Rabu, 27 April 2011
tugas gereja
SEJARAH SINGKAT AWAL BERDIRINYA HKBP PEARAJA
Latar Belakang Pembangunan Gereja Pearaja
Tanggal 29 Mei 1864 adalah hari lahirnya HKBP Pearaja.Pada mulanya
tanggal tersebut diyakini sebagai hari lahirnya HKBP godung Huta Dame
Saitnihuta.Karena hari itulah I.L Nommensen memimpin kebaktian yang
pertama di Saitnihuta.HKBP yang sekarang ini adalah pindahan godung Huta
Dame Saitnihuta.Namun setelah lama gereja HKBP Pearaja berdiri dan
untuk menghargai fakta sejarah,setelah di Rura Silindung kekristenan
berkembang pesat,para jemaat Kristen disekitar Saitnihuta kembali
mendirikan Gereja ditempat semula.Dengan demikian tanggal 29 Mei 1864
diyakini secara bersamaan sebagai hari lahirnya HKBP Saitnihuta dan HKBP
Pearaja < sisada hasuhuton>.
Setelah sembilan tahun Nommensen tinggal di godung Huta Dame Saitnihuta
( 1864-1872) di daerah tersebut sering dilanda banjir, Dr.I.L Nommensen
menilai pargodungan,Huta Dame Saitnihuta tidak lagi representative
karena sering terjadi banjir.Hingga menggenangi bangunan Gereja.Sehingga
dapat menimbulkan penyakit.Istri Nommensen sendiri yang bernama
Carolina sering jatuh sakit disana.Maka dari tahun 1872,Gereja yang ada
digodung Huta Dame Saitnihuta resmi pindah ke Pearaja baik bangunan
Gereja serta Inventaris yang ada serta seluruh anggota jemaat.Dengan
kata lain Gereja HKBP Pearja yang sekarang ini sebelumnya berada di
godung Huta Dame Saitnihuta,maka sejak tahun 1872 yang menjadi pusat
perkabaran injil di tanah Batak adalah Pearaja .
Proses Pembangunan Geraja HKBP Pearaja
Setelah Raja Pontas Lumbantobing yang dikenal dengan charisma
kepemipinanya,menunjukkan perbuktian Pearaja sebagai tempat pembangunan
Gereja pindahan dari godung Huta Dame Saitnihuta maka para para
masyarakat Kristen dengan rela bergotong royong untuk mendirikan Gereja
di Pearaja.Jemaat laki-laki dengan sukarela mencari kayu ke hutan dan
wanita dan anak-anak juga tidak kalah berpartisipasi.Sebagian peralatan
bangunan dari Gereja masih dapat difungsikan dan diangkat kebukit
Pearaja.Beberapa tiang masih ada yang dapat dipergunakan.Nommensen
sangat gembira melihat keseriusan dan semangat gotong-royong para
penduduk atau jemaat yang dengan rela memberikan waktunya dan
tenaganya.Setelah menjalani proses pembangunan selama 1 tahun,Gereja
HKBP Pearaja sudah selesai dibangun hingga tahun 1873 diadakan pesta
peresmian dengan cara yang sangat meriah.Jemaat Gereja pada saat ini
sudah mencapai 2500 orang.
Dengan berdirinya Gereja pearaja diatas Bukit Pearaja dengan ukuran
yang Jauh lebih besar dari gereja sebelumnya di Godung Dame Saitnihuta.
Dalam usaha memperlancar tugas pelayanan di Pearaja,Nommensen merasa
perlu mengangkat gembala atau sintua disetiap kampong,namun Nommensen
selektif dalam pemilihan penatua itu.Nommensen merasa yang menjadi
sintua haruslah representative dan yang menjadi panutan setra omonganya
didengar masyarakat pada kampung itu.
Berikut nama-nama penatua diPearaja dan daerah pelayanannya kurun waktu pelayanan Nommensen di Tanah Batak:
Huta Pearaja :Herman
Huta Lumban Jurjur II :Josep Lumban tobing,Galatia,Esra,atau Amani
Palakki
Huta Parbubu :Josep Simanjuntak,Salomo,Philemon Lumban
Tobing (Amani Ginjang) dan Musa Tobing
Huta Galung Pea :Josia Lumban Tobing
Huta Simaung** Pea :Raja Saul Lumban Tobing
Huta Prbubu Sampuran :Raja Izaak Lumban Tobing,Jakkobus
Huta Sitakka :Nahas Tobing,Horis Hutabarat,Musa Hutabarat
(OP.Panahan Hutabarat),Philipus dan Jeremias.
Huta Lumban Jurjur I :Daud Lumban Tobing
Tarutung :Raja Salomo Lumban Tobing
Untuk membekali para Sintua tersebut,Nommensen mengadakan pertemuan
disetiap hari Rabu malam,mereka diajari dalam suatu kelompok diskusi
yang disebut dengan sermon.Selain itujuga diadakan partangiangan setiap
Minggu dirumah jemaat secara bergiliran yang dilanjutkan dengan Tanya
Jawab tentang Alkitab.Untuk menjalin persekutuan yang dimaksud serta
melihat bakat yang pada umumnya pada orang Batak,Nommensen pun
mendirikan perkumpulan koor untuk laki-laki,koor ibu yang kemudian
disebut pararikamis,dan koor muda-mudi.
Satu hal lagi yang menarik,dari sejak awal Nommensen sudah berkeinginan
bahwa pada suatu saat nanti jemaat yang ia layani akan dapat berdiri
sendiri (mandiri).Maka untuk mewujudkan cita-cita tersebut,Nommensen
mendirikan Seminarium
No comments:
Post a Comment