Nama : Budianto Sianturi
Mata Kuliah : Teologi Perjanjian Baru III
Diajukan untuk
Memenuhi : Ujian Akhir Semester IV
Dosen Pengampu : Pdt. DR. Martongo Sitinjak.
KESETIAAN TUHAN YESUS SEBAGAI DASAR
KESETIAAN ORANG-ORANG PERCAYA
1. Pendahuluan.
Berbicara
tentang kesetiaan Tuhan Yesus sebagai dasar kesetiaan orang –orang
percaya, Yunani “agathe kai piste” Mat 24:25, kita terlebih dulu harus
memahami siapakah Yesus sebenarnya? Mengapa Kesetiaan Yesus dijadikan
sebagai dasar kesetiaan orang-orang percaya?. Apa yang menarik dari
kesetiaan Yesus bagi orang-orang percaya?. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, tentu kita harus memahami latar belakang sejarah kehidupan
Yesus selama melayani di dunia ini. Beberapa hal yang kita pahami dan
ketahui adalah : kehidupan Tuhan Yesus selama pelayanan-Nya di dunia
ini Yesus rela berkorban , rendah hati, taat dan setia kepada yang
menyuruhNya, sampai mati di kayu salib untuk menjalankan perintah
Bapa-Nya yang adalah Allah kita. Ia tidak ingin menguasai orang; Ia
hanya rindu melayani manusia. Ia tidak mementingkan kehendak sendiri; Ia
hanya mementingkan kehendak Allah. Ia tidak ingin meninggikan diri
sendiri; Ia meniadakan kemuliaan-Nya hanya untuk kepentingan manusia.
2. Siapakah Yesus ?
Pusat
pemberitaan Kitab Perjanjian Baru adalah Yesus Kristus, mulai dari
kelahiran, pelayanan-Nya selama di dunia, kematian, kebangkitan dan
kenaikan-Nya. Setiap Kitab memandang Yesus dalam berbagai sudut
pemahaman. Matius menggelari Yesus sebagai “Anak Manusia, atau Anak Daud
( Mat 1:1; 9:27; 12:23) Markus menamai “Anak Allah 1:1, Lukas
menggunakan istilah Anak manusia, dan Yohanes mengggelari “ Logos atau
Firman Yoh 1:1. Murid- murid Tuhan Yesus menyebutnya sebagai Guru, Rabbi
dan Tuhan. Pontius Pilatus menamai Dia “Raja orang Yahudi”. Petrus
menamai Yesus sebagai Mesias. Markus 14:61, ketika imam besar mahkamah
Agung menanyai Yesus “Apakah Engkau Mesias Anak yang terpuji? Dengan
tenang Yesus menjawab, ‘Akulah Dia Mark 14:62.[1]
Mesias dalam bahasa
ibrani “masyiakh” aram mesyika “Yang di urapi”, orang yang akan
menjadi “Juruselamat umatNya. Mesias adalah “Kristus” Yunani Messiah
atau “Christos” dari kata kerja ‘khryo’ yang artinya mengurapi, Yoh
1:41;4:25 Yesus adalah Mesias, yang diurapi, Juruselamat.[2] Kitab
Perjanjian Lama menyebut-Nya juga Mesias, tokoh yang dinanti-nantikan
orang Yahudi (Dan 9:25-26) Yesus sebagai Adam yang pertama, keturunan
Daud, Hamba Yahweh Yes 7, penahluk yang diurapi ( Yes 9:3-5). Mesias
adalah Yesus dari Nazaret, yang pada saat baptisan-Nya di urapi dengan
Roh Kudus Kis 10:38, Yes 61:1.[3] Sebagai orang Kristen pengikut Kristus
(orang percaya), sudah barang tentu diwajibkan harus memiliki prinsip
dan prilaku yang sama seperti Yesus. Tuhan berfirman, “ Barang siapa
tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di
luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15: 5).
3. Kesetiaan Yesus Sebagai Dasar Kesetiaan Orang Percaya.
Dalam
bahasa Yunani kesetiaan berasal dari kata yang sama dengan iman, “Iman
adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat” Ibrani 11:1. Pada saat kita
merenungkan kata kesetiaan, secara tidak langsung kita di ingatkan
mengenai dua hal karakter lain yaitu; keteguhan dan dapat diandalkan.
Defenisi Kesetiaan dapat juga disamakan dengan Kasih Setia (bnd Mzm 98),
yang searti dengan Perjanjian dan Kesetiaan. Artinya mungkin dapat
dirangkum sebagai; “kasih yang mantap teguh atas dasar perjanjian yang
telah dibuat”. Pengertian ini digunakan untuk menggambarkan baik sikap
Allah terhadap umat-Nya maupun sikap umat Allah terhadap Dia[4].
Yesus
tetap setia, walaupun ia di hina, di siksa, di olok- olok dan mati di
kayu salib, ia tidak pernah berpaling dari perintah Bapanya (Yoh 3 :16).
Teguh dan Kokoh dan tetap di dalam perintah Bapa. Ketika Yesus Berpuasa
selama 40 hari 40 malam tidak makan dan minum Iblis menguji dan
mencobai Yesus dengan di padang gurun dengan tegas Yesus mengatakan
‘enyahlah kau iblis sebab ada tertulis “Engkau harus menyembah Tuhan.
Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti (Mat 4:1-11) Nas
ini menunjukkan betapa teguh dan kokohnya kesetiaan Yesus kepada
Bapa-Nya yang adalah Allah . Dan inilah dasar kesetian kita “Sama
Seperti Yesus yang Setia kepada BapaNya demikianlah orang percaya setia
kepada Tuhan Allah dan itu lah dasar kesetiaan orang percaya. Karena
Kristus Adalah jalan, kebangkitan, hidup, maka dasar Kesetiaan atau iman
orang Kristen adalah meneladani kesetiaan Kristus.[5]
4. Berperilaku Seperti Kristus .
Alkitab
berkata; “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan
perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Flp 2: 5). Jika kita
berperilaku seperti Yesus, dan bersikap seperti Dia, maka kita akan
dipersatukan-Nya (Yoh 17: 22-24). “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi
atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada
laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Yesus
Kristus” (Gal 3: 28). Berpikir Seperti Kristus berarti, tinggal dalam
Kristus; tidak seorangpun yang dapat hidup dalam Kristus sambil membenci
saudara-saudaranya (1 Yoh 1: 7). Memiliki kasih-Nya: Yesus memberi
kuasa kepada kita untuk mengasihi sesama kita ( 2 Kor 5: 14). Memiliki
Roh-Nya: hanya dengan Roh Kudus kita dapat memperlihatkan kasih yang
kekal terhadap seseorang (bnd Ef 4: 29-31).[6]
5. Dalam Dia ada Kebangkitan dan Hidup
Yohanes
menandaskan bahwa akan datang dari belakangnya yang lebih besar
darinya, membuka tali kasutNya saja ia tidak pantas. Berlangkali Yohanes
mengaitkan hidup ini dengan Kristus dalam prolognya ia mengatakan
kepada orang percaya bahwa “dalam Dia ada hidup” hidup itu adalah terang
manusia” Yoh 1: 4. “Sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya
sendiri.” Begitu juga Ia telah memberi Anak “mempunyai hidup dalam
diri-Nya sendiri” Yoh 5:26. Rasul paulus mengatakan “En To Kristos”
Hidup di dalam Kristus. Yesus, akan menuntun hubungan di dalam
tubuh-Nya. Peran kita berkenaan dengan hubungan di dalam tubuh-Nya,
bergantung pada prinsip-prinsip kehidupan Kristen menjadi manusia baru
(Kol 5: 1-7). Kehidupan semacam itu berdasarkan dua fakta yakni;
dibangkitkan bersama-sama dengan Kristus, dan mencari perkara-perkara
yang diatas. Dalam Kolose 1: 10 merupakan kualitas hidup yang
menjelaskan tentang; layak di hadapan-Nya, berkenan kepada-Nya /
menghormati-Nya dan menghasilkan buah. [7]
6. Memelihara dan menaati Firman Tuhan adalah orang yang berbahagia
Pada
mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman
itu adalah Allah Yoh 1:1 [8]. Firman itu mula-mula disampaikan secara
lisan oleh Musa, kemudian diteruskan oleh para imam, dan para nabi (Kel
4: 12; Kel: 18: 16, 20; Yes 8: 16). Pandangan orang Yahudi tentang
pengajaran Yesus, menyangka akan meniadakan Torah (Hukum Taurat). Yesus
menyangkal pandangan itu dan berkata, “Janganlah kamu menyangka, bahwa
Aku datang untuk meniadakan Torah. Aku datang bukan untuk meniadakannya,
melainkan untuk menggenapinya” (Mat 7: 29).
Karena itu kata
Yesus selanjutnya; “siapa yang meniadakan salah satu perintah dari hukum
Taurat, sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada
orang lain, ia akan disebut yang paling hina di dalam Kerajaan Sorga.
Tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah dari hukum
Taurat, ia akan disebut yang paling besar” (bnd Mat 5: 19),
“sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu yota atau
satu titikpun tidak akan ditiadakan dari Torah” (Mat 5: 18). Dengan kata
lain; ketaatan melakukan firman-Nya, berarti memperoleh keselamatan
yang daripada-Nya.” Tetapi Ia berkata yang berbahagia ialah mereka yang
mendengarkan Firman Allah dan memelihara-Nya” (Luk 11:28).[9]
7. Mengikut Yesus Keputusanku
Kesetiaan
Yesus terhadap apa yang Allah Firmankan dan perintahkan, itulah yang
menjadi dasar bagi pengikut Kristus. ( Kristen : Pengikut Kristus )
Tujuan Yesus datang ke dunia adalah untuk melayani dan bukan untuk
dilayani, Dia datang sebagai Hamba dan memberi nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang (Mrk 10: 45). Kehadiran Yesus ke
tengah-tengah dunia untuk memberitakan kabar baik tentang kerajaan
Allah, agar semua orang yang percaya kepada Yesus memiliki hidup yang
abadi. ”Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain
dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus” (1 Kor 3:
11). Barang siapa menerima Dia, ia menjadi anak Kerajaan Sorga, menjadi
Garam dan Terang dunia ( Mat 5:1-16 Khotbah di Bukit)[10].
8. Scopus
Setialah Selalu sama seperti Yesus yang adalah Setia, sampai Hari Tuhan datang.
5. Kepustakaan.
Alkitab (Lembaga Alkitab Indonesia ) Jakarta 2008
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang Gandum Mas 2000.
DF Walker “Konkordansi Alkitab”, Jakarta, BPK Gunung Mulia.
DR Robert R Boelkhe “Siapakah Yesus sebenarnya” Jakarta BPK GM 1993
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (A-L), Jakarta. YKBK.
J.L.Ch. Abineno, Kotbah Di Bukit, Jakarta, BPK Gunung Mulia.
Leon Morris “Teologi Perjanjian Baru” Malang Gandum Mas 1986
M.E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, Jakarta. BPK GM.
John Drane, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta, BPK Gunung Mulia.
Tafsiran Alkitab Injil Matius, Lukas, Yohanes.
WRF Browning “Kamus Alkitab” Jakarta BPK GM 2009
[1] DR Roberth R Boelkhe “Siapakah Yesus sebenarnya” Jakarta, BPK GM 1993 Hal 7-8
[2] WRF Browning “Kamus Alkitab” Jakarta BPK GM 2009 Hal 267
[3] Dj Douglas “Ensiklopedi Alkitab Masa Kini” YKBK/OMF Jakarta, 1996
[4] N Snaith, 2008, ”Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (A-L)”, Jakarta, YKBK, hal. 528.
[5] Leon Morris “Teologi Perjanjian Baru” Malang, Gandum Mas 1986 Hal 309-369
[6] Alkitab Penuntun Hidup berkelimpahan “Full Life Study Bible” Gandum Mas
[7] Leon Morris Op-Cit
[8] J.L.Ch. Abineno, 2009, “Khotbah Di Bukit”, Jakarta, BPK. Gunung Mulia, hal. 46-47.
[9] DR JJ d Herr, DR JT Nielsen dan Tafsiran Yohanes
[10] M.E. Duyverman, 2009, “Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru”, Jakarta BPK GM, hal. 47.
No comments:
Post a Comment