalah sebagai penyedia kepada keperluan keluarga, kepimpinan dan perlindungan dari segi fisik dan hal-hal spiritual. Ianya bukan hal kecil sekiranya bapa menyangkal perlengkapan keperluan isteri dan anak-anak, seperti yang kita lihat dari teguran Paulus kepada mereka yang tidak menjaga keperluan keluarga mereka.
1 Timotius 5:8 Tetapi sekiranya sesiapa yang tidak menyediakan untuk dirinya sendiri, terlebih lagi kepada keluarganya, dia telah menyangkal iman dan lebih buruk daripada orang yang tidak percaya. Ini juga dilihat dalam celaan Solomo kepada orang malas untuk menyuruh dia bertindak dalam Amsal 6:6-11
Sementara tanggungjawab pencari nafkah itu diberikan kepada bapa apabila Allah memberitahu bahawa dia harus makan dari titik peluhnya (Kej 3:19), dia juga bertanggungjawab dan tidak boleh menolak keperluan spiritual seseuatu keluarga.
Sebelum keimamatan telah didirikan di Israel, bapa mempunyai tanggungjawab untuk mengorbankan bagi pihak keluarganya, seperti yang kita lihat dari teladan Abraham dalam Kejadian 12:8 dan teladan Ayub dalam Ayub 1:5. Sebagai pengajar anak-anak bersama dengan ibu, bapa ini telah diberikan tanggungjawab utama untuk memimpin keluarga dalam mengajar Hukum Allah (Kel 12:126-27; Ul 6:6-7; Ams 22:6; Ef 6:4).[38]
Secara Praksis bapak sebagai mama ditengah-tengah keluarga mengemban tugas sebagai pengkhotbah, sebagai hakim dan pengajar. Sebagai pengkhotbah di keluarga bapak harus mengajak anggota keluarga mengadakan persekutuan dengan Tuhan, contohnya mengadakan kebaktian dalam keluarga. Dalam kebaktian tersebut bapak menjadi pengkhotbah mengambil teks yang ada dalam Almanak (ayat harian) atau membacakan isi ringkasan khotabah yang telah disediakan dalam renungan harian (Buku mendekat/pajonok hamu ma tu Debata mempimpin doa atau menyuruh  salah seorang untuk berdoa[39]
3.3. Peranan Ibu dalam rumah tangga
Peranan ibu adalah pengasuh dan yang melaluinya kehidupan diberikan. Bapa dan ibu memperanakkan anak, simbolik kepada Bapa bersama dengan anak-anakNya menciptakan manusia pada mulanya. “Dan Allah berfirman, Marilah kita meciptakan manusia mengikut rupa kita... Jadi Allah menciptakan manusia mengikut rupaNya, dalam imejNya Allah menciptakan manusia, lelaki dan perempuan Dia ciptakan,” (dari Kej 1:26-27). Setiap anak lahir dibuat mengikut fizikal yang sama dari bapa dan ibunya.
Dalam Yohanes 1:3-4 bercakap tentang anak Eloah, firman Allah, “Semua perkara datang melalui Dia, dan tanpa Dia tidak ada yang seorang pun yang wujud. Dalam Dia ada kehidupan, dan kehidupan itu adalah terang kepada manusia.” (LITV). Sementara Bapa memberikan kehidupan kepada manusia melalui Firman, bapa dalam bentuk fizikal memberikan kehidupan kepada anak-anaknya melalui ibu.
Kemudian ibu mengambil peranan yang lebih aktif dalam membesarkan anak-anak dengan membawa bayi yangbelum dilahirkan dalam rahim dalam jangka masa tertentu, dan mengikat perhubungan dengan keturunannya yang dia bantu untuk hidup. Selepas dilahirkan, sudah menjadi tanggungjawab ibu sebagai penjaga utama untuk mengasuh anak dengan memberi makan dan interaksi untuk melihat anak ini membesar kepada pntensi yang baik dan akhirnya menggantikan bapa atau ibu sebagai ketua dan mengajar sebagai kepala dalam keluarganya sendiri[40]
1Timotius 5:14 Karena itu aku mau supaya janda-janda yang muda kawin lagi, beroleh anak, memimpin rumah tangganya dan jangan memberi alasan kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama kita.
Amsal 29:15 Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.
Dari ayat-ayat dalam Amsal ini kita melihat bahawa ianya adalah tanggungjawab ibu untuk mengaja dan menuntun anak-anak dalam Hukum Allah sebagai sebahagian daripada pengasuhan anak. Kegagalannya untuk melaklukan demikian membawa malu kepadanya.[41]
Pada awal kehidupan anak-anak, bapa membantu ibu dalam hal pengasuhan dan juga menjadi penasihat dan menjadi sumber kekuatan kepada keluarga. Sementara anak-anak menjadi matang peranan yang membina ini menghasilkan buah dan anak-anak lelaki akan menjadi terpengaruh dengan bapa mereka secara semulajadi dan anak perempuan mendapat pengaruh dari ibu mereka. Setiap perkembangan anak akan dikayakan dengan kesatuan diantara bapa dan ibu.  Terdapat banyak perkara yang akan dicapai dalam stabiliti dan sekuriti dari kehidupan anak-anak dengan menyaksikan kasih yang keluar dan perasaan suami terhadap isteri dan sebaliknya bersama dengan hadiah dan tindakan kasih dari hari ke hari yang akan membuat seseorang itu istimewa dan dikasihi.
Selain dari mengongsikan tanggungjawab untuk mengasuh anak-anak, Ibu/isteri juga mempunyau tanggungjawab untuk mengurus operasi domestik keluarga, yang mana termasuklah susunan rumah dan menyediakan makanan yang sihat menurut Hukum Allah. Dia membantu suaminya dalam pemberian persepuluhan, menghormati Hukum Allah dan implementasi pemeliharaan Sabat-sabat Allah.  [42]

Tanggungjawab Ibu dalam Keluarga

Ibu adalah salah satu tonggak penting dalam keluarga. Sejak awal penciptaan manusia, Hawa melengkapi kebutuhan Adam. Ia melengkapi kebutuhan emosi, intelektual, dan sosial Adam. Kekosongan dalam diri laki-laki diisi oleh peran perempuan, demikian sebaliknya. Itulah yang menjadi dasar suatu pernikahan. Didalam Alkitab tidak pernah disebutkan bahwa perempuan adalah makhluk ciptaan kelas dua dan menurut pandangan kristiani, perempuan mempunyai martabat yang setara dengan laki-laki. Tetapi dalam kehidupan berkeluarga Firman Allah mengajar kepada kita demikian.

Efesus 5:22-33 KASIH KRISTUS ADALAH DASAR HIDUP SUAMI-ISTERI
5:22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 5:23 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. 5:24 Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. 5:25 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 5:26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, 5:27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. 5:28 Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. 5:29 Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, 5:30 karena kita adalah anggota tubuh-Nya. 5:31 Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. 5:32 Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. 5:33 Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.[43]

Dr. Wayne Grudem, seorang profesor yang cukup terkenal saat ini mengatakan: "Penundukan seorang isteri kepada suaminya bukanlah penundukan yang membabi-buta melainkan penundukan yang menjadi naturnya dia untuk mau takut dan taat kepada Kristus." Konsep tunduk yang dijabarkan oleh Rasul Paulus itu adalah:

3.3. 1. TUNDUK KEPADA ALLAH ( Efesus 5: 22)

Penundukan yang bukan karena dipaksakan melainkan penundukan dari spiritual. Tunduk bukanlah hal yang mudah. Setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk memberontak, ingin berkuasa dan menentukan tujuan hidup sendiri. Namun salah satu kunci rahasia kebahagiaan kehidupan adalah dengan mengizinkan Allah menjadi Tuhan dalam kehidupan kita.

Markus 12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.

Uangan 6:24 TUHAN, Allah kita, memerintahkan kepada kita untuk melakukan segala ketetapan itu dan untuk takut akan TUHAN, Allah kita, supaya senantiasa baik keadaan kita dan supaya Ia membiarkan kita hidup, seperti sekarang ini.

Wahyu 14:7 dan ia berseru dengan suara nyaring: "Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air."

Bila hal ini dilakukan maka seorang istri akan merasa mudah tunduk kepada suami, sebagaimana seharusnya dalam Tuhan.

Kolose 3:18-19, 3:18. Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. 3:19 Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.

3.3.2. TUNDUK KEPADA SUAMI ( Efesus 5: 22)

Seorang istri yang tunduk kepada suami tidak berarti mencampakkan kecerdasan, ketrampilan, dan segala potensi yang dimiliki oleh seorang istri. Seorang suami atau istri jika tidak menjalankan fungsinya sesuai dengan perintah Allah, akan menghadapi kesulitan dalam kehidupan rumah tangganya.

1 Korintus 11:3 11:3 Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.[44]

Seorang isteri yang sejati harus kembali kepada fungsinya yang sejati serta memiliki kerelaan untuk taat kepada Allah. Ketika ia mulai mau menundukkan diri kepada Kristus sebagai pusat kehidupannya maka itu akan memunculkan sikap penundukan kepada suaminya dan kondisi kenaturalan kewanitaan itu disebut Womanhood. Konsep ini sudah muncul sejak di jaman Abraham, dimana Sarah begitu tunduk kepada Abraham dan memanggil suaminya sebagai tuannya.

Seorang istri harus menghormati suaminya sekalipun ia tidak layak menerimanya. Dalam Petrus 3:1-6, Petrus menekankan agar para istri menghargai dan tunduk kepada suami mereka yang "tidak taat kepada Firman" (ayat 1). Hal ini kedengarannya tidak masuk akal tetapi Petrus menambahkan bahwa suami yang demikian ini bisa dimenangkan oleh kelakuan istrinya yang saleh.

1 Petrus 3:1-6 HIDUP BERSAMA SUAMI-ISTERI 3:1 Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, 3:2 jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. 3:3 Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, 3:4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. 3:5 Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, 3:6 sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.

Tunduk disini adalah tunduk yang tidak mengorbankan iman Kristen dan ketaatan kepada Firman Tuhan dan kesetiaan kepada Kristus. Dalam hal ini istri bisa menolak ajakan atau perintah suami apabila ajakan atau perintah tersebut bertentangan dengan Firman Tuhan dan merusak kesetiaan kepada Kristus. Harus diingat, walaupun sudah seorang perempuan telah menjadi istri seorang seorang laki-laki, namum tetaplah perempuan itu sebagai "hamba Allah"

1 Korintus 7:23 Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.

1 Petrus 2:16 Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.

Ketika seorang wanita bisa memposisikan dirinya secara tepat terhadap suaminya, itu justru membangun satu kebahagiaan di dalam keluarga. Dan disini bagaimana seorang wanita menampilkan, menyatakan dan memproses diri, taat dan berpusat pada Kristus yang direfleksikan kepada suaminya.

Konsep tunduk seorang istri bukan berarti tunduk secara pasif (semua beban dilempar kepada suami) karena itu merupakan satu bentuk dari pemberontakan, tetapi tunduk aktif dengan memberikan ide dalam mencari pemikiran, yang dipikirkan dari sudut pemikiran suami. Ketika sang suami sedang memikirkan suatu gagasan/masalah, bagaimana sang istri memberikan input yang terbaik buat suaminya, sehingga suaminya dapat mengaktualisasikan apa yang ia gumulkan. Sehingga peran istri disini mengisi, khususnya bagian-bagian detail yang tidak terpikirkan oleh suami.

Seorang pria cenderung untuk berpikir secara global, oleh sebab itu seorang istri harus mempunyai ketajaman analisa alternatif, kesulitan dan dampak yang lain yang akan dihasilkan dari pergumulan tersebut. Dan itu menjadikan seorang isteri support kepada apa yang suaminya inginkan secara positif.

Memang kita akan melihat bahwa suami yang memutuskan tetapi dibelakangnya ada isteri yang memberikan pertimbangan terbaik bagi keputusan tersebut. Didalam otobiografi tokoh-tokoh penting di dunia akan kita dapati bahwa keputusan-keputusan tersebut terjadi karena mereka memiliki istri yang sangat mendukung, namun sebaliknya dibalik para penjahat yang hebat juga terdapat isteri yang sangat merusak. Sehingga kita sekarang mengetahui bagaimana posisi seorang isteri akan sangat berpengaruh bagi suaminya. Seperti Sarah yang selalu memberikan input, dan dukungan didalam Abraham menjalankan ide dan pelayanannya, dan ia tidak pernah menghalangi apa yang menjadi garis perjalanan dan tugas Abraham.[45]

3.3.3. MENGASIHI KELUARGA

Titus 2:4 2:4 dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya,

Seorang ibu harus mengutamakan keluarganya. Jika seorang ibu terlalu dibebani oleh tekanan ekonomi sementara peluangnya untuk karier terbuka lebar, maka ia dengan mudah akan mengabaikan keluarganya. Namun seorang ibu yang bijaksana haruslah dapat meluangkan waktu dan menyimpan energi untuk keluarganya. Perlu diingat bahwa salah 353u karakteristik dari keluarga yang berhasil adalah daya tarik cinta kasih seorang ibu. Kasih ini tak dapat digantikan oleh siapapun.

Dalam mengurus rumah tangganya, Seorang ibu akan menunjukkan teladan tentang penguasaan diri, kebaikan, dan kekudusan dalam pikiran serta hati (Titus 2:5)

Titus 2:5 2:5 hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang.

Hal-hal tersebut tidaklah mudah dilaksakan. Namun hal itu akan dapat terwujud jika kita memelihara hubungan dengan Allah melalui aktivitas-aktivitas seperti doa, pembacaan Alkitab, dan menerima pengajaran Alkitab yang benar.

Keindahan seorang istri bukan dari dandanan/ keindahan lahiriah yang tampak diluar saja. Alkitab banyak mengajarkan bagaimana seorang perempuan dapat menjadi seorang perempuan yang sejati.[46]
Jantung masyarakat dan jantung suatu bangsa ialah rumah tangga. Kesejahteraan masyarakat, kemajuan jemaat, kemakmuran bangsa tergantung atas pengaruh-pengaruh rumah tangga. Rumah haruslah menjadi tempat yang paling menarik kepada anak-anak dalam dunia ini Kehadiran ibu haruslah menjadi penarikan yang paling besar di keluarganya. Kesejahteraan masyarakat, kemajuan jemaat dan kemakmuran bangsa sangat tergantung pada seorang ibu.

Menjadi ibu rumah tangga, tanggung jawabnya adalah tanpa batas waktu. Dari generasi ke generasi. Karena apa yang sekarang diajarkan oleh seorang ibu kepada anak-anaknya, hal itu juga yang akan diturunkan kepada generasi-generasi selanjutnya.

Layaknya seorang presiden, seorang ibu juga bertanggung jawab atas masa depan suatu Bangsa dan masyarakat. Dengan demikian menjadi seorang ibu rumah tangga sama penting artinya dengan menjadi seorang presiden di suatu negara.[47]


3.4 Peranan Anak
Anak anak adalah Anugerah dari Tuhan. Peranan anak-anak lelaki dan perempuan adalah untuk menggantikan ibu bapa mereka sebagai bapa dan ibu, dan kemudian menjadi nenek dan kakek. Ia adalah proses menjadi murid dahulu dan kemudian menjadi guru. Dalam cara yang sama  manusia diajar oleh Allah melalui anak-anak rohNya, atau elohim, untuk menjadi tuhan-tuhan atau elohim.
Ini juga digambarkan oleh peranan saudara lelaki atau perempuam dengan kuasa yang diberikan kepada mereka dari ibu bapa mereka untuk membantu mengajar anak-anak yang lebih muda dalam keluarga. Apabila kuasa yang diberikan kepada saudara yang lebih tua ini diambil ringan atau disalahgunakan, ia akan menjadi sejajar dengan tindakan dan penghukuman terhadap anak-anak roh Allah yang tidak setia. Saudara yang lebih tua boleh disamakan dengan peranan saudara kita Yesus Kristus.[48]
Bapa kita yang kekal mencari ketaatan (1Sam 15:22). Kemudian Samuel berkata: “Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan”. Dan Dia memerlukan ketaatan diberikan kepada para bapa dan para ibu dari anak-anak mereka yang diperintahkan dalam Hukum yang Kelima (Kel 20:12 dan Ul 5:16 petikan Ef 6:2-3).
Keluaran 20:12 Hormatilah ayahmu dan ibumu; supaya lanjut umurmu di tanah yang telah diberikan Tuhan Allahmu kepadamu
Ulangan 5:16 Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintah oleh Tuhan Allah kepadamu; supaya lanjut umurmu, dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu.
Kerana sifat kasih yang mengalir dari Bapa di Sorga kepada anak-anakNya, keperluan Hukum ini lebih besar dari pada tugas ibu  dan bapa kepada anak-anak mereka.
Bapa disebut pertama kalinya disini dalam dua ayat ini, tetapi ibu disebut dalam Imamat 19:3:
“Setiap kamu harus menghormati ibumu dan ayahmu, dan kamu harus memelihara sabat-sabatku: Aku adalah Tuhan Allahmu.”
Dalam ke tiga ayat ini bapa dan ibu dianggap dan dilihat  sama. Kedudukan ibu adalah jelas, dan apa saja hormat yang diterima oleh bapa itu juga diterima oleh ibu. Ibu adalah sama tarafnya dan menerima hormat yang sama di dalam pentahbisan melalui perintah Allah.[49]
ANAK-ANAK DALAM KELUARGA KRISTEN
Ayat Hafalan:
"Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian." Ef. 6:1
"Hai anakku, peliharalah perintah ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu. Tambatkanlah senantiasa semuanya itu pada hatimu, kalungkanlah pada lehermu." Ams. 6:20-21. Allah memberikan kepada Musa sepuluh perintah, ya hanya sepuluh peraturan yang paling penting untuk menuntun hidup kita. Perintah yang kelima adalah, "Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." Ul. 5:16. Paulus menyebutkan perintah ini dengan suatu janji, Ef. 6:2.
1. KETAATAN
"Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan." (Kol. 3:20). Alasan apa yang diberikan oleh Paulus agar mentaati orang tua dalam segala hal?
"Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu - ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi." (Ef. 6:1-3). Paulus menuliskan ayat-ayat ini dalam sebuah surat ketika dia sudah tua dan ada di dalam penjara. Dia bukanlah seorang penjahat; dia salah satu murid Tuhan Yesus yang sejati. Paulus melayani dengan nasihat-nasihat yang penuh kasih kepada semua orang. Dalam tes ini dia mengikutsertakan anak-anak dan orang tua. Bacalah Rom. 1:30 dan 2 Tit. 3:2. Apakah Anda memerhatikan bahwa ketidaktaatan kepada orang tua adalah termasuk sebagai dosa yang paling jahat? Baik ayah maupun ibu, keduanya harus dihormati.


2. KASIH ALLAH KEPADA ANAK-ANAK
Kasih Allah kepada anak-anak merupakan alasan yang utama mengapa Dia menekankan ketaatan kepada orang tua. Tuhan berfirman kepada kita untuk menghormati orang tua, "supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi." Ef. 6:3. Anak-anak tidak bisa secara alamiah mengetahui untuk "menolak yang jahat dan memilih yang baik." Mereka mesti bertumbuh dalam hikmat ini, mereka mesti diajarkan pengetahuan ini. Orang tua adalah guru kedua yang penting setelah Tuhan sendiri. Bacalah masa kecil Yesus dalam Luk. 2:41-51. Sebagai anak kecil, bagaimana Yesus melaksanakan perintah taurat yang kelima ini?[50]










BAB IV
KELUARGA DAN GEREJA
4.1 Garam dan Terang Dunia
Sebagai seorang Kristen, hendaknya keluarga Kristen harus hidup dalam kasih, karena Allah juga mengasihi manusia, ketika manusia jatuh ke dalam dosa dan kebinasaan, kasih Allah tidak melepaskan manusia jatuh, Allah menyelamatkan manusia itu dari lumpur dosa dengan (Yoh 3:16). Di sinilah Allah berperan dalam membina keluarga Kristen yang bahagia. Untuk  keluarga kristen harus melakukan kasih Allah yang berpedoman pada 1 Kor 13:4-8. Kasih membantu seseorang untuk menahan dan mengatasi masalah yang ada dalam keluarga. Oleh karena itu dituntut kasih yang tulus dan sejati yang dari Allah. Dasar kasih itu dari Yesus Kristus, sehingga manusia akan dimampukan untuk saling mengasihi sesama manusia Roma 5:8; 1Kor 8:3 dan mampu sebagai Garam dan Terang dunia, menggarami dan meberikan terang pada semua orang[51]
Keluarga sebagai sel masyarakat yang pertama dan vital mempunyai rasa tanggungjawab atas kesejahteraan masyarakat tempat di mana dia tinggal. Peranan keluarga kristen adalah untuk melayani manusia di dalam dunia ini. Panggilan itu bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi lebih untuk melayani dunia dan mengubah masyarakat agar lebih manusiawi, lebih merdeka, lebih demokratis untuk menciptakan iklim tempat manusia membiarkan Allah sebagai Raja. Keluarga Kristen sebagai mini atau gereja domestik mempunyai tanggungjawab terhadap perkembangan dan pembangunan gereja dan ikut serta dalam misi gereja sebagai garam dan terang dunia[52]
Mat 5:13 “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang
Mat 5:14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungki tersembunyi.
Mat 5:15 Lagi pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah.itu   ,
Mat 5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
.Mencintai lingkungannya yang terdekat, sdslsh bsgisn dari garam dan terabg dunia Apakah si manusia tersebut memberi pengaruh yang baik kepada lingkungan terdekat tersebut adalah pertanyaan yang bisa diajukan setiap orang pada diri masing-masing. Melangkah dari memberi pengaruh (yang baik) kepada lingkungan terdekat termasuk keluarga sendiri adalah ciri dari garam atau terang yang dimaksudkan oleh Yesus Kristus. Oleh karenanya memberi pengaruh yang baik kepada lingkungan merupakan suatu syarat mutlak untuk kehidupan seorang Kristen. Jadi seorang Kristen yang baik harus mempengaruhi lingkungannya untuk menuju kepada suatu perubahan yang bersifat perbaikan. Seorang Kristen yang hidup adalah seseorang yang memberikan pengaruh yang baik di sekitarnya, bila tidak dia sebenarnya telah “mati”. Itulah yang dikatakan sebagai Garam dan terang dunia[53]
Menyadari bahwa tantangan yang dihadapi gereja (orang-orang Kristen) semakin besar maka kesadaran beriman dari setiap orang perlu di tingkatkan dalam berbagai bentuk aktivitas kegerejaan, seprti mengikuri kabaktian-kebaktian sektor, kategorial, PA,  di mulai dari kehidupan bersama di dalam keluarga yang beriman. Keluarga yang sehat dan baik akan akan membentuk masyarakat yang kuat dan sehat. Dari sudut pandang ajaran Krsitiani, keluarga disebut sebagai jemaat Tuhan, dimana ayah dan ibu menjadi imam yang memimpin pelayanan Firman di dalam keluarganya. Dengan demikian, kekuatan dan keutuhan Gereja turut ditentukan oleh keutuhan dan kekuatan keluarga. [54]
Sebagai bagian dari rencana Bapa Surgawi, kita lahir ke dalam keluarga-keluarga. Dia membentuk keluarga untuk mendatangkan kebahagiaan kepada kita, menolong kita mempelajari asas-asas yang benar dalam atmosfer yang penuh kasih, dan mempersiapkan kita untuk kehidupan kekal.
Orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat penting untuk menolong anak-anak mereka mempersiapkan diri kembali kepada Bapa Surgawi. Orang tua memenuhi tanggung jawab ini dengan mengajar anak-anak mereka untuk mengikuti Yesus Kristus dan menjalankan Injil-Nya.[55]
Manusia adalah ciptaan Allah yang mampu mengalahkan kegelapan. Lebih tepatnya seseorang yang menyebut dirinya Kristen harus dan mampu mengalahkan kuasa kegelapan. Itulah ciri dari terang. Disekitar terang tidak ada gelap. Kuasa kegelapan ada dalam banyak bentuk dan tidak harus dalam bentuk bersifat mistik, seperti perdukunan, ilmu jimat, susuk, santet, intinya ilmu yang diperoleh dari kuasa kegelapan. Mereka yang menyembah iblis dan segala kuasa kegelapannya adalah contoh gelap itu sendiri. Kegelapan dapat pula dijumpai dalam bentuk lain yang sederhana, misalnya orang yang selalu marah sepanjang hari adalah ciri dari kegelapan. Seseorang yang tidak jujur, berniat jelek, atau khawatir dan stres sepanjang hari juga merupakan contoh hidup yang gelap. Atau sebutlah contoh-contoh yang ada di Galatia 5:19-21. Inilah contoh standard kegelapan dalam hidup sehari-hari. Sebagai bagian dari rencana Bapa Surgawi, kita lahir ke dalam keluarga-keluarga. Dia membentuk keluarga untuk mendatangkan kebahagiaan kepada kita, menolong kita mempelajari asas-asas yang benar dalam atmosfer yang penuh kasih, dan mempersiapkan kita untuk kehidupan kekal.
Orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat penting untuk menolong anak-anak mereka mempersiapkan diri kembali kepada Bapa Surgawi. Orang tua memenuhi tanggung jawab ini dengan mengajar anak-anak mereka untuk mengikuti Yesus Kristus dan menjalankan Injil-Nyasebut.[56] Sebagai bagian dari rencana Bapa Surgawi, kita lahir ke dalam keluarga-keluarga. Dia membentuk keluarga untuk mendatangkan kebahagiaan kepada kita, menolong kita mempelajari asas-asas yang benar dalam atmosfer yang penuh kasih, dan mempersiapkan kita untuk kehidupan kekal. Orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat penting untuk menolong anak-anak mereka mempersiapkan diri kembali kepada Bapa Surgawi. Orang tuamemenuhi tanggung jawab ini dengan mengajar anak-anak mereka untuk mengikuti Yesus Kristus dan menjalankan Injil-Nya.[57]

4. 2.KELUARGA SEBAGAI GEREJA KECIL 
a. Apa maksudnya 
Keluarga bias disebut juga sebagai gereja kecil atau , demikian pendapat seorang bapak gereja yang bernama St.Yohanes Christotomus, dia mengatakan : rumah tangga adalah tempat Yesus Kristus hidup dan berkarya untuk keselamatan manusia dan berkembangnya kerajaan Allah. Angggota-anggota keluarga yang terpanggil untuk iman dan hidup kekal adalah”peserta-peserta dalam lingkup kodrat ilahi” (2 Pet 1,4). Artinya setiap anggota keluarga itu mengambil bagian dalam kodrat ilahi. Paus Paulus VI mempertajam pengertian keluarga sebagai gereja kecil dalam ensikliknya Evangelii Nutiandi, beliau menulis:  ”…Keluarga patut diberi nama yang indah yaitu sebagai Gereja rumah tangga (domestik). Ini berarti bahwa di dalam setiap keluarga Kristiani hendaknya terdapat bermacam-macam segi dari seluruh Gereja.”  Sebagai Gereja, keluarga itu merupakan tubuh Yesus Kristus.  Sebagai Gereja juga, setiap keluarga dipanggil untuk menyatakan kasih Allah yang begitu luar biasa baik di dalam maupun di luar keluarga. Oleh karena itu, setiap anggota keluarga diberi makan sabda Allah dan sakramen-sakramen. Mereka pun seharusnya bisa mengungkapkan diri dalam cara pikir dan memiliki tingkah laku yang sesuai dengan semangat injil.[58] 
Keluarga sebagai gereja mini diharapkan menjadi tempat yang baik bagi setiap orang untuk mengalami kehangatan cinta yang tak  mementingkan diri sendiri, kesetiaan, sikap saling menghormati dan mempertahankan kehidupan.  Inilah panggilan khas keluarga Kristen dan apabila mereka menyadari panggilannya ini, maka keluarga menjadi persekutuan yang menguduskan, di mana orang belajar menghayati kelemahlembutan, keadilan, belaskasihan, kasih sayang, kemurnian, kedamaian, dan ketulusan hati. (bdk.Ef 1:1-4). 
 b. Apa tugas dan perannya 
Keluarga sebagai gereja mini memiliki beberapa hal yang menjadi tugas dan perannya dalam setiap rumah tangga Kristen. Saya merangkum beberapa tugas keluarga Kristen sebagai gereja mini yaitu:  membangun persekutuan cinta di antara pribadi-pribadi dalam keluarga, memberikan pendidikan iman yang baik kepada anak-anak, mempersiapkan, memelihara dan melindungi berbagai panggilan yang ditumbuhkan Allah, dan berperan serta dalam kehidupan dan misi gereja. Mari kita melihat secara singkat beberapa tugas dan peran ini: 

Membangun persekutuan cinta di antara pribadi-pribadi dalam keluarga. 
Dasar persekutuan hidup bersama suami-isteri adalah cintakasih, bukan harta atau tubuh, pangkat, kedudukan, jabatan atau hobby dst.. Maka persekutuan suami-isteri antara lain ditandai dengan saling mengenakan cincin pernikahan; cincin bulat, tiada ujung pangkal, awal dan akhir, melambangkan cinta kasih yang tak terbatas dan seutuhnya. Maka suami-isteri berjanji setia untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang sampai mati alias tidak akan bercerai. Cinta kasih juga tidak diketahui awalnya karena cinta kasih itu berasal dari Allah, dengan kata lain yang mempertemukan atau menyatukan suami-isteri adalah Allah sendiri, maka Yesus bersabda : “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (Mat 19:6). [59]
Perbedaan antara laki-laki dan perempuan, suami dan isteri menjadi daya tarik untuk saling bersatu dan mengasihi. Hendaknya perbedaan ini tidak hanya dipahami secara phisik melulu: alat kelamin, wajah, dst., tetapi juga aneka perbedaan yang lain seperti hati, jiwa dan akal budi juga menjadi daya tarik untuk semakin bersatu dan mengasihi. Perbedaan yang ada di antara kita merupakan karya ciptaan Allah alias anugerah Allah. Bukankah jutaan atau milyaran manusia di dunia ini tidak ada yang sama persis atau identik, meskipun mereka kembar? Bahkan anggota tubuh kita yang berpasangan juga tidak sama persis , misalnya: daun telinga, mata, lobang hidung, buah dada dan buah pelir (kalau tidak percaya coba ukur sendiri!?). Maka ketika muncul perbedaan kata, cara bertindak, selera dst..hendaknya tidak menjadi awal perpecahan melainkan awal membangun persekutuan atau kebersamaan. Memang apa yang berbeda dapat menjadi masalah, tetapi ingatlah bahwa apa yang disebut dengan masalah merupakan sesuatu yang menggerakkan atau menghidupkan kita untuk bertindak atau melakukan sesuatu pula. 
Masalah-masalah yang muncul dalam hidup bersama/berdua merupakan kesempatan untuk semakin mengasihi atau memperdalam kasih. Apa itu kasih? “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu  Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. ” (1Kor 13:4-8)   
 Persekutuan cinta suami isteri menemukan puncaknya yang luar biasa dalam persetubuhan yang kemudian membuahkan kehidupan baru.   Persetubuhan merupakan bahasa kasih alias perwujudan saling mengasihi tanpa batas (dalam saling ketelanjangan). “Keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu” (Kej 2:25)  Bukankah saling telanjang berdua menunjukkan bahwa relasi kasih suami-isteri sungguh bebas, terbuka dan seutuhnya?  Dari persetubuhan suami-isteri sebagai perwujudan saling mengasihi atau kasih bertemu kasih ada kemungkinan tumbuh manusia baru atau anak yang tidak lain adalah buah kasih, kehidupan baru yang membahagiakan, menjanjikan penuh harapan, maka disambut dengan ceria, bahagia. Karena kasih atau kehidupan baru tersebut merupakan anugerah Allah alias hadiah/anugerah atau kado dari Allah, maka selayaknya ia kita layani atau abdi sebaik mungkin.  
 Pendidikan iman adalah sesuatu yang penting bagi anak-anak. Di tengah dunia dewasa ini yang begitu sekular, pendidikan iman merupakan bekal penting untuk menjaga anak-anak agar tidak terbawa arus kemajuan zaman. Tugas pendidikan ini pertama-tama diembankan oleh keluarga.
Dalam keluarga anak-anak belajar dan dididik untuk mengenal dan mempelajari nilai-nilai religius. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak-anak untuk mempelajari dan menghayati nilai-nilai kehidupan, termasuk nilai-nilai agama. Dengan demikian, orang tua mempunyai tanggung jawab besar untuk mendidik anak-anaknya agar semakin dewasa baik secara jasmani maupun rohani.[60]
4.3 Tugas Dan tanggungjawab  keluarga Kristen serta Implikasinya bagi Gereja
Keluarga Kristean adalah pemberian Tuhan yang tak ternilai harganya. Keluarga Kristenlah yang memegang peranan penting dalam pengajaran Pendidikan Agama Kristen, bahkan lebih penting pula dari segala jalan lain yang dipakai gereja untuk pendidikan. Pokok-pokok besar dari kepercayaan Kristen sebaiknya mulai dipelajari dan dikenal oleh manusia di dalam lingkungan keluarga. Rumah tangga Kristen merupakan bayangan dari gereja bahkan Kerajaan Allah. Keluarga mempunyai tempat yang mutlak dalam Sejarah Suci, keluarga Kristen merupakan suatu persekutuan antara anak-anak dengan ayah ibunya, yang sanggup menciptakan suasana Kristen sejati di dalam lingkungan mereka sendiri. Yang menjadi anggota persekutuan hidup yang suci itu, tertambat satu sama lain oleh kasih Kristus, segala gerak-gerik mereka akan ditentukan oleh kepercayaan dan pengalaman Kristen mereka dibawah pengawasan Tuhan sendiri, dan itulah yang menjadi tanggungjawab Kirsten dalam hubungan dengan lingkungan maupun gereja[61]
Menjadi umat yang dilayani bukan melayani, 1 Petrus 2:9 Keluarga Kristen dengan jelas disebut “Imamat Rajani” yang kemudian dikaitkan dengan 1 Kor 12:1-11 tentang “Rupa-rupa karunia” dari orang-orang percaya. Oleh sebab itu warga atau keluarga Kristen perlu menyadari bahwa dia menjadi pelayan yang terpanggil di tengah-tengah dunia. Sebagai keluarga Kristen kita harus mampu menjadi teladan baik dalam perkataan maupun perbuatan karena pelayanan yan dilakukan oleh Yesus. Keteladanan yang dimaksud adalah.
a. Keteladanan dalam perkataan
Dalam Yak 3:5-6, menyebutkan bahwa api yang kecil dapat membakar hutan besar. Demikian juga lidah, dapat membakar dan menodai seluruh tubuh. Orang beriman harus mampu mengendalikan lidahnya sehingga dari dirinya keluar kata-kata yang indah dan berkat, menimbulkan kesejukan dan kedamaian, bukan sebaliknya kata-kata yang menyakiti orang lain dan menimbulkan masalah di tengah-tengah masyarakyat
b. Keteladanan dalam perbuatan
Perbuatan adalah buah-buah iman. Sekalipun kita berkata bahwa kita adalah orang-orang beriman, dasar penilaian orang terhadap apa yang kita ucapkan tersebut adalah perbuatan. Bahkan Yesus sendiri telah berkata “Apa yang kamu perbuat kepada orang paling hina adalah kepada Yesus (Mat 25:31-46).
c. Keteladanan dalam Kasih
Kasih, iman dan pengharapan merupakan suatu ikatan kesatuan yang tidak dapat di pisahkan (1 Kor 13:13) Kasih merupakan suatu cirri khas yang membedakan keluarga Kristen dari penganut agama-agama lainnya. Puncak dari semua kasih adalah kasih Allah dalam Yesus Kristus (Yoh 3:16) dan dasar dari kasih kristiani ialah kasih Kristus yang meyelamatkan.
d. Keteladanan dalam ketaatan dan kepatuhan.
Yesus sendiri menganjurkan kepatuhan kepada pemimpin. Kepatuhan itu tidak berarti bahwa status kita jauh berada di bawah status pemimpin tersebut, bukan seperti hamba dengan tuan. Keluarga Kristen harus taat kepada pemimpin, taat dalam menjalankan undang-undang yang berlaku (Mat 22:15-22) Melalui kepatuhan keluarga Kristen dapat merubah sikap dan pendiriannya.
Kita juga perlu ingat bahwa setiap keluarga Kristen adalah cerminan wajah gereja di masyarakat dan juga basis kehidupan gereja. Keluarga-keluarga Kristen yang kokoh membuat gereja juga kokoh. Sedangkan apabila keluarga-keluarga Kristen rapuh maka gereja juga rapuh. Di sini kita dapat melihat bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam kehidupan masyarakat dan gereja tetapi ia mempunyai peran yang sangat besar dan penting.[62]
Keluarga harus mencerminkan prinsip Kerajaan Allah. Bila cermin pemerintahan ada dalam satu rumah tangga atau keluarga, berarti Yesus ada dalam keluarga itu. Gereja juga harus aktif dalam pembinaan dan pembentukan keluarga Kristen dalam hal ini peranan atau pelayanan dari Gereja harus menyentuk warganya.
Yesus Krisuslah dasar dan pemimpin setiap keluarga,dari pemahaman inilah Stephen Tong menegaskan “Chris is the Master of the family” (Kristus adalah Tuhan atau pemimpin atas keluarga) 1 Kor 3:11 “Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar kasih yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus”. Setiap keluarga harus menyediakan tempat di dalam rumahnya menjadi tempat Yesus bersinggah, kepala keluarga bukan suami ataupun isteri, tetapi Yesus sendiri[63]
Dalam keluarga orang Kristen setidaknya ada enam pokok utama yang harus diterapkan yaitu :
a. Kedewasaan
Inilah cirri pertama sebuah keluarga kristiani. Kebahagiaan dan kelanggengan sebuah keluarga sangat ditentukan oleh cirri kedewasaan, dimana semua kegiatan dalam keluarga tersebut dibangun atas bidang perasaan “ketidak egoisan”. Keakuan akan melebur dalam kesolideran keluarga. Kepentinganku berada dan bertumbuh dalam bingkai kepentingan seluruh keluarga
b.Tunduk
Dalam keluarga Kristen harus tunduk kepada Tuhan, siteri tunduk kepada suami dan anak tunduk kepada Tuhan, kepada pemerintah dan gereja. Dalam hal ini cirri tunduk memiliki sifat mutlak karena merupakan perintah Ilahi. Dalam keluarga Kristen tidak ada tawar menawar selain harus menumbuh kembangkan sikap patuh dan tunduk.Ef 5:22-24
c. Kasih
Kasih dalam hali ini adalah sebuah perasaan terhadap ikatan pribadi yang kuat, yang disebabkan pengertian yang simpatik, atau pertalian keluarga, karena kasih adalah hal yang paling agung di dunia
d. Komunikasi
Dinamika sebuah keluarga ialah kemampuan untuk berkomunikasi. Komunikasi yang baik dalam keluarga akan sangat menentukan terciptanya situasi yang kondusif dan kristiani dalam sebuah keluarga
e. Doa
Keluarga Kristiani tidak akan lengkap  tanpa menyertakan doa. Doa yang dimaksdud adalah doa percakapan, dimana semua anggota keluarga, perorangan ataupun bersama-sama, membangun percakapan yang intim dengan Yesus sebagai kepala keluarga. Rom 12:12
f. Kristus
Dalam Kol 3:17 dikatakan “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan dan perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. Kehadiran Kristus dalam sebuah keluarga merupakan cirri khas yang terakhir. Artinya, kunci dari semua cirri itu hingga terpelihara suasana yang sungguh sungguk kristiani adalah memberikan tempat pada Kristus.[64]

4. 4. Peranan Gereja dalam Membentuk Keluarga yang Bertanggungjawab.
            Keluarga Kristen yang bertanggung jawab dan mampu menjadi teladan ditengah masyarakat tidaklah terbentuk dengan sendirinya. Perlu ada pembinaan dan pengarahan menuju hal itu. Disinilah diharapkan peranan gereja sebagai faktor pembentuk pribadi dan keluarga yang bertanggungjawab. Contonya gereja harus mengadakan pastoral counseling pada jemaatnya. Gereja diharapkan mampu menjadi motor penggerak kesadaran setiap orang dan keluarga Kristen untuk mampu menjadi pribadi yang bertanggungjawab sebagai alat pembentukan masyarakat yang teratur, damai dan sejahtera. Keluarga adalah fondasi gereja dan gereja adalah wahana pembentuk, pendidik dan pembina warganya untuk menjadi Kristen sejati. Dalam keluarga dan gerejalah pribadi Kristen dibentuk, dididik dan dibina untuk menjadi pribadi yang bertanggungjawab sesuai kehendak Allah.
            Allah menetapkan keluarga sebagai wadah untuk menyatakan rencana-Nya bagi dunia. Allah sebagai pembentuk keluarga memiliki misi agar keluarga menjadi komunitas yang memancarkan rencana dan kasih-Nya bagi dunia. Dalam tujuan ini Allah membentuk keluarga serta mengikatnya oleh persekutuan yang berbasis iman dan tentunya memiliki kasih dalam setiap relasi yang dibangun.[65]
Keluarga juga merupakan bagian dari gereja. Keluarga sering disebut sebagai “gereja kecil” Dalam pemahaman ini ada sebuah benang merah antara keluarga dan gereja. Dari keluarga akan terpancar realitas gereja yang sebenarnya. Ketika keluarga hidup dalam suasana yang harmonis dan sejahtera maka akan terbentuk tatanan gereja yang juga harmonis dan sejahtera. Demikian sebaliknya, ketika keluarga hidup dalam suasana yang amburadul maka akan terbentuk tatanan gereja yang juga amburadul. Yang menjadi persoalan adalah, bagaimana jika keluarga sebagai pembentuk gereja belum sampai pada tatanan hidup yang harmonis dan sejahtera itu mengingat banyaknya pergumulan global yang dihadapi keluarga dewasa ini. Disinilah peranan gereja dinyatakan dengan sebenarnya. Gereja sebagai wadah pembentuk, pendidik dan pembina warganya harus mampu memperlihatkan peranannya dengan lebih efektif lagi. Gereja diharapkan mampu menjadi motor perubahan bagi warganya, menjadi wahana pembebas bagi segenap warga secara holistik. Gereja diharapkan menjadi media pengharapan, menjadi perubah paradigma berpikir, menjadi motivator kehidupan dan apabila memungkinkan juga menjadi pendongkrak keberhasilan ekonomi keluarga. Dengan kata lain, gereja diharapkan menjadi penatalayan keluarga (family’s steward) menuju keluarga harmonis dan sejahtera. Artinya Gereja maupun pelayannya bias memotivasi jemaatnya.  Menjadi penatalayan yang menyentuh ranah materi, rohani dan jasmani. Sentuhan ini tentunya diharapkan mampu membuka peluang bagi keluarga untuk memberi diri ke gereja, ber-gereja dan meng-gereja.[66]
Charles Stewar menyarankan bahwa ada 3 dimensi dasar yang berhubungan dengan strategi gereja dalam menguatkan keluarga :
1.            Gereja harus mengembangkan  suatu jaringan pendampingan dan menyatakan perhatiannya terhadap keluarga melalui kunjungan kepada orang sakit, orang berduka dan orang yang terpaksa tidak dapat tinggal di rumahnya. Melaksanakan Doa syafaat bagi keluarga yang mengalami krisis
2.            Gereja harus mengembangkan suatu pelayanan keluarga melalui program pendidikannya. Pelayanan itu dilakukan melalui kursus antar generasi, pembinaan-pembinaan, Kelompok belajar atau Pemahaman Alkitab.
3.            Gereja harus mengadakan penyuluhan, agar keluarga dapat dibantu menanggulangi masalah perkembangan yang secara tidak terduga, mengadakan Pastoral Konseling kepada keluarga yang mengalami masalah, stress, bangkrut, dan lain sebagainya[67]
Gereja harus mendidik para jemaatnya yang juga adalah keluarga, Tuhan mengaruniakan kepada Gereja, rasul rasul, nabi-nabi dan para pelayan, pemberita-pemberita injil, gembala-gembala dan pengajar-pengajar utnuk memperlengkapi orang kudus bagi pekerjaan pelayanan (Ef 4:12). Yesus juga telah memberikan Amanat AgunNya, yang berisi perintah bukan saja untuk menjadikan oraang-orang murid dan membaptiskan mereka, tetapi setelah itu mengajar mereka melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkanNya (Mat 28:20) oleh karena itu, tidak disangkal lagi bahwa gereja harus menjalankan program pendidikan dan pelatihan bagi anggota-anggota jemaatnya, maik anak-anak, tua maupun muda. Gereja harus mengajarkan kebenaran-kebenaran Tuhan kepada jemaatnya. Gereja harus setia mengajarkan ajaran Tuhan Yesus. Menurut pengamatan ada kecenderungan gereja dewasa ini hanya untuk meunggu jemaat di dalam gereja tanpa mengunjunginya( pergi kerumah-rumah jemaat untuk menagdakan kunjungan, mendoakannya)[68]








BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sesuai dengan pembahasan mulai dari Bab I sanpai dengan Bab IV karrya tulis ini, maka penulis merumuskan beberapa hal pada bab V yang merupakan kesimpulan dari karya tulis ini, sebagai berikut:
Keluarga adalah lembaga tertua didunia sejak Tuhan menciptakan langit dan bumi. Keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena melalui keluargalah dapat terbentuk suatu masyarakyat yang maju, Greja yang Misioner. Keluarga merupakan jantung masyarakat dan didalamnya tercipta awal dari semua gagasan, sikap, keyakinan dan kasih. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat dan gereja namun berfungsi sebagai tempat dan lingkungan pembelajaran/ pembinaan yang pertama bagi setiap orang Kristen, baik dalam pembentukan rohani, fisik dan emosi para anggota keluarga serta guru yang pertama bagi setiap anak adalah orang tuanya Keluarga adalah Anugerah Tuhan melalui ikatan pernikahan, maka keluarga harus berpusat pada Kristus

1.      Peranan orang tua dalam keluarga sangatlah penting, Allah mempercayakan tanggungjawab pendidikan religius pada orang tua untuk mengajar, melatih dan membimbing anak-anak mereka di jalan yang benar,  sesuai dengen Firman Tuhan. Bapak sebagai imam ditengah-tengah keluarga harus menjadi teladan dalam kehidupannya, Maju mundurnya suatu keluarga ditentukan oleh pemimpin dalam keluarga itu. Suami adalah kepala dan isteri adalah penolong dan sebagai penopang dalam kebijakan rumah tangga, anak adalah milik baersama yang harus dibimbing dalam ajaran Tuhan. Keluarga Kristen adalah keluarga yang menerima baptisan dari Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus sesuai dengan Alkitab Perjanjian lama dan Perjanjian Baru. Bapak –ibu – anak sama-sama mengambil peranan dalam keluarga Kristen

2.      Keluarga Kristen  adalah Anugerah Tuhan , maka dari itu setiap keluarga Kristen harus mengabdi dan tunduk kepada Tuhan, mematuhi dan memelihara hubungan di dalam doa, sebagai bagian dari warga  Kerajaan Allah, setiap rumah tangga harus menunjukkan sikap sikap keteladanan di tengah-tengah masyarakat majemuk terlebih ditengah tenga gereja.  Sebagai keluarga Kristen harus mencerminkan keteladanan, melayani bukan dilayani dan inilah tanggungjawab sebagai seorang Kristen. Dan fundasi keluarga Kristen adalah Yesus Kristus.

3.      Suami isteri harus saling mengasihi, saling mendukung sesuai dengan peranan masing masing, anak juga harus patuh dan hormat pada orangtuanya, tugas dan tanggungjawab orang tua adalah amanat dari Tuhan. Hidup sebagai Garam dan Terang dunia adalah tanggungjawab semua keluarga Kristen. Dengan demikian di harapkan tidak adalagi dari warga Kristen yang bercerai, terlibat dalam kaein kontrak, kumpul kebo dan lain sabagainya.

4.      Keluarga adalah cerminan dari Gereja, apabila keluarga Kristen kokoh maka Gereja juga akan kokoh, dan sebaliknya kalau keluarga Kristen hidup rapuh maka ada kemungkinan besar gereja juga akan rapuh.

5.      Gereja harus berperan memberikan pelayanan, penyuluhan, dan bimbingan pada keluarga Kristen, supaya hidup dan berlaku sebagai Teladan, hidup dengan Kasih, dan menjadi teladan bagi masyarakat, bangsa dan gereja. Seperti mengadakan Pembinaan kepada anak sekolah minggu, pemuda, remaja, kaum bapak dan kaum ibu.

5.2. Saran –saran
1. Orang tua harus memiliki tanggung jawab yang sangat penting untuk menolong anak-anak mempersiapkan diri kembali kepada Bapa Surgawi. Orang tua memenuhi tanggung jawab ini dengan mengajar anak-anak mereka untuk mengikuti Yesus Kristus dan menjalankan Injil-Nya.
 2. Gereja harus meningkatkan pelayanan Volume Pelayana dalam pembinaaan Anak Sekolah Minggu dan Naposo/Remaja.




















































[1] Liston Butarbutar “Keluarga yang dipulihkan” Jakarta BPK GM 2003 hlm 3
[2] Depdikbud “Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta BPK GM 1989, hlm 536
[3] James Starhan, Famili “ Encyclopedia of Religion and Etnic Vol 3 1995 hlm 93
[4] WRF Browning “Kamus Alkitab: Jakarta BPK GM 2002 hlm 189
[5] A.G. Pringgodidgo Ed “Ensiklopedi Umum, Yogyakarta Kanisius 1997 hlm 544
[6] M.L.Thomson “Keluarga Sebagai Pusat Pembentukan” , Jakarta, BPK GM, 2000 Hlm 28
[7] Soemadi Tciptojoewono “Pengantar Pendidikan, Surabaya:Universty Press IKIP, 1995 hlm 225
[8] Gunarsah Singgih “Pyskologi Muda mudi, Jakarta BPK GM hlm 4
[9] J.C.V. Vergouwen “Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba” Jakarta, Pustaka Azet 1985 hlm 248
[10] Raja Marpodang Gultom “Dalihan Na Tolu” Gultom Agency, 1995 hal 560
[11] Budayabatakblogspot dikunjungi 16 Maret 2012
[12] Op-cit hlm IX
[13] Roland de Vaux “The Acient Israel” New York:Mc.Graw-Hil Boat Company, 1980, hlm 43
[14] Donal Guthrie “Teologi Perjanjian Baru” Allah, Manusia, Kristus, Jakarta, BPK GM hlm 105
[15] D.W.B. Robinson Op-Cit
[16] A.A. Sitompul “Manusia dan Budaya” Telogi Antropologi, Jakarta BPK GM 1991 hlm 314
[17] OP-Cit hlm 322
[18] D.W.B Robinson, Keluarga, Rumah Tangga, dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid A-L.Douglas Ed, Jakarta, YKBK 1997 hlm 78
[19] Roy Lessin “Disiplin Keluarga” Ma lang, Gandum Mas 1979 hlm 11-15
[20] Hadisubrata M.S “Keluarga dalam Dunia Modern” Jakarta BPK GM 1993 hlm 23-24
[21] DJ Douglas Ed “Ensiklopedi Alkitab Masa Kini” Jilid A-L, Jakarta YKBK 2007 hlm 571
[22] Alwi Hasan “Kamus Besar Bahasa Indonesia” Jakarta, Balai Pustaka, hlm 667
[23] W.J.S Poerwadarminta “Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, hlm 735
[24] Ibid Hal 766
[25] J.Verkuyl “Etika Kristen Sosial-Ekonomi”, Jakarta BPK GM, 1982 hlm 16
[26] Liston Butarbutar “Keluarga yang dipulihkan”Jakarta BPK  1998 hlm 3
[27] Singgih Gunarsa “Psikologi Remaja” Jakarta BPK GM  2002 hal 108-109
[28] Victor Tinambunan “Gereja dan orang percaya” P.Siantar, L-Sapa-STT HKBP,2006 hlm 92
[29] Ibid
[30] Lahaye (Yenny Natanael :Penj) “Kebahagiaan Pernikahan kristen” Jakarta BPK GM 1987 hlm 79
[31] Guthrie BD ‘Tafsiran Masa Kini” Jilid 3, Jakarta BPK GM 1981, hlm 627
[32] J.D Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini” Jilid I, Jakarta YKBK 1992 HLM 428
[33] S.Wismoady Wahono “Disini Kutemukan” Jakarta BPK GM 1993 hlm 193
[34] C Barth “Teologi Perjanjian Lama” Jilid 1, Jakarta BPK GM 1995 hlm 277
[35] Einar Sitompul “Artikel Majalah Immanuel” 12 Desmber 2012 ‘menjadi Bapak yang baik” Pearaja Tarutung
[36] Liston Butarbutar Op-Cit
[37] Einar Sitompul Op-Cit

[38] ibid
[39] Einar Sitompul  Op-Cit
[40] ibid
[41] Ibid
[42] Peranan Wanita Kristen Op-cit
[43] Bagus Pramono “Perempuan dan Keluarga” Malang, Gandum Mas 2002 Halm 245-257
[44] Ibid halm 258
[45] Audrew Bowie “Menjadi Wanita Allah” Metanoia, Haggai Institut 1993 hal 77
[46] Op-Cit hal  101
[47] Bagus Pramono  Op-Cit
[48] Ibid

[50] Pernikahan Kristen Sejati , Jakarta Momentum 2010, Hal 356
[51] J. Hardieiratno “Menuju Keluarga Bertanggungjawab, Jakarta:Penerbit Obor 1994,hlm 8-18
[52] Nalendra Clark Warren “Temukan Cinta di Hidup Anda”, Jakarta I.H.O 1998, hlm 16
[53] Ibid
[54] Pdt.Dr Jamilin Sirait “Terpanggil Memperbaharui” P.Siantar L-Sirana 2011 hlm 174
[55] Ibid
[56] Charles Marpaung Ph.D Op-Cit
[57] Ibid
[58] Ibid
[59] Pdt Dr Jamilin Sirait Op-Cit
[60] Op-Cit
[61] Dr.E.G.Homrighausen/Dr.I.H.Enklar “Pendidikan Agama Kristen” Jakarta BPK GM hal 128
[62] Pdr Dr Jamilin Sirait Op- Ci Hlm 182-186
[63] Stephen Tong “Keluarga Bahagia” Malang Gandum Mas, 1994, hlm 88
[64] Budya L Pranata “Membangun Keluarga Kristen” Yogyakarta, Kanisius, 1993 halm 88-131
[65] Ibid
[66] Howard Clinebel “Tipe-tipe Dasar pendampingan dan Konseling Pastoral,  Yogyakarta, Kanisius, BPK GM  2001 HL 378-382
[67] Op Cit hlm 383
[68] Henry C. Thiessen “Teologi Sistematika” Jakarta Gandum Mas 2008. hlm 509

No comments:

Post a Comment